Sang Pencetus (Jilid 1)

in #esteem6 years ago (edited)

cartoon1519926125061.jpg


Tidak seperti biasanya. Terlihat di halaman parkir, sepeda motor dan mobil tidak tersusun rapi, sangat tidak sedap di pandang mata, warung kopi yang sering aku kunjungi penuh, begitu semberawut. Terdengar orang berorasi menggunakan pengeras suara, ah ini pasti sedang kampanye. Kampanye? Ini belum musim Pilkada atawa Pilpres. Ada apa ya? Aku membatin.

Harus berdesak-desak untuk bisa masuk ke dalam warung kopi. Ada perasaan tidak suka, setelah berada di dalam ruang itu. Sangat mengganggu kenyamanan, orator itu menggebu-gebu, teriakan seraknya memenuhi ruangan, memekakan telinga. Padahal yang hadir pasti tidak ada yang terganggu atau bermasalah dengan indra pendengarannya.

Lalu apa yang diteriakannya, begitu marah dia, matanya merah, wajahnya merah, rambutnya acak-acakan, merah, hidungnya kembang kempis, merah, bibirnya merah kehitaman. Tapi tidak terdengar gemeretak dari dalam mulutnya, karena memang, bagian atasnya sudah tidak sempurna lagi, tingggal satu-satu. Tiba-tiba saja pandangan mata mengarah ke lantai, tapi tidak terlihat berserakan giginya. Barangkali memang sudah sejak lama ompong.

cartoon1519926494350.jpg


Hampir terpancing marah, ketika melihat kursi dan meja yang sering aku tempati, diduduki oleh para undangan acara itu. Untung saja sebagian dari mereka ada yang aku kenal. Sambil berbasa-basi, menanyakan kepeda mereka, ada apa ini? Mereka melebarkan tangan dan mengangkat bahu.

“kami tidak tahu juga, kita simak saja apa yang dia bicarakan”. Ujar salah seorang dari mereka.

“oh begitu, ya kita dengar saja apa ocehannya.” Setuju saran mereka.

Ah! Kenapa dia tidak menggunakan tissu yang sudah disediakan di atas mejanya. Pemandangan sangat tidak bisa dipandang lama-lama, akan membuat mual. Dia menggumam, mendengus, bercerarau, sehingga mulutnya berbuih-buih seperti pengidap penyakit epilepsy, dan dia terdiam, melihat yang hadir semua menunduk. Tiba-tiba saja wajahnya semakin merah, menahan geram, bersiap-siap menumpahkan kemarahannya.

cartoon1519926363934.jpg


“kenapa kalian semua menunduk!!?? Kalian tidak menghargai saya berbicara di depan kalian. Padahal dengan sangat hormat, saya mengundang kalian ke sini untuk mendengar saya bicara. Kalian sama saja seperti wakil rak..…..” dia menghentikan ocehannya yang nyaris menjurus ngawur. Kalau tidak melihat asisten pribadinya, memberitahu dengan bahasa isyarat, agar menyeka mulutnya dengan tisu. Terkejut dan malu, dia membalikan badan mengarah ke belakang, lalu membersihkan mulutnya dengan beberapa lembar tissu.

“hhm maaf saudara-saudara. Tadi saya sedikit emosi. Baiklah, sekarang sudah aman kembali” berusaha menetralisir suasana.

Seperti ragu-ragu para hadirin mengarahkan pandangan ke arah yang berorasi tadi.

Merasa sudah mendapat perhatian, lelaki itu melanjutkannya lagi. Bahkan menaikan suaranya satu nada.

“saudara-saudara, tahu tidak? Organisasi yang sudah sangat besar ini, bahkan sudah begitu kaya sampai saat ini, saya pendirinya. Tapi kenapa saya tidak dilibatkan lagi dalam organisasi ini. Pengurusnya hari ini tidak pernah menghargai saya. Saya bisa bubarkan organisasi ini. Karena saya pencetusnya”. Teriakannya menggelegar, lalu terbatuk-batuk.

Tidak ada tepuk tangan memberikan semangat kepadanya, yang terdengar hanya suara ceklikan kamera dan kilauan blitz. Dan memang yang hadir para kuli tinta dan wartawan foto dan wartawan televisi. Sang pencetus hanya membawa seorang asisten pribadi. Karena sudah tidak mampu lagi membayar lebih para pendukungnya.

cartoon1519926430070.jpg


“pak pencetus, saya ingin bertanya, apakah…” salah seorang wartawan ingin mengajukan pertanyaan. Tapi langsung saja mencegatnya.

“tidak. Tidak ada pertanyaan. Saya mengundang saudara-saudara semua, bukan untuk bertanya. Tapi dengar saja, foto, rekam, tulis dan sebarkan segera.

Bersambung

Banda Aceh, 2 Maret 2018

Zulfikar Kirbi | @zulfikark-kirbi

Sort:  

Saya bukanlah kuli tinta, bukan pula pembawa berita, saya hanya anak gembala dari kampung perbatasan langsa, jika boleh saya hendak bertanya, apa benar PENCETUS itu begitu rupanya..?
Jika memang begitu adanya mau dibawa kemana negara kita ..?

Hehe sangat tidak etis menjawab pertanyaan tadi. Biarlah waktu menjawabnya haha

Sungguh luar biasa. Sebuah metode baru untuk memulai perjuangan. Kita tunggu kabar baiknya di masa depan.

Banyak cara mendapatkan sesuatu dan terjebak dalam pola pikir pragmatis hehe
Saleum syedara

Tgk Zul, nyoe cerita fksi atau berangkat dari kisah nyata. Sang lagee kisah nyata. Beutoi?

Hahahaha... fiksi belaka, teuinspirasi aceh uro nye hehe

Asyik nih jelang pilkada dan gemuruh 2019. Ditunggu sekuelnya bang. Hahaha......

Hahaah bang @imansembada semoga saja tidak letih merangkainya hahaha
Sambil terus belajar bang hehe

Terimakasih kak @puanswarnabumi telah singgah di sini. Perlu bimbingannya, masih belajar

Sang pencetus memang tiada dua!, "dengar,t rekam, tulis, dan siarkan segera!, tidak untuk bertanya". Setegas itukah sang pencetus???
Hahahahahahha!.

ya. cerita belum selesai masih ada pencteus-pencetus lainnya hehe

Wow... keren banget! Paling susah memang mendengar... hehehe

Haha terimakasih kak @mariska.lubis telah singgah lagi hehe
Iya memang begitu kedengarannya hehe
Salam

Meskipun fiksi. Tapi inilah kenyataan di nanggroe hari ini. Hiks. Menyedihkan.

Hahaha begitulah kira-kira bang @apilopoly negeri kita hehe

Ini gambaran betapa sebagian politisi kita maunya didengarkan, bukan mendengarkan. Harusnya politisi baca ini biar mendapat hidayah.

Hehehe Insya Allah Rakan @musismail masih banyak cerita negeri kita. Hehe

"Seketika para pengunjung terdiam tanpa kata. Tampak terlihat raut wajah yang kurang bersahabat dari para pendengar. Ingin rasanya berkomentar, tapi ya sudahlah. Lebih baik aku duduk manis saja di tempat semula, di sudut warung di samping jendela. Sambil mendengarkan ocehan sang pencetus, aku menatap ke arah sudut yang berbeda. Seorang yang aku kenal, bang @zulfikark-kirbi tampak sedang mendengarkan juga kalimat tanpa makna yang dilontarkan sang pencetus. Aahh, lebih baik aku sapa saja beliau."

"Ketika aku berdiri dan hendak berjalan, tiba-tiba saja............."

Ah! Melihat keluar jendela. Orang-orang semakin apatis
Ah!

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 58309.71
ETH 2617.30
USDT 1.00
SBD 2.42