It's For Love (6)

in #fiction7 years ago

Bagian Dua
Persemaian

Afra membuka pintu belakang mobil. Mengambil jas dokter lengan panjang yang tergantung rapi. Mengenakannya dengan rasa syukur yang meluap-luap. Dia berdiri sejenak di depan pintu masuk rumah sakit. Tanpa sadar bibirnya merekah senyum. Dadanya penuh dengan kegembiraan. Seperti ini rasanya, setiap kali dia masuk rumah sakit ini. Walaupun hari ini sudah menjadi akhir tahun keduanya dia berdinas di sini.
“Selamat pagi dr. Afra,” sapa salah seorang satpam.
“Selamat pagi, Pak,” sahut Afra sembari tersenyum.
Ucapan selamat pagi terus berkumandang sampai dia berdiri di depan Lift.
Ting. Pintu lift terbuka.
“Selamat pagi, dr Afra,” ujar salah seorang tenaga medis dari bagian gizi, yang sudah ada dalam lift.
Afra tersenyum. “Selamat pagi.”
Ketika pintu lift terbuka di lantai 6, seorang laki-laki setengah tua berpakaian seragam, dengan langkah terburu-buru membukakan pintu ruangan bangsal bedah, seraya berkata,” Selamat pagi dr. Afra.”
“Selamat pagi,” Afra tersenyum. Dia sudah menyerah meminta Bapak tersebut untuk tidak membukakan pintu untuknya. Bapak itu selalu berkata ‘Tidak apa-apa Bu Dokter. Kalau tidak ada Bu Dokter waktu itu, istri saya mungkin sudah tidak ada sekarang… ini bukan apa-apa.’
Hari pertamanya bertugas. Bapak tersebut mengalami kecelakaan saat pergi naik motor bersama istrinya. Operasi yang dilakukannya hari itu berlangsung selama 10 jam. Langsung membuat namanya dikenal seantero rumah sakit.
“dr. Afra, batiknya keren deh,” ujar salah seorang suster seraya memberikan status pasien-pasien Afra.
“Alhamdulillah. Thank You,” Afra tersenyum. Dia memperhatikan wajah suster tersebut. “Buat alisnya sudah tambah bagus sekarang.”
“Bener, dok?” Mata suster itu berbinar-binar.
“Kapan kita beauty class lagi, Dok?” tanya suster lain.
Afra menoleh. “Ayo, mau kapan? cari waktunya,” ujar Afra seraya tersenyum.
“Dok… pada pangling lho, waktu Dokter dandanin aku,” ujar suster lain, seraya memberikan status pasien-pasien Afra yang lain. “Kamis siang ya Dok, belum ada jadwal operasi.”
Sambil tersenyum Afra mengangguk. Dia meneliti keadaan pasien-pasiennya melalui catatan di status. Sesuai dengan yang diprediksinya. Afra mengangguk pada dokter residen bedah syarafnya. “Ayo mulai visit… kita ada 4 kali jadwal operasi hari ini.”


Tangan Hoshi seperti berkejar-kejaran di atas keyboard. Aliran ide deras mengalir melalui tangannya. Matanya menatap setiap kata yang ditulisnya. Sama seperti Afra. Dia bisa mengetik 10 jari. Tangannya berhenti.
Dia menyandarkan punggungnya ke kursi. Afra. Nama itu adalah mantra ajaib yang selalu membuatnya bisa berhenti sesaat, dari desakan adrealinnya untuk terus menulis. Di mana kau sekarang? Apa yang sedang kau lakukan sekarang? Matanya dipejamkan untuk mengusir bayangan Afra.
Hoshi berjalan menyeberangi jembatan yang menghubungkan dua tebing terjal. Alisnya bertaut. Kakinya menempel pada bagian bawah jembatan yang terbuat dari bambu. Dia menggantung seperti kelelawar. Namun saat melangkah, tubuhnya tidak jatuh ke jurang yang menganga tanpa terlihat dasar jurang. Teman-teman seperguruan olah pernafasan, menyeberangi jembatan dengan santai. Di bagian atas jembatan bambu.

Sort:  

Ada apa kah hoshi dan afra? hehe

Seneng banget lihat @gethachan terus penasaran. Terimakasih ya

Saya juga penasaran haha

Terimakasih @kakilasak, Seneng banget bikin orang yang engga suka cerita bersambung, bisa penasaran. Seperti yang ditulis Teh @ettydiallova. Menikah itu visioner. Itu kenapa saya suka novel romance :)

Yang satu dokter spesialis saraf, dan Hoshi sepertinya adventure gitu ya mba? Bertambah kepo dech diriku mba :(

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63525.26
ETH 2583.76
USDT 1.00
SBD 2.80