Secarik Kenangan, Sebait Puisi, Seindah Mentari di Pagi Hari #3

in #cerita6 years ago (edited)

Selamat sore semuanya! Hari ini saya hadir lebih cepat, hehehe. Saya selalu senang menyapa @all #steemian. Sungguh hari menjadi hari yang #menyenangkan, bukan? Tetaplah selalu riang dan bahagia, hehehe...

Sekarang saya mau melanjutkan #cerita yang kemarin. Tapi, untuk yang bagian #3 ini saya ubah judulnya. Judul yang dua episode lalu itu terlalu rumit. Jadi saya ganti dan sederhanakan saja seperti di atas, ya. Lebih #puitis dan #imajis, bukan?

Begitu juga untuk #bahasa Inggris-nya, kali ini ditiadakan. Sebab, terjemahannya tidak bagus. Takut merusak cerita. Itu pertimbangan sementara ini. Namun, jika ada #steemian asing yang berminat, untuk episode selanjutnya mungkin akan ditampilkan lagi. Bila ada yang memberikan saran, silakan berikan #komentar.

Oh, iya. Mari teman-teman nikmati #kisah selanjutnya. Moga teman-teman #senang membacanya ya, hehehe...


Bagian 3:

Gadis Itu Seperti Sengaja Menunggunya

3.png

Ilustrasisource

Rupanya gadis itu benar-benar marah. Pipinya yang putih menjadi merah. Bola mata yang tadi agak sayu kini melebar. Mulutnya berkoar-koar, memuntahkan semprotan ke wajah Harist yang kelihatan agak dungu. Untung tidak ada liurnya!

Hati pemuda yang semula garang itu jadi kecut juga. Bahkan dia tidak bisa sedikit pun berupaya meredakan apa yang sudah terbakar. Dipikir-pikir memang salahnya juga mencari gara-gara. Akhirnya ia mengambil sikap masa bodo saja. Perlahan-lahan dia surut dan meninggalkan cewek itu yang masih mendumal. Cowok itu melangkah menjauh, menahan rasa malu, dan bersikap seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa.

Demikian pun rasa penasarannya pada cewek jelita itu tidak pernah berkurang. Tapi sudah kepalang malu dan tidak ada lagi semangat untuk bertemu dengan cewek itu. Kapok rasanya jika sempat berurusan seperti itu lagi. Rupaya cewek itu jedus juga, pikirnya. Untung saja waktu itu tidak menjadi perhatian orang-orang. Ada memang beberapa mahasiswa di warung nasi melihatnya. Tapi cowok ini tidak ambil peduli. Memang apa urusannya?

Namun, keesokan harinya terjadi peristiwa yang tanpa terduga. Sewaktu pulang kuliah, Harist berjumpa lagi dengan cewek itu tanpa sengaja. Si gadis semampai yang bergaun gamis itu berjumpa di tempat yang sama lagi. Padahal dia sama sekali tidak menginginkan perjumpaan itu. Tapi dari jauh Harist sudah menangkap suatu yang ganjil dari bidadari itu. Gadis itu senyum-senyum sendiri melemparkan tatapan padanya.

Cowok itu tidak tahu senyum itu ditujukan pada siapa. Sebab arah yang ditatapnya tidak ada orang lain, selain cowok berkulit sawo matang itu. Lagi pula tidak ada orang yang pantas untuk diberikan senyuman. Waktu itu jalanan di sekitar situ begitu sepi, tidak ada orang yang melintas di sana. Kecuali mereka berdua; gadis itu dan Harist.

Cewek itu masih senyum-senyum sendiri. Jangan-jangan cewek itu sudah gila, batinnya. Harist tidak peduli, dan terus saja bergegas agar Asarnya tidak terlambat.

Namun ketika mendekat, langkahnya mulai melambat. Akhirnya dia berhenti juga di dekat gadis itu. Apalagi raut itu tampak begitu manis. Harist merasa aneh dengan perubahan sikap cewek itu yang begitu mendasar. Gadis itu seperti sengaja menunggunya, tapi dia seperti menciptakan kesan seolah-olah kejadian itu sebuah kebetulan. Kini berkali-kali Harist mendapatkan senyum terindah dari bidadari itu.

“Kemarin kok langsung pulang?” sapa gadis itu lembut.

“Bukannya kemarin kamu yang marah-marah?” nada Harist seperti mengingatkan sesuatu pada orang yang kelupaan.

“Masak Mas bilang saya bukan Muslim?”

“Maaf. Sebenarnya dari pertama lihat saya sudah yakin kalau Adik ini Muslim. Bahkan jilbab yang Adik pakai lebih rapi dari gadis-gadis di Aceh,” sepertinya Harist memuji, padahal sebenarnya tidak.
“Apa iya?” mata gadis itu berkerjapan, tersipu-sipu.

“Betul!”

“Wah, Mas ini dari Aceh ya?”

“Iya,” jawab Harist. “Memangnya kenapa?”

“Asya pikir orang Ambon!”

Kini Harist yang tercengang. Sebab dia tahu, di Ambon lebih dominan Kristen daripada Islam. Tapi dari raut wajahnya memang cowok ini agak mirip-miripan dikit sama orang-orang sana ketimbang orang Aceh.

Kalau saja bukan gadis itu yang mengatakannya, pasti Harist sudah mendamprat habis-habisan. Sayang dia tidak bisa marah, dan hanya tersipu-sipu. Wajahnya yang kelihatan ada sedikit bodoh-nya itu jadi seperti bodoh betulan.

“Apa aku mirip orang Ambon?” tanya lelaki itu meyakinkan dirinya sendiri.

Gadis itu tertawa halus. Sedikit ngikik.
“Namaku aja Harist. Artinya penjaga. Berasal dari bahasa Arab!” sambung pemuda itu membela diri, menghilangkan kesan tidak enak pada dirinya.

“Oh, Mas Harist?”

“Ya.”

“Berarti kita sama-sama Muslim?”

Kini mereka tertawa bersama-sama. Yang satu ngakak, dan yang satu lagi ngikik.

“Aku belum Asar,” ucap Harist kemudian.

“Aku juga mau ngaji,” balas gadis yang menyebutkan namanya Asya itu. “Kapan-kapan kita jumpa lagi ya...” sambung cewek itu membiarkan Harist yang melangkah terburu-buru di depannya.

bersambung lagi malam besok....


Nah, bagaimana teman-teman kisahnya? Makin asyik, kan? Tapi, sore ini hanya sampai di sini dulu. Besok (kalau tidak ada halangan) akan saya lanjutkan lagi ceritanya. Semoga teman-teman semua terhibur ya. Saya berharap teman-teman senang membacanya.

Baiklah, sampai jumpa lagi besok. Saya akan selalu mendoakan agar kita semua selalu dalam keadaan sehat, hidup bahagia, dan mencapai kesuksesan bersama. Aamiiin...

#arafatnur #love #heart #fiction #novel #strory #life #education #free #writing #freewrite #steemit #steem #teamsteem #curator #witness #art #indonesia #bahasa #aceh #jakarta #hr1 #sabang #friend #live #gadis #story #history #girl #youngirl #teen



Sort:  

Keren, bang. Jadi tersenyum-senyum sendiri sewaktu membacanya. 😁

makasih teman

Sangat menyenangkan Salam KSI @arafatnur

Makasih. Salam KSI kembali, bang :)

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by mancingikan1 from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 62763.51
ETH 2579.20
USDT 1.00
SBD 2.72