Petani kopi
Siapa yang tak tau kopi hitam pekat yang sering dinikmati masyarakat di setiap harinya. Dimana cara minum kopi ini telah menjadi fashion baru bagi masyarakat, terutama anak-anak muda. Minum kopi juga menjadi kebiasaan wajib setiap harinya saat mengujungi cafe.
Jenis kopi Arabika salah satunya, banyak masyarakat menyukai jenis kopi ini karena rasanya yang nikmat. Dimana jenis kopi arabika ini terdapat disetiap daerah yang ada di Indonesia seperti Aceh Gayo, Lintong, Mandheling, Sidikalang, Solok Selatan, Bengkulu, Java Preanger, Bali Kintamani, Toraja, Kerinci, Foles Bajawa, dan Papua Wamena.
Disamping berkembangnya fashion kopi dikalangan masyarakat, ada masalah yang terselubung dari para perusak citra kopi ini, banyaknya masyarakat tergiur untuk melimpahkan hasil kopi mereka dengan memakai pupuk kimia, termasuk kopi yang ada di dataran tinggi Gayo.
Secara logika memang masyarakat mendapatkan keuntugan dengan hasil yang melimpah. Namun lambat laut tanah yang subur perlahan rusak karena terlalu banyak terkena pupuk kimia ini, mereka beralasan dengan memakai pupuk kimia ini bisa menghasilkan banyak panen kopi yang berlimpah. Namun epek samping dari pupuk kimia ini membuat kopi menjadi rusak dan berumur pendek. Kita sebagai regenerasi muda haruslah menjaga kualitas kopi Gayo ini, agar terjaga dan selalu di cintai oleh para pecinta kopi. Toh, orang tua kita dulu hanya memakai ampas kulit kopi sebagai pupuk alami yang menyuburkan kopi.
Cerita lain dari kopi di Gayo, tentang sosok seorang petani yang merawat kopi, terutama ibu yang sering dipanggil dengan sebutan ine dalam bahasa Gayo. Cerita yang unik karena ada kebiasaan masyarakat Gayo ketika memiliki dua anak yang berumur berbeda minsal yang satu berumur 2 tahun dan saudaranya berumur 10 tahun ke atas, ada tradisi menjaga saudara yang kecil, dalam bahasa Gayo disebut nengkon. Tradisi nengkon ini selalu di lakukan agar menjaga saudara yang paling kecil aman saat orang tua bekerja di lahan kebun kopi. Kasih sayang orang tua di Gayo sangatlah kuat apa lagi demi pendidikan anak saat bersekolah.
Cerita lain, kopi di Gayo terkadang hanya di nikmati seorang tengkulak atau toke. Dinikmati di sini diartikan, keuntugan hasil panen kopi yang di hasilkan para petani Gayo sebagian besar hanya dinikmati para toke yang memonopoli hasil kerja petani.
Merawat kopi tak se'enak saat meminumnya, kita bisa saja membuat kebiasaan minum ini sebagai gaya hidup dan fashion, tapi dibalik kesenagan dan nikmatnya secangkir kopi, banyak cerita pedih para petani kopi.
Mulai dari menanamnya petani kopi harus membersihkan lahan kopi dengan berbagai rintagan, keringat dan modal besar yang wajib mendampingi. Saat lahan siap, petani kopi harus memilih bibit terbaik dari biji terbaik dari lahan kopi saudara yang ada di Gayo, agar kopi yang ditanam menghasilkan kopi yang paling terbaik. Merawatnya seperti mengurus anak dari kecil hingga dewasa.
🎁* Big Offer get it befoer Run out !🎁
Get $0.10 upvote for 7 days on your every new post you make.
and eveyday random 1 person will get $10 upvote.
We have exclusive cheap plan for everyone. Visit our site to learn more and join the limited time offer at:
Kopi gayo emang jagonya kopi dah
Makasi dc @irenabazlina
Semoga melalui media steemit ini, kedepannya petani gayo makin makmur, dengan adanya steemians gayo menyuarakan keluhan petani kopi Gayo, kiranya pemeribtah daerah lebih memperhatikan petani kopi sebagai peyumbang terbesar dalam pendapatan daerah.
Salam sukses dan super @konaidi
Terima kasih bg @najmifajar atas luang waktunya membaca tulisan saya, dan trimakasi juga atas luang waktu nya memberi masukan dan kritiknya