Bahagia Itu Sederhana: Bukan Tentang Langkah Awal Di Steemit

in #bahagiaitusederhana6 years ago (edited)


Nostalgia Srigala Solo


Ilustrasi offline TVRI | sumber

Beberapa hari belakangan ini kita disajikan dengan tontonan ala Berbalas Pantun, sebuah segmen tontonan yang pernah tayang di TVRI sekitar tahun 80/90an dulu, yang masih saya ingat samar-samar karena menjadi salah satu tontonan favorit keluarga kami melalui televisi tabung hitam putih berbadan kayu berkaki empat dari kayu juga. Dan, seperti kata sebuah meme, saya sering menjadi remote control untuk menghidupkan atau mematikan atau menggoyang-goyang antenanya jika gambar di layar mulai dikerubungi 'semut'. Nikmat mana lagi yang hendak didustai.


Logo Steemit dari artikel Steemit @abunagaya

Balas pantun yang saya maksudkan adalah seri-seri tulisan yang terjadi antara beberapa akun steemian Indonesia yang saling menggugat dan membela diri terkait kehidupan di Steemit. Kisruh tersebut masuk ke dalam perhatian saya setelah dikabarkan oleh seseorang teman steemian. Pada dasarnya saya tidak kenal dengan mereka yang terlibat, baik akun-akun steemitnya maupun secara personal orang-orang yang mengelola akun-akun itu. Karena begini, setelah @rayfa memperkenalkan saya kepada steemit, saya memutuskan untuk menjadi steemian lone wolf dalam artian saya tidak terikat dengan satu komunitas apapun meskipun @rayfa pernah menawarkan saya untuk bergabung dengan komunitasnya. @rayfa adalah mentor yang sangat baik, tidak hanya memperkenalkan saya kepada steemit, dia juga selalu bersedia mengorbankan waktu luangnya untuk membalas komunikasi, berdiskusi, dan memberi bimbingan. Saya bahkan menggelarinya Kamus Steemit Berjalan Dari Utara Aceh.

Keengganan Yang Rewel


Mungkin keengganan saya untuk bergabung dengan komunitas ini menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan perkembangan rejeki saya di Steemit tidak begitu menggembirakan. Bahkan ada yang baru bergabung satu atau dua bulan di Steemit telah memiliki reputasi yang lebih tinggi di atas saya yang telah bergabung selama lebih kurang 7 bulan. Seiring perkembangan, saya semakin dipahamkan betapa besarnya pengaruh komunitas kepada perkembangan sesebuah akun steemit, yakni salah satunya agar lebih membuka peluang kepada artikel-artikel kita untuk dikenali. Banyak kenalan banyak rejeki. Ibarat sebuah istilah dalam bahasa Aceh, "Raseuki hamba bak hamba." ("Rejeki seseorang manusia itu [Tuhan titipkan] pada/melalui manusia lain."). Mengkaji hal ini (sisi potensi ekonomis Steemit, dan variabel-variabel penentunya) menurut saya menarik, meskipun pada dasarnya saya mendaftar ke Steemit dengan tujuan utama untuk menyambung hobi saya menulis ngalor ngidul yang terhenti setelah saya untuk ke sekian kalinya ditendang dari facebook. "Selamat tinggal efbe. Kali ini untuk selamanya," kira-kira begitu batinku saat menemukan cinta baru bernama Steemit ini. Tetapi, segera saya pahami, bahwa walaupun fasilitasnya mirip dengan facebook, lingkungan mereka berbeda, dan ini mengasyikkan.

Kenalan Baru


Kembali kepada 'tema' berbalas pantun tadi, kisruh tersebut membuat saya menjadi tertarik kepada mereka-mereka yang terlibat. Saya mulai membuka profile dan membaca artikel-artikel mereka sebelum memutuskan untuk memfollow. Beberapa tulisan mereka saya resteem, ada juga yang saya bagikan ke grup telegram di mana saya bergabung apabila saya menemukan artikel yang kira-kira bermanfaat atau sedikitnya menghibur atau berpotensi membuka wacana untuk berdiskusi. Bukan hanya membaca artikel-artikel, saya juga melihat komentar-komentar dan ada kalanya terlibat mengomentari atau membalas komentar jika saya temui menarik untuk dikomentari. Dari sini berkembang, saya juga mulai membuka profile akun-akun yang berkomentar tadi, jika komentarnya cukup menarik perhatianku, ritual tadi berulang lagi.

Dari ritual tersebut saya jadi mengenal @marxausse, @miswarnjong, @levycore, @aiqabrago, @jkfarza, @razack-pulo, dan beberapa selebritas Steemit Indonesia lain yang telah memiliki reputasi lumayan tinggi. Namun saya tertarik berbicara tentang @mariska.lubis, salah satu steemian senior Indonesia yang diakrabi oleh sebagian dengan sebutan "Kak" atau "Bunda", yang postingannya kemaren berjudul Pengumuman Pemenang Kontes Promo-Steem : Bagaimana Mempromosikan Steemit Sebagai Salah Satu Cara Mendapatkan Kebahagiaan terasa sekali mengkritik kisruh 'balas pantun' yang saya sebutkan tadi, meskipun sedikit banyak kita bisa tahu atau menduga -apalagi jika kita memperhatikan blog beliau- bahwa dalam kisruh tersebut beliau telah memilih sisi atau memang ditempatkan oleh keadaan pada posisinya itu, dan untuk itu beliau memutuskan untuk bereaksi sewajarnya. Yang menarik adalah beliau menggesa semua untuk menghentikan kekisruhan dan kembali meneruskan hidup dan menjalankan aktivitas di Steemit dengan rasa bahagia seolah-olah belaiu beranggapan bahwa mereka yang suka 'keributan' itu sedang tidak berbahagia, meskipun pada ukuran tertentu saya setuju, tapi saya juga percaya bahwa sebagian orang malah menemukan kebahagiaan saat mengobarkan konflik dan bergembira atas ketidakbahagiaan orang lain. Ini memang lingkaran yang membingungkan jika kita membiarkan diri kita tersedot ke dalamnya. Penilaian kita tentang bahagia dan sengsara juga bisa jadi bias.

Teman, Komik, dan Para Filsuf Pra Masehi: Pencerahan Yang Aneh


Sampul salah satu buku kumpulan komik Muslim Show karya Noredine Allam yang telah dibahasa-Indonesiakan | sumber

Ketika mengkomunikasikan pandanganku kepada seorang rekan steemian, dia menawarkan pandangan yang berbeda kepadaku dan mengekspresikan itu dalam bentuk pertanyaan, "Benarkah seseorang sedang mengobarkan konflik?" Responnya yang ala Sokrates ini serta merta mengingatkanku pada salah satu comic strip dalam seri komik The Muslim Show karya komikus Perancis berdarah Arab, Noredine Allam, yang lebih dikenal dengan nama pensil BDouin, dia memiliki page di facebook, dan telah pula memiliki page facebook berbahasa Indonesia. Dalam komik yang saya maksudkan, diperlihatkan dua orang yang tempat tinggal mereka dipisahkan oleh sebatang sungai, si A selalu melemparkan batu kepada si B di seberang, alih-alih melempar balik, si B mengumpulkan setiap bongkah batu itu, lalu seiring waktu dengannya ia membangun sebuah jembatan, sehingga dia bisa mengunjungi saudaranya itu dan membangun sebuah komunikasi, sehingga mereka bisa saling mengenali dan menyelesaikan masalah yang mungkin ada di antara mereka.

Saya tidak tahu pasti, tetapi saya punya keyakinan besar, bahwa pesan yang disampaikan komik BDouin itu bisa diadaptasikan kepada semua jenis konflik. Dan komik itu -bersama-sama dengan pertanyaan rekan saya tadi- telah mengubah pandangan saya, bahwa apa yang terlihat sebagai konflik bisa saja sebuah konflik jika kita memutuskan melihatnya begitu. Atau bisa juga itu sebagai peluang komunikasi yang membangun, lagi-lagi jika kita memilih melihat begitu. Atau bisa saja kita melihatnya sebagai sebuah hiburan semata, sekali lagi ini memang masalah keputusan. Sederhana, sesederhana sebuah kata-kata yang menurut saya bijak, "Bahagia atau sengsara adalah keputusan. Maka putuskanlah, mau bahagia atau sengsara."

Patung Confucius di Kuil Confucius, Shanghai, Tiongkok | sumber

Sesederhana itu, sesederhana tidak membiarkan hal-hal di luar diri kita mengontrol kesejatian pribadi kita dan mengambil alih kendali penentuan tingkat kebahagiaan diri kita. Sesederhana menerima diri sendiri, meskipun kadang kala hal ini juga butuh usaha ekstra. Sesederhana tetap setia pada Steemit saat harga Steem merosot dan nilai reward menjunam. Sesederhana tetap terlibat dalam diskusi-diskusi di grup dan semampu mungkin membantu steemian-steemian baru memahami dunia ini atau menunjukkan arah ke mana mereka sebaiknya mencari informasi walaupun sudah berhari-hari tidak memposting apapun, sabar seperti semangat mentorku, @rayfa. Sesederhana itu, sesederhana anu, sesederhana apa sajalah yang sederhana. Lagi-lagi, itu jika kita memutuskan untuk melihatnya secara sederhana. "Hidup ini sederhana, kitalah yang terus ngotot membuatnya rumit," kata filsuf Confucius, orang bijak China yang lahir 500 tahun sebelum Isa Al Masih, yang ajaran-ajarannya telah mempengaruhi budaya, tatanan politik, kemiliteran, dan aspek-aspek sosial lain di China -dalam ukuran tertentu juga di luar China- sampai hari ini. Saya setuju bahwa bahagia atau sengsara itu pada hakikatnya sederhana, dan kita mampu memilih di antara keduanya. Hanya saja, sebagai makhluk sosial, ada kalanya kita butuh saling ingat mengingatkan dalam menetapi hidup dengan kesabaran dan kebenaran.

Kesederhanaan Berbahagia Dalam Rasa Syukur: Tak Bisa Ngontes Tak Apa


Terima kasih telah menginspirasi.

Tulisan ini memang tak tepat disubjuduli langkah awal di Steemit, karena cerita saya langsung lompat ke perkembangan terakhir di dunia Steemit Indonesia -yakni 7 bulan setelah saya bergabung- setelah sedikit membahas perkenalan saya dengan Steemit. Karena itu, ditambah kegagalan saya menambahkan minimal 1 foto yang menunjukkan semangat diri sebagai syarat (saya memang enggan difoto), maka tulisan ini tidak saya ikutkan kontes Bahagia Itu Sederhana #1 yang diselenggarakan oleh @anggreklestari, tetapi cukuplah nama kontes tersebut dan isi artikel dari @mariska.lubis tadi membawa inspirasi bagi tulisan ini setelah lebih seminggu saya tidak memiliki ide. Tetapi saya tetap memakai tag #bahagiaitusederhana sebagai dukungan saya untuk kontes pertama ini dan kelanjutannya, jika ada. Bagi teman-teman yang tertarik untuk mengikutinya dan berkesempatan merebut hadiah (hadiahnya lumayan, lho, setidaknya untuk ukuran kaum dhuafa seperti saya), silahkan klik di >>>>sini<<<<.



Steemian Indonesia, tetap kibarkan benderamu!
Dan Steem On!


@aneukpineung78 | Telegram


Sort:  

Brodcasting a tv chanel offline screen

Yep. Thanks for dropping by.

Hallo @aneukpineung78, apa kabar? Kami upvote yah..

Kabar baik, bro!

Tentu saja boleh upvote.
Terimakasih, ya?

Bahagia itu, grafik steem naik maupun turun tetap posting hal2 yang positif dan tetap semangat :)

Ya lah.. mesti akur sama mentor, hahahha

Kop Lhok status, seungkak teuh bak tabaca

Nyankeuh.
Ka galak droe neuh neujak baca.
Khak.

Iya, sesederhana itu, konflik timbul krena rekasi akan kritik yg berlebihan.. Sederhana = tidak berlebihan.. Coba deh pake rumus itu,, nyaman, damai, tentram.. 😊😊😊

Ada kawanku bilang gini, "Adakalanya kesederhanaan itu rumit juga."
Haha. Bagaimana apakah Bung Komandan setuju?

Krna dia tidak mau sederhana.. Ada nafsu berlebih

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 64542.61
ETH 3460.20
USDT 1.00
SBD 2.51