It' For Love

in #fiction6 years ago

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Malvin masuk dengan langkah bergegas. “Mau kemana?”
“Ke markas,” sahut Malvin singkat.
Hoshi melihat arlojinya. “Sepagi ini?” tanya Hoshi dengan dahi mengernyit.
“Engga… mau konsul hasil MRI Papa sama dr. Bedah Syaraf Mama sekarang.”
Alis Hoshi naik tinggi. “Kenapa pakai seragam?”
“Aku keliatan keren Kak, kalau pakai seragam… kalau perempuannya seperti Dokter Afra, aku mau menikah.”
Hoshi melempar bantal ke arah adiknya. “Jangan sembarangan ngomong! Perempuan cantik itu banyak. Kamu mau nikahin semua?”
Wajah Malvin tiba-tiba menjadi serius. “Mama engga mungkin serampangan, mengenalkan kita pada sembarang perempuan… makanya sekarang aku mau cek… pantes engga dia jadi calon istri aku.”

“Gimana hasilnya?” tanya Hoshi, ketika Malvin kembali ke ruangan 30 menit kemudian.
Mata Malvin menerawang. “Cantik, baik, pintar, berkelas… pas dengan seleraku… dia bisa nunjang karir aku.”
“Maksudnya hasil MRI Papa!” seru Hoshi jengkel.
Malvin menyugar rambut cepaknya. “Oh sorry… pikiran aku lagi kacau.” Dia tersenyum sendiri.
“Kenapa kacau Vin?” sela Mama heran. “Tumben kamu kehilangan konsentrasi.”
“Perempuan hebat.” Malvin memandang Mamanya. 2 jempolnya diacungkan.

“Dokter Bedah Syaraf Mama?” Mata Mama Hoshi berbinar-binar.
Malvin mengangguk.
“Ya Allah, bisakah kita fokus ngomongin Papa?” sergah Hoshi jengkel.
“Kakak sudah punya cadangan… aku belum punya bayangan,” kilah Malvin.
“Cadangan?” Dahi Hoshi sedikit berkerut.
“Yo,” ujar Malvin.
“Yo?…Yolanda maksudnya,” Hoshi mengibaskan tangannya. “Aku engga akan nikah sama dia… dia sudah kuanggap seperti adik sendiri… sekarang… bagaimana kondisi Papa?”
Malvin memandangi bayangan tubuhnya di depan kaca. “Nanti Dokter Afra mau visit, dia akan nerangin sendiri kondisi Papa…” Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. “…itu dia.”

Ponsel Hoshi bergetar. Nama Yo tertera di layar. Hoshi menyambungkan koneksinya.
“Sorry Hosh, pagi-pagi aku telpon. Ada hal sangat mendesak.” Suara Yo terdengar dari seberang.
“Maaf sebentar,” Hoshi masuk ke ruangan sebelah. Setelah 30 menit berbicara dengan Yo, dia kembali ke ruangan.

Papanya sudah bangun. Wajah Papa nampak sedikit lebih segar.
“Hasil MRI sudah keluar… katanya TBC tulang… di ruas 2 dan 3 tulang belakang,” ujar Papanya.
“Papa mau operasi?” tanya Hoshi. Aneh rasanya, melihat Papanya yang selalu kuat dan sehat, terbaring lemah. Dia menekan rasa khawatir yang menggerogoti hatinya.
Papanya mengangguk. “Papa sudah engga tahan sakitnya.”

“Pa, Malvin sudah ketemu Dokter Afra,” ujar Mama Hoshi riang dari ranjang sebelah.
“Malvin serius mau deketin Dokter Afra?” tanya Papa Hoshi pada Mamanya.
Wajah Mama Hoshi memerah karena bersemangat. “Ya… mudah-mudahan mereka berjodoh… badan aku sudah enakan sekarang.”
“Bagaimana dengan kamu sendiri?” tanya Papa Hoshi pada Hoshi.

Hoshi tertegun. Mimpi apa dia semalam. “Pa, aku—“
“Papa engga maksa kamu secepatnya menikah, tapi kondisi Papa dan Mama seperti ini, melihat kalian menikah, menandakan tugas kami selesai sebagai orangtua.”

Sort:  

Tulisannya mengalir dan tak bosan-bosan dibaca.. Kece ahh Mbak @cicisw.. 😎

Alhamdulillah. Terimakasih @samymubarraq. Kalau ada koreksian ditunggu ya

Hehe.. Siapp Mbak.. Kita saling belajar yaa.. Itu udh keren Mbak.. Pembaca udh ketagihan.. :)

Alhamdulillah. Siap @samymubarraq

Bakal rutin ni baca haha

Alhamdulillah senengnya lihat @kakilasak. Terimakasih :) Saya suka difoto. Sampai anak-anak geleng-geleng kepala. Jadi pengen belajar photography juga

Mba.. Tulisannya semakin asyik.. Cerpen ini semakin harus di simak halaman selanjutnya :D

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 64093.86
ETH 3123.80
USDT 1.00
SBD 3.94