Aku, Kamu, Steemian dan Keromantisan Hujan
Hallo semuanya..
Bagaimana kabar steemian hebat? Wahh semoga semuanya baik-baik saja dan akan selamanya dalam kebaikan. Saat cuaca yang sangat mendukung menampung rindu sambil mengingat secuil kisah klasik, hari ini saya ingin berbagi sebuah postingan mengenai keromantisan hujan
INDONESIA LANGUAGE
Banyak orang berpikir keromantisan hujan itu saat kita bisa menangis dengan bebas di bawah hujan atau bermain di tengah hujan bersama orang yang kita sayang. Tapi, kupikir bagaimana dengan orang yang tidak memiliki masalah yang menguras air mata? Dan bagaimana dengan orang yang tidak memiliki pasangan atau memiliki pasangan tapi enggan untuk bermain hujan seperti anak kecil? Bagaimana nasib mereka?
Sifat dingin ataupun basah (serupa tangis) dalam nuansa hujan itu memang cenderung membawa pada dominasi ranah sedih ataupun sendu dalam karya fiksi, apalagi cerita tentang asmara. Meskipun tak menutup kemungkinan bagi pengarangnya untuk mencoba mengambil sisi bahagianya.
Saat manusia tidak peduli dengan alam, hujan yang merupakan bagian dari alam pun dapat menunjukkan rasa amarahnya dengan mendatangkan bencana. Bencana yang mereka sebabkan sendiri dilimpahkan kepada orang lain. Sebaiknya kita menjaga perasaan orang lain jika tidak ingin mendapatkan akibat yang tidak menyenangkan yang mungkin saja dapat merugikan orang disekitar kita.
Kuciptakan keromantisan di bawah hujan yang menerpa diantara gemuruh petir yang menyambar. Secercah mata yang memerah karena sesuatu entah apa, berbisik dan berkata ‘hujan itu romantis’ kembali dan kembali mengulang kata untuk malam yang dingin menusuk tulang rusuk yang beku oleh hujan. Hujan selalu menciptakan sesuatu, kata-kata yang puitis mungkin.
Semua itu hanyalah secuil romantisme yang terkadang menggelitik di antara hujan yang menyerbu kehidupan. Terkadang sebuah keromantisan membawa sebuah rasa rindu yang melilit kalbu dan ingin kembali ke masa itu. Tapi begitulah waktu, hanya sekali ia melewati kita dan takkan pernah terulang lagi. Meski itu adalah sebuah kebahagiaan yang tak sungkan bibir kita untuk tersenyum mengingatnya. Kini, aku hanya mensyukuri segalanya.