Oase Ramadan #3: Meugang, Tradisi Unik Masyakarat Aceh Menyambut Ramadan
Mungkin kalian semua tidak tahu, meugang itu berasal dari kata Meuglang (cacingan) lho! Mungkin dulu daging yang dimakan oleh anak-anak kurang higienis dalam proses pemotongan, pembersihan sampai pengajiannya...eh penyajiannya membuat telur cacing bersemanyam didagingnya. Anak kecil mengeluh pada mamanya –padahal mengeluh bukan sifat yang baik- anak itu mau bilang “Mak...Meuglang” tapi karena masih kecil dan cadel yang terucap adalah.. Mak..Meugang! maka saat itulah pertama kali tradisi Meugang dimulai di Aceh.
Tradisi ini melibatkan orang tua dan pasangan yang baru menikah yang masih tinggal di rumah mertua, atau tidak tinggal lagi wajib memberi daging minimal dua kilo kepada mertuanya? Saya tak tahu karena belum punya mertua. Jangankan mertua bang, ke daerah segitiga mermuda saya belum pernah pergi.
Terjadi pembantaian besar-besaran, orang-orang membawa parang/pisau yang paling tajam. Paha dan tangan dimutilasi, bahkan kepala di eksekusi, dicincang-cincang tanpa kepedulian sedikit pun oleh pihak kepolisian. Umat hindu sangat marah akan kejadian ini. Itulah meugang korban penyembelihan adalah kerbau dan sapi.
Meungang secara istilah berarti membeli daging sapi atau kerbau, untuk dimakan –tentu saja dimasak dulu- menyambut ramadan. Biasanya dua hari sebelum ramadan, kalau muhammadiyah mungkin lebih cepat sehari. Memakan daging niatnya supaya kuat nanti menghadapi puasa, karena memakan daging menguatkan daya tahan tubuh supaya tidak lemah –sungguh pilihan kata yang miskin-.
Meugang juga dimaknakan Ber-Gang. Yaitu orang gang kaya sanggup membeli daging yang banyak untuk keluarganya. Sekilo untuk di masak merah, sekilo masak putih dan sekilo tulang untuk dibikin sop. Sedangkan gang orang miskin, Cuma bisa merasakan bau kuah dari masakan orang gang kaya. Seharusnya pak lurah setiap desa harus mengecek siapa yang gak dapat daging meugang, ditanggung setengah kilo, dari dana desa.. kalau memang tidak sah puasa kalau tak makan daging meugang.
Untuk keluarga yang baru menikah, merupakan sebuah adat membawa daging ke rumah mertua. Ada juga yang sampai daging bagian tertentu tapi saya tak tahu bagian mana. Saya tak tahu karena belum punya mertua. Jangankan mertua Bang, ke daerah segitiga mermuda saya belum pernah pergi. Eh.. kalimat ini sudah di atas.
Nanti juga sebelum akhir Ramadan ada meugang lagi dua hari sebelum lebaran. Begini juga sih tradisinya, makan daging biar kuat tidak lemah untuk menghadapi hari raya. Karena setelah sebulan berpuasa ada sebulan hari raya, dimaknai dengan bersilaturrahmi pergi kemana saja saudara-saudara berada.
Kalau sudah membeli daging, tidak lengkap rasanya tidak membeli Leumang dan Halua. Leumang adalah kue tradisional sumatra dengan bahan dasar beras ketan (bulukat) dan daun pisang dimasukkan kedalam bulus (apa bahasa indonesianya?) dan halua adalah kue manis dari gula dan tepung dan dimasak berjam-jam. Ada dua versi halua ada yang lunak ada juga keraknya yang keras, keduanya kue tradisional tanpa micin.
Harga daging di hari ini naik drastis, daging sapi dan kerbau pernah menembus angka 250 ribu rupiah perkilonya. Harga bertahan di pasar index dari subuh sampai siang hari, sore kalau para penjual daging mau pulang, baru harga turun. Hari kedua naik lagi, sore hari kedua turun lagi.
Para penjegal sapi ini sudah bekerja dari tengah malam untuk menyembelih sapi dan kerbau, baik di gampongnya masing-masing juga ada yang membawa sapinya ke pasar dan disembelih di sana bersama-sama. Otomatis harga ikan hari ini dan besok akan turun drastis bahkan tak ada yang beli ikan, kecuali yang tak bisa makan daging, para vegetarian atau yang diharamkan oleh dokter.
Mengapa mahal mungkin ini adalah harga yang harus dibayar untuk sebuah tradisi yang mengharuskan semua makan daging hari ini warga Aceh, atau mahal karena penjualnya bergadang malam dan berdagang di pagi hari atau karena mahal disebabkan dagingnya segar baru saja disembelih, seperti ikan baru ditangkap? Semoga dengan adanya Meugang ini, mengurangi sapi atau kerbau yang berkeliaran di jalan raya kabupaten Pidie.
Bagi ikhwan dan akhwat yang belum dapat tulang rusuknya, boleh menuju pasar daging terdekat, tulang rusuk hari ini 80 ribu sekilo!
Budaya meugang saya rasa masih ada sampai saat ini di daerah kita
I like this post cause culture of aceh
Vetul..budaya yang harus dijaga.. haha
Iya ya
Kabarnya Abusyik sudah medistribusikan daging meigang dan uang untuk rakyatnya. Tapi kampung kami karna gak menangAbusyik kmren ya tidak dpat.
Nyan ban laporan mr @riodejaksiuroe 😁
Nyan ka hana adil dan merata... dak meudeh yang gasin2 yang han ek bloe sie manteng geubagi... bek melihat dari dukungan
Ya, beutoy mr Rio. Weuh kamoe tetangga
menurut pengetahuan yang saya tau ,Tradisi Meugang sudah dilaksanakn sejak ratusan tahun yang lalu di Aceh. Meugang dimulai sejak masa Kerajaan Aceh.
sungguh kebiasaan dan budaya yang sangat luar biasa
Ya bang..ada baca2 juga tadi sekilas..Abang tahu kenapa namanya Meugang?
kalau itu saya kurang tau bang
Di akhir Pola yang sama dengan anggota DPR kemaren...
Seharusnya ini pembelajaran bagi yang menulis..
Saya menunggu penutup apa lagi besok..
Dan saya harap.
Semoga gak ada yang sampe meugang adek baju pink..😂😂..
Hahaha... diakhiri begitu biar apa sikit.. boleh megang adek tu. Tapi harus disahkan negara dulu
Nah,ni dia baru pas....
Sah sah...harga rusuk 80ribu / kilo👍
Wkakaka, han eik takheim, alacan diba parang le awak Hindu
Bek kajak peugah yang kon2, pane na dasar kata meugang dari meuglang.. hoe ka @ojaatjeh ..hhh
Congratulations @riodejaksiuroe! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the total payout received
Award for the number of upvotes received
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Tulisan yang mencerahkan, saya takjub. Analisa nalar yang khas tingkat tinggi
Makaci bang...