It's For Love (29)

in #fiction7 years ago

Bagian Enam
Minggu Berdarah

Jam tiga dini hari seperti biasa mata Afra terbuka. Lampu di teras belakang, memberi sinar temaram ke kamar. Entah kenapa malam ini hatinya sangat gelisah. Mata baru mau ditutup, setelah dia melafalkan kalimat Laa Haula wa Laa Quwwata Illa Billah setengah jam terakhir.

Dia menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh. Mengambil wudhu. Sholat tahajud. Kegiatan rutin setelah bangun tidur. sesudah membaca beberapa lembar mushaf Al –Qur’an, dia mengenakan pakaian olahraga. Afra membuka pintu dorong kaca yang berhubungan dengan teras luar. Udara dingin menerpa tubuhnya. Langit gelap tanpa bintang, diterangi sinar bulan yang memancar lembut membentuk lingkaran warna emas.

Sembilan puluh tujuh, sembilan puluh delapan, sembilan puluh sembilan, seratus. Alhamdulillah. Afra meregangkan tangannya yang terasa sedikit pegal. Dia menyeka keringat yang mengalir di wajah dengan ujung kaos. Sudah push up seratus kali. Tinggal sit up seratus kali. Dia membaringkan tubuh di matras biru dongker kesayangannya. Satu, dua, tiga….

Hari ini dia harus mendapatkan nilai lebih tinggi dari Ayahnya. Dia menyalakan lampu di sekeliling target lingkaran. Setelah melakukan peregangan, Afra lari sepuluh putaran mengelilingi lapangan basket di halaman belakang rumahnya. Lari selalu bisa membuat pikirannya kembali jernih.

Dengan tubuh lebih segar, dia berjalan menuju tempat penyimpanan perlengkapan panahan. Afra menggunakan arm guard dan finger tab. Sama seperti Ayahnya, dia sudah menggunakan busur 30 lbs. Tangannya mengambil satu anak panah.

Pandangannya tertuju pada angka sepuluh di tengah lingkaran. Anak panah terlepas dari busur. Alhamdulillah, tepat di target yang ditujunya. Berturut-turut empat anak panah tertancap di sekeliling anak panah pertama. Afra tersenyum puas. Jika terus seperti ini, tidak lama lagi dia bisa mengalahkan Ayahnya.

Tiba-tiba kening Afra mengernyit. Dia belum pernah melihat Ayah menangis. Tapi saat ulang tahunnya yang ke tujuh belas, Ayah seperti tidak bisa berhenti menangis. Sikap Ayah semakin aneh belakangan ini.
Sebulan lalu, Ayah bersikeras pergi ke bank, setelah pulang sekolah. Menyewa sebuah safety box atas namanya dan menyimpan semua dokumen pribadi tentang dirinya di sana. Ternyata dia memiliki dana pendidikan yang sangat besar.

Kata-kata terakhir Ayah, membuatnya sedikit bingung. Suara adzan berkumandang. Bergegas dia masuk ke rumah. Dua hari lalu SBMPTN digelar. Hari ini perayaan kebebasannya bersama Ayah, bersepeda di sebuah even besar komunitas sepeda mereka. Setelah mereka mancing seharian kemarin. Dan dihadiahi pelototan dan wajah marah Mama. Seharusnya mereka membantu Mama, karena Mama dapat job besar di sebuah hotel, kata Mama dengan suara tinggi pada mereka berdua.

Dahinya sedikit mengernyit, mengingat Ayahnya tidak bereaksi sedikitpun melihat luapan marah Mama. Biasanya Ayah akan mendekati Mama dan mengajak Mama bercanda, untuk meredakan amarah Mama. Tapi saat Mama marah kemarin, Ayah hanya diam. Pandangannya malah seperti berada di tempat lain, pikirnya.

Even kumpul bareng hari ini berskala lebih besar, dari yang terakhir dia ikuti. Beberapa komunitas sepeda bergabung kali ini. Dia melihat beberapa kelompok orang di atas sepeda yang tidak dikenalnya. Ayahnya segera menuju tempat registrasi. Afra melihat arloji. Setengah enam. Dia menaikkan ritsleting jaket sampai ke leher. Cuaca sedikit mendung pagi ini.

“Pak Dokter!” teriak Afra dari kejauhan. Dia mengayuh sepeda, kemudian memarkir sepeda tepat di samping sepeda Dokter Andri Koesuma, Sp. BS.

“Sudah sembuh sakitnya, Pak Dokter?” tanya Afra sembari mencium tangan Dokter Andri.

Kemudian mencium tangan istri dr. Andri. “Bu Dokter, selamat pagi. Wah, Ibu Dokter keliatan makin cantik saja.”
Istri Dokter Andri tersenyum lebar. “Kalau engga kenal kamu lama, aku pasti mikir kamu mau apa.”

“Wah, aku jarang bohong, Bu Dokter,” sergah Afra riang.

“Berarti pernah bohong!” cetus Bu Dokter dengan nada prihatin. Kening mulusnya pura-pura dikerut dalam.

Salam

Cici SW

Terimakasih pada Kurator @mariska.lubis, @aiqabrago, dan @levycore, KSI Chapter Bandung, @jharyadi, @samymubarraq, dan pada semua pecinta novel di manapun berada

Sort:  

Congratulations @cicisw! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of comments

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

By upvoting this notification, you can help all Steemit users. Learn how here!

Seperti biasa tulisan teteh selalu mengalir tanpa henti, sepertinya sy perlu belajar cara mencari ide teteh, terus novel its for love terinapirasi dari kisah nyatakah? Serius nanya :D @cicisw

Terimakasih Abah @adrienoor.
Inspirasi utama dari beberapa hal yang membuat saya sangat tertarik. Informasi yang sangat berguna untuk saya pribadi, saat mengupayakan hidup yang lebih sederhana dan penuh kegembiraan.
Bukan kisah nyata, Bah. Tapi memang beberapa kejadian, dari peristiwa yang terjadi di sekeliling saya Bah.
Siap Bah meluncur, saya buat Behind The Story It's For Love.
Semoga bisa jadi tambahan referensi yang mau nulis novel :)

Wah ceritanya bikin ketagihan terus. 👍👍

Terimakasih @gethachan sayang :)

Masama teteh sayang @cicisw :)

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63326.84
ETH 2648.69
USDT 1.00
SBD 2.82