Cerita di Jambo Jaga |
Pada masa ketika kafe belum ada dan warung kopi adalah sebuah kemewahan, pos keamanan kampung biasanya menjadi tempat berkumpul anak remaja. Mereka berbagi cerita tentang apa saja dengan topik cinta dan masa depan sebagai isu utama. Selebihnya adalah kisah hantu yang datang silih berganti dari setiap anak muda tanggung, seolah mereka pernah melihat hantu secara langsung.
Menjelang tamat SMA, rating kisah masa depan mulai berada di level atas. Ke mana setamat ini, apakah akan kuliah, mau bekerja, atau keduanya; kuliah sambil bekerja.
Bagi sebagian anak remaja, kuliah juga sudah menjadi kemewahan. Di kampung tidak banyak yang bisa kuliah. Kalaupun ada, pasti ceritanya berdarah-darah, penuh drama yang tidak pernah terbayangkan generasi milenia saat ini. Harus mencari makan sendiri, harus menjadi pembersih masjid, atau bekerja menyuci di rumah orang. Laki-laki dan perempuan, tetap harus bekerja agar bisa kuliah.
Beasiswa sama sekali tidak pernah melintas di pikiran, uang dari orang tua tak cukup untuk kuliah. Belum pun tamat SMA, orang tua sudah memberi ultimatum; “Silakan kuliah di mana saja, asal uang bulanan Rp30 ribu sebulan!”
Saat itu tahun 1991. Gabriel Batistuta sedang jaya-jayanya karena menjadi pencetak gol terbanyak di Copa Amerika. Anak muda juga mengagumi Claudio Caniggia karena kegantengannya dengan rambut gondrong seperti seorang rocker. New Kid On The Block (NKOTB) juga sedang ngetop-ngetopnya. Kartu ATM belum ada, apalagi internet. Telepon umum saja hanya bisa dijumpai di kota besar. Dunia sedang menyiapkan semua yang ada di era milenia, dan kami masih membahas ke mana setamat SMA.
Semuanya bercerita tentang biaya yang besar untuk kuliah, atau harus ada backing (sokongan, dukungan, bantuan) untuk bisa bekerja. Celakanya, aku tidak punya keduanya. Orang tua tinggal seorang, rumah belum dialiri listrik, jadi tv pun tidak punya. Radio hanya satu, kecil pula, yang darinya mengudara lagu-lagu Keenan Nasution, Diana Nasution, Biru Langit, dan beberapa penyanyi dalam negeri lainnya. Lagu Barat yang sering terdengar dari Scorpion dan Rolling Stone. Selain radio, hiburan lainnya hanya majalah dan buku. Untuk menonton Aneka Ria Safari di TVRI dan kemudian ada acara Selekta Pop, harus numpang di rumah tetangga. Sudah numpang, tv-nya hitam putih pula.
Dengan kondisi begitu, mau jadi nanti, ya? Backing dan uang tak punya. Bekerja kantoran mustahil, kuliah pun masih di awang-awang. Cerita kawan-kawan tentang saudara mereka yang wah-wah, cukup menciutkan nyali. Semuanya optimis dengan masa depan dengan adanya saudara dan dukungan harta orang tua.
Aku teringat tentang sebuah artikel psikologi di sebuah majalah remaja. Katanya, saah satu cara untuk menghindari perasaan minder dan rendah diri adalah dengan memiliki sebuah keterampilan, apa pun itu.
Lantas apa keterampilanku saat itu? Sepakbola masih tanggung, hanya jadi kapten klub kampung. Menulis juga tanggung, belum menghasilkan apa pun. Melukis spanduk (saat itu spanduk dilukis tangan), tidak bisa dijadikan sandaran masa depan.
Di tengah situasi yang serba tanggung itulah, di tengah kekhawatiran masa depan itulah, dalam percakapan bermalam-malam di pos siskamling atau jambo jaga, kuambil sebuah keputusan; aku ingin menjadi penulis!
Sudah habis saya baca tidak ada cerita peh ek nam,😄 berbeda dengan jambo jaga kampung saya, Di sana banyak remaja bersuka ria dengan balak tiga..
Saban cit Abu @nayya24. Kamoe meuen bate limong cit bak jambo jaga. Tapi hana Lon calitra sabab Lon hana cakap bideung nyan. Asai meuen bate limong, han tom ditamong yang meurasa.
Mantap 👍👍
Makasih @rivendal.
Beruntungnya kami pemuda masa kini tidak sempat merasakan pahitnya hidup di masa itu bang @ayijufridar.
Paken neupileh jeut keu penulis bg? 🤔
Pahit pun jadi obat @rejacole. Kalau tidak pernah merasakan pahit, mungkin kita tak bisa mensyukuri manisnya madu (caileee...). Memang benar, kalian harusnya bersyukur karena hidup tidak semudah sekarang.
Saya suka dengan pertanyaan mengapa memilih jadi penulis. Jawabannya ada si atas meski tidak secara jelas saya sebutkan, untuk memberi ruang bagi pembaca untuk berpikir dan bertanya. Jawabannya, sebab menjadi penulis tak perlu uang untuk menyogok dan tak butuh beking.
Heheee 😁
Jawaban yg singkat dan jelas bang 👍🏻
Was kita alias weuh teuh @rejacole. Tanyoe aneuk yatim hana beking hana beulanja. Ta eh malam ateuh peuratah tring, sinan meukuwin ngon lapek tika. Kadang na musem ka bawa boh drien, tanyoe ureung gasien kakeuh pajoh boh meuria.
Kapaloe bang @ayijufridar, weuh-weuh teukhem long 😂
Keren bg!
Nyan keuh lage nyan aneuk muda jameun @rejacole
Waduh.. jambo jaga teringat akan kemesraan para warga saat waktu hampir subuh.
Pu nyan @yahqan? Meuen mat-mat eungkot bace sabe agam
pue chit teuh
https://steemit.com/puisi/@happyphoenix/lomba-puisi-ungkapan-cinta
Maaf mas, sifatnya mendadak, minta tolong jadi penilai di lomba puisi yang saya adakan. Sifatnya non formal dan santai aja, buat ramai-ramai aja biar lebih semarak :)
Kapan deadline-nya? Saya buka tautannya nanti di kantor, ya? Trims.
Hari sabtu mas. :)
Siap, nanti saya respon @happyphoenix...
Makasih banyak :)
Sama-sama @happyphoenix.
Biografi yang di rangkai dalam bentuk cerita, saya sangat salut dengan perjuangan abg, dan saya yang remajanya di tahun milenia pun merasakan bagaimana yang abg rasakan. Kebetulan juga remajanya saya masa konflik aceh. Jadi saya tidak pernah merasakan pos jaga.
Hehehe
Kita berbeda zaman ya @klen.civil. Bang Ayi generasi yang beruntung juga, sebab bisa menikmati banyak fasilitas meski tidak punya, seperti telepon umum, pager, mesin faks, dan sebagainya. Begitu internet hadir, tak perlu waktu lama untuk mempelajarinya.
Kami dulu harus jaga malam pula, tapi itu pas tamat STM tahun 1991 ke atas. Rasanya gimanaaaaa gitu.
Han jet lon bayangkan jaga malam bg, sabab galom lon rasa sampe ka lon kerja lage nyoe rupa.
Hahaha
Kamoe aneuk muda India, tapak teuntra kaleuh meurasa @klen.civil.
Hahaha, mantap
Ceritanya persis sama.dengan Jambo Jaga Kampung kami LA Bang @ayijufridar, hanya saja di Jambo Jaga kami aroma 1187 sangat kental. Juga, acara "maen" judi di tempat khusus sprti "Lampoh U" yg ditumbuhi semak belukar panjang msh ada. Hehe
LA memang gawat @bahagia-arbi. Apalagi na Keuchik Min di sana, hehehehe.
Mantap that cerita bang ayi. . Upvote @ayijufridar
Makasih @nazarwills.
Saat itu tahun 1991. Gabriel Batistuta sedang jaya-jayanya karena menjadi pencetak gol terbanyak di Copa Amerika.
Saya ingat betul sosok si gondrong itu, era saya tahun 1998-2000-an, dia masih hebat. Nama lengkapnya Gabriel Omar Batistuta. #masa lalu
Betul @mushthafakamal. Dia antara lain pernah bermain di Fiorentina. Masa itu, Liga Itali lebih menarik dibandingkan Liga Inggris, setidaknya di Indonesia lebih populer
Jadi, keputusan menjadi penulis muncul di jambo jaga? Dasyat! Saya rugi, tidak punya kenangan dengan jambo jaga. Orang-orang penuh cerita jika bicara jambo jaga apalagi di masa-masa konflik. Saya setiap kena giliran jaga tidak pernah ada kejadian yang heboh. Malam-malam selalu saja lewat dengan tenang, dan kami selalu bisa pulang lebih awal.
Banyak pengalaman lucu dan pahit di jambo jaga Bang @rismanrachman. Karena jambo jaga kami dekat dengan posko Pasukan Kopassus, sering ada sidak. Kadang, kita tidur pun jadi masalah. Kena hukuman lop lam pup dan push up. Yang pahit pun sekarang kita kenang sambil tertawa. Daripada dendam dengan masa lalu.
Ngeri juga mendengar cerita kawan-kawan di jambo jaga tentang masa depan mereka. Sepertinya, beking dan uang menjadi syarat utama untuk sukses. Karena menjadi penulis tak perlu beking dan nyogok, saya milih itu saja.