It's For Love (17)

in #fiction6 years ago

Bagian Empat
Maraton

Tubuh Hoshi reflek melengkung ke dalam. Topi dan kacamatanya terlempar ke berbagai arah. Tangan kanan melindungi dada dan tangan kiri memegang kepala ketika tubuhnya melayang di udara, lalu terbanting ke aspal jalan raya dalam hitungan detik.

Suara decit rem memekakkan telinga. Dahinya mengernyit menahan sakit ketika tangan kanannya membentur aspal panas. Semuanya gelap sesaat.

Matanya terbuka sedikit. Bahu kanan Hoshi menyentuh jalan raya terlebih dahulu saat mendarat . Tubuhnya tidak bisa digerakkan. Dia mengangkat tangan kiri yang bisa digerakkan untuk melindungi wajah, ketika melihat sebuah mobil melaju zigzag.

Yaa Rahman Yaa Rohim Yaa Rahman Yaa Rohim Yaa Rahman Yaa Rohim, ucapnya tanpa sadar dalam hati. Matanya terpejam, ketika mobil itu terus meluncur ke arahnya. Suara decit rem membelah udara.

Dia membuka mata, ketika sesaat suasana terasa hening. Alhamdulillah. Ketika membuka mata, ban mobil hanya berjarak satu cm dari wajahnya. Dia menarik nafas lega. Beberapa orang langsung mengerumuninya. Terdengar suara pintu mobil terbuka dan ditutup kembali dengan keras.

“Maaf Pak… saya engga sempat ngerem pas Bapak tiba-tiba berhenti di tengah jalan,” sebuah suara terdengar. “Ayo ke rumah sakit!”

Tiba-tiba sekelebatan warna putih terlihat dari ekor matanya. Dia menengadah.

“Hoshi!” Mata Afra terbelalak. Dia segera berjongkok. “Jangan bergerak!” Afra berdiri, “…mundurkan mobilnya!”

Afra dengan cepat meneliti sekujur tubuh Hoshi. Tangannyadengan sangat perlahan membalikkan tubuh Hoshi. Dia mengambil ponsel. “Ini Dokter Afra. Tolong kirim orang sekarang! Ada kecelakaan. Laki-laki dewasa tertabrak motor di depan Pintu Gerbang Timur.”

Sinar terik matahari siang menerjang indra penglihatan Hoshi. Pipi kanannya menyedot panas aspal jalan raya, Matanya dipejamkan. Dia tidak berhalusinasi. Akhirnya benar-benar bertemu Afra. Suara tenang Afra, terdengar seperti riak aliran sungai favoritnya, saat menyapa bebatuan.
Perasaan lega luar biasa secepat kilat merambati setiap syarafnya.

“Hosh, jangan tidur!” Afra menepuk-nepuk pipi kiri Hoshi perlahan. Darah mengalir perlahan dari kepala Hoshi.

Setelah kaget Hoshi mulai menghilang, kepalanya terasa pusing. Dia memaksa membuka mata. Tangannya yang berdarah memegang erat jas dokter Afra. Dengan segera warna merah menghias lengan jas putih itu. Dia tersenyum pada pemilik jas dokter. Bidadarinya sudah turun ke bumi.

Afra balas tersenyum padanya. “Tenang saja… kau aman sekarang.”

Selesai pemeriksaan, Hoshi ditempatkan di pavilyun. Jantung Afra berusaha menenangkan debaran jantungnya, ketika menunggu laporan pemeriksaan Hoshi. Darah Hoshi membasahi jas dokternya.

“Temennya, Dok?” tanya Dokter Darwis, Kepala Unit Gawat Darurat.

Afra mengangguk. Syukurlah, tidak ada luka dalam dan pendarahan di kepala. Lecet dan luka luar karena sedikit terseret di aspal. Darah yang mengalir dari kepala Hoshi tadi, hanya luka luar. Sudah terjahit rapi dan diperban. Tulang selangkanya yang patah.

“Orangtuanya juga lagi di rawat, di pavilyun sebelah,” Dokter Darwis membaca ulang, hasil laporan pemeriksaan Hoshi.

Alis Afra naik sedikit, “Mayjen Bahtiar dan Ibu ?”

Kepala Dokter Darwis mengangguk.

Terdengar erangan kecil dari tempat tidur pasien. Keduanya segera mendekati Hoshi.

“Hosh,” panggil Afra lembut. “Kamu sudah sadar?”

Hoshi mengangguk pelan.

“Ini berapa?” Afra mengacungkan dua jari.

Sort:  

Post nya keren, keep spirit Mbak :)

"hosh,kamu sudah sadar? "
Hoshi mengangguk
"sini aku peluk. Biar meninggan hehe"

Lagi lagi hehe

ini lebih di pahami maknanya oleh seseorang yang di sepesialkan, karna kata-katanya sangat mendalam.
salam dari @amin-al-hadid moga menjadi sahabat steemit selamanya

Aamiin.
Novel ini punya beberapa sisi pembaca. Terimakasih @amin-al-hadid sudah menjadi pembaca di sisi ini

Akhirnya bertemu juga.. Meski dramatis ya mba :D

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 64038.60
ETH 3148.89
USDT 1.00
SBD 3.97