Positif Dan Negatif Dalam Steemit Indonesia
Hai sahabat Steemians semua..!
Kalian tahu tidak? Semakin hari rakyat Steemit semakin bertambah. Tak dipungkiri berkat adanya platform ini banyak lahir penulis-penulis baru, mulai dari yang amatiran sampai yang memang sudah ahlinya. Maka dari itu tak heran pula ketika membuka Feed akan ada banyak inspirasi, hiburan, pengalaman, dan pengetahuan yang kita dapatkan disana.
Terlepas dari semua itu, semua hal baru yang kita jumpai pasti akan ada sisi positif dan negatifnya. Dampak sisi positifnya salah satunya ya seperti yang barusan saya sebutkan diatas, misalnya kita yang sebelumnya jarang atau bahkan sama sekali tidak kepikiran untuk menulis suatu artikel, tapi dengan adanya platform ini banyak lahir penulis-penulis baru yang ingin menunjukkan kebolehannya.
Bukan hanya itu saja, disini kita juga bisa berinteraksi dengan banyak orang diseluruh belahan dunia sama seperti ketika kita mengarungi media sosial lainnya yang sudah lama menguasai alam maya sebelum Steemit ini lahir. Akan tetapi media sosial ini berbeda dari media sosial lainnya dan tampak lebih istimewa, terlihat dari banyaknya kaum-kaum dari berbagai media sosial sebelumnya hijrah kemudian berlabuh di platform ini.
Kenapa sampai sedemikian antusiasnya? Tidak lain dan tidak bukan karena di media sosial ini kita akan mendapatkan imbalan atas usaha kita, besar-kecilnya upah yang kita dapatkan itu tergantung kualitas konten yang kita hasilkan. Terlihat lebih adil kan ketimbang media sosial lainnya yang hanya mendapatkan like dan puja-puji saja.
Dimana ada kata positif disana juga akan ada kata negatif, (cinta sehidup semati kali ya). Kenapa demikian? Saya juga kurang tahu, nanti kita tanya saja sama yang tahu. Oke..! Dampak negatif dalam mengarungi media sosial Steemit ini adalah Kasta (kelas/derajat). Perbedaan kasta dalam masyarakat bisa menyebabkan kesenjangan sosial antar golongan, begitu juga di Steemit ini.
Mengapa saya berpendapat demikian. Itu karena akhir-akhir ini saya melihat ada banyak orang di platform ini yang putus asa, mengeluh karena tidak mendapatkan apa-apa atas apa yang telah dikerjakan dengan susah senang, terutama para plankton karena mereka merasa tidak dihargai dan merasa diabaikan oleh para kurator.
Karena perbedaan itulah yang menyebabkan timbul rasa iri dan cemburu dari kasta bawah ke kasta atas, dan juga karena adanya rasa tidak menghargai dari kasta atas ke kasta bawah. Oleh sebab itu para kaum kasta bawah merasa tidak percaya diri dan selalu dalam keterputus asaan.
Ini merupakan pendapat pribadi saya. Jika pendapat saya salah mohon bimbingannya. Salam Damai @paparey