It's For Love (1)

in #fiction7 years ago

Bagian Satu
Ultimatum

“Hoshi, ayo cuci mobilnya!” seru Mama Hoshi perlahan, ketika melihat Hoshi menjatuhkan diri di sofa ruang keluarga. Ia melihat jam dinding. 17.30. “Kamu sudah sholat belum?”
“Sudah, Ma… sebentar, Ma… tadi olahraganya gila-gilaan,” sahut Hoshi sambil memejamkan kepalanya. Akhirnya ia bisa selonjoran. Tercium aroma mawar.  Kedua ujung bibirnya naik sedikit, ketika wajah Mama saat menerima buket bunga kiriman Papa muncul di pelupuk matanya. 

Wanita cantik berusia 40 tahun itu menepuk-nepuk bahu Hoshi perlahan. “Janjinya kan setiap pakai mobil, langsung cuci sendiri. Ayo, tepatin omongan kamu!... nanti dimarahin Papa lho!” bisiknya perlahan.
“Papa kan masih di luar kota—“
“Hosh,” Sebuah suara berat terdengar dari ruang makan.
Tubuh Hoshi menegang. Tiba-tiba badannya segar lagi. “Siap, Pa.” Tanpa mencari asal suara, ia bergegas ke halaman depan, yang bisa memuat 5 mobil. Dahinya berkerut melihat Malvin, adiknya yang hanya satu tahun dibawahnya, mencuci motor.
“Rajin banget, Vin,” ujar Hoshi seraya mengambil selang yang tergeletak di samping Malvin.
“Mendingan sekalian, abis itu baru santai,” Tanpa menoleh tangan Malvin terus menggosok motornya.
“Dasar anak Papa!” ejek Hoshi sambil menyemprot badan Malvin dengan air.
“Kak Hoshi!” Alis Malvin bertaut ketika berdiri. Matanya menyipit jengkel. Kedua tangannya meremas spon di belakang punggungnya, seraya mendekati Hoshi “Dasar anak Mama!”


Hoshi Fajar Bahir mengepalkan kedua tangannya sekuat tenaga. Mencegah tubuhnya yang gemetar ketakutan menggigil. Kilau lampu Kristal di ruang keluarga, yang biasanya memanggilnya ke dunia antah berantah, kali ini menyakitkan matanya.
Mereka berdua berdiri berhadapan. Tubuh Papanya yang besar, keliatan lebih berotot dari biasanya. Pandangannya tertuju pada wajah Papanya yang merah padam menahan marah. Ini bukan salahku, teriak Hoshi dalam hati.
“Kamu harus belajar sungguh-sungguh, supaya diterima di kedokteran,” suara dingin Papa Hoshi memecah keheningan yang mencekam.
Hoshi menarik nafas panjang. Mengeraskan kepalan tangannya, sampai pundaknya sakit. Sekarang! Atau tidak sama sekali. “Aku tidak mau masuk kedokteran, Pa.”
Suara pelan Hoshi, seperti ledakan bom di telinga Papa Hoshi. Urat di pelipisnya pasti menonjol keluar. “Apa kamu bilang?”
“Aku tidak mau masuk kedokteran, Pa,” ujar Hoshi menatap langsung matanya.
“Hoshi!” teriak Papa Hoshi marah. Tangannya menunjuk dinding yang dipenuhi foto keluarga. “Kamu tahu eyang kamu sudah tujuh keturunan mengabdi sebagai prajurit dan dokter. Siapa kamu? Berani-beraninya keluar dari jalur itu?”
Mama Hoshi masuk ke ruang keluarga, dengan langkah cepat mendekati suaminya. “Pa… kita semua masih kaget sekarang… ini pasti lebih berat lagi untuk Hoshi… Papa tahu kan, seperti apa keinginan dia masuk AKMIL?... jangan ikut-ikutan emosi!… tensinya nanti naik lagi… ayo, nanti lagi ngobrolnya”
Melihat wajah istrinya, sedikit menyurutkan amarah Papa Hoshi. Dia menghela nafas cepat, mengetahui kebenaran kata-kata istrinya. “Kamu!” seru Papa Hoshi dengan telunjuk tertuju pada Hoshi, “… kalau mau kuliah jurusan lain, bayar sendiri!” Dengan langkah lebar, dia meninggalkan ruangan.

Sort:  

Apakah yang akan terjadi dengan hoshi? Apa dia akan akmil atau masuk ke kedokteran?
Jadi kepo hehe

Mudah2an kepo terus @getha chan, jadi bacanya sampai selesai.

Siap teh @cicisw aku bakalan jadi pembaca setia teteh hehe

Ah penasaran, tulah napa aku suka cerpen haha

Kan jadi belajar menikmati proses hahahaha @kakilasak

Ini awal yang baik Bu @cicisw. Saya senang novel ini release di Steemit. Jadi hiburan gratis disela-sela kesibukan sehari-hari. Siapa tahu saya jadi terinspirasi menulis fiksi dari tulisan Bu Cici.

Jadi ikut penasaran mau tahu kelanjutannya. Baca lagi ah terusannya ...he..he..he...

Alhamdulillah Terimakasih Pak @jharyadi. Ini bener lho Pak, tulisan saya benar-benar berbeda, setelah pelatihan free writing dari Bapak. Dan juga mendengar karya teman-teman yang lain waktu itu.
Saya juga terinspirasi nulis artikel, setelah sesi pelatihan menulis artikel dari Bapak.
Mudah-mudahan novel ini bisa membuat penasaran terus.
Terimakasih sudah membaca. Semoga terhibur

Saya senang kalau melihat banyak teman-teman yang semakin eksis berkarya setelah ikut pelatihan menulis. Memang energi yang terkumpul saat sesama penulis berkumpul itu besar sekali. Oleh sebab itulah pentingnya berada dalam sebuah komunitas, agar semangat menulis selalu terjaga.

Salam pena kreatif

Bu @cicisw saya baru mau ngikut cerita ibu. Sad banget udah ketinggalan jauh ☹. Kayaknya bakal seru, suka sama konfliknya. Anak mama versus anak papa. Hehe

Dapat mba, asyik fiksi ya, tidak bisa tidur ingin melanjutkan ke bab selanjutnya.. Hmmm.. Seru juga di awalnya mba, pilihan jadi dokter sama akmil :)

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63135.01
ETH 2546.56
USDT 1.00
SBD 2.64