Mencari Substansi Jiwa: Mengkaji yang Abstrak Secara Abstrak

in #writing6 years ago

"Bercerminlah kamu, untuk mengetahui siapa dan apa dirimu sebenarnya."

woman-2068125_1280.jpgSuGam

Cermin dapat merefleksikan diri seseorang, bagi yang mau berdiri di hadapannya. Memantulkan gambaran diri secara jujur, walau perspektifnya terbalik 180°. Bukan kebohongan, hanya sebuah kejujuran dari sudut pandang yang berbeda. Memberikan kesempatan untuk menata diri, namun sekaligus diharuskan berpikir dalam meletakan penempatan yang baik untuk memperindah diri.

Mudah menemukan cermin raga, dengan berbagai macam bentuk, jenis, juga ukuran. Namun, pernahkah berpikir, di mana kita bisa menemukan cermin jiwa? Pemantul refleksi dari eksistensi tidak kasat mata dan abstrak di dalam diri manusia. Bentuk tanpa wujud yang membentuk sikap, sifat, kebiasaan, dan keputusan manusia.

Tahukah kalian, jikalau mata adalah cerminan jiwa? Cermin unik, yang memantulkan sekaligus menangkap bayangan jiwa yang berada di hadapannya, sekaligus terpantul berikut tergenggam oleh cermin jiwa milik lawan temunya.

woman-590490_1280.jpgSuGam

Begitulah cara paling mudah untuk mencitrakan jiwa. Dengan bercermin melalui mata orang lain, untuk kemudian pantulannya terlihat melalui deskripsi yang terlontar dari lisan si pemilik cermin.

Akan tetapi, lisan hanyalah alat penyampai dari data yang diterima oleh panca indra. Penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan rasa dari sentuhan. Baik yang semu atau pun nyata. Untuk nantinya diolah di dalam ratusan bilik otak, berisi jutaan sel, yang bergerak teratur dengan kecepatan cahaya, demi mengantarkan potongan-potongan informasi, yang nantinya disatukan menjadi gambaran utuh, sebelum ditimbang dengan pengukuran presisi milik hati, untuk akhirnya dikeluarkan menjadi rangkaian kata melalui ucapan.

Proses panjang, yang ajaibnya terjadi begitu saja dalam waktu singkat.

Namun, pantulan yang tercipta dari rangkaian rumit tersebut, apakah benar bayangan diri yang hakiki? Tanpa tambalan atau pengurangan, berikut kekhilafan dari si pemilik cermin?

Sesungguhnya, apa yang disampaikan oleh lisan sebagai duta cermin jiwa yang jujur, adalah bias berkabut, karena tercampur oleh penilaian subjektif si pemilik cermin.

images(4).jpgSuGam

Cermin yang retak, kotor, berdebu, cekung, cembung, atau cermin beriak tanpa pola. Itulah wujud cermin tempat kita mencitrakan jiwa, yang lucunya tidak bisa kita ketahui pasti bagaimana bentuk cermin itu sebenarnya.

Terkadang si pemilik cermin mengatakan A kepada kita, namun berubah menjadi X saat berada di belakang. Begitu pun dengan pemilik cermin lain. Dengan satu citra yang sama, dia bisa berpendapat B, namun terkadang C, kadang malah berubah lagi menjadi L.

Dari penilaian jiwa yang tanpa tolak ukur pasti, si pemilik jiwa dipaksa memasuki dimensi paradoks yang berisi ketidakpastian. Terombang-ambing dalam gelombang pendapat yang membingungkan. Hanyut diarung kepasrahan menuju tanah antah berantah. Tempat yang belum tentu sesuai dengan bentuk jiwa kita sebenarnya. Terdampar tanpa daya, dan terkadang takut untuk berlayar kembali demi mencari bias bentuk yang tepat dari jiwa di dalam diri.

Akhirnya jiwa itu terkikis oleh waktu, sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ditempati. Seringnya, bagian diri dari potensi bawaan yang dimiliki, ikut terbuang menjadi serpihan. Menjadikan si pemilik jiwa hanya wadah dari penggerak yang cacat. Jiwa hasil cetakan, tanpa nilai keunikan sendiri. Monoton bagai barang rekayasa produksi pabrik kehidupan.

Pencarian wujud dari jiwa yang kita miliki memang tidak mudah. Secara jujur, malah bisa dibilang sulit. Namun, bukannya tidak mungkin untuk dilakukan. Metode trial and error menjadi pilihan yang paling mudah, untuk menemukan tempat tepat bagi jiwa yang masih abstrak. Demi mendapat bentuk sejati yang melengkapi.

binoculars-1209011_1280.jpgSuGam

Cobalah berbagai macam hal yang dapat ditemukan, lalu sesekali melihat jauh ke dalam diri, untuk bercermin dengan cermin jiwa milik sendiri. Memastikan pola ekstrinsik yang didapat, sudah sesuai dengan bentuk intrinsik yang kita miliki. Terus dilakukan berulang, hingga akhirnya terlihat utuh tergambar dalam cermin sendiri, bagaimana bentuk jiwa kita yang sesungguhnya.

Masihkah mau terdampar di pulau antah-berantah, dan membiarkan diri terkikis habis? Atau sudah mau kembali berlayar mencari labuhan tepat untuk jiwa abstrak yang butuh citra bentuk pasti?

Artikel ini pernah dimuat sebelumnya di sini

Sort:  

Congratulations You Got Upvote
& Your Content Also Will Got Curation From

  • Community Coalition
IndonesiaPhillipinesArab
@sevenfingers@steemph.antipolo@arabsteem

Selamat telah dapat kurasi dari sevenfingers bermakna postingan saudara memiliki mutu yang memikat.

Salam kreatif dan salam karya dari steemian baru Madura

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.13
JST 0.032
BTC 66256.11
ETH 3036.39
USDT 1.00
SBD 3.73