Seni Membully?

aneukpineung78 (69)in #writing • 6 years ago (edited)

Ini Pelik!

Saya sudah hampir dua tahun membaca Nicomachean Ethics¹, dan sekarang saya hanyut timbul tenggelam dalam ide-ide yang sulit dicerna (mungkin karena terjemahan yang melenceng sebab tidak langsung duterjemahkan dari tulisan aslinya, atau memang cara menulis Aristoteles² atau Nikhomakos³ yang begitu susah kupahami, atau memang akal saya tak sanggup merenangi ide-ide Tuan A itu) sehingga pertanyaan-pertanyaan terus bermunculan seiring setiap helai saya lewati, persis tak putus-putus sebagaimana dalam babak-babak sirkus kehidupan.

Sampai saat ini, saya masih merasa bahwa etika adalah subjek yang berat, ada kalanya absurd, ada kemungkinan subjektif.

Sampul buku Nichomachean Ethics edisi Bahasa Indonesia || Sumber gambar || Saya harus menggunakan gambar dari internet sebab saya tidak tahu di mana buku saya ini. Hehe.

Siapa Saya, Siapa Dia

Suatu ketika, seseorang menulis sesuatu yang -menurut saya- buruk, dan meminta pendapat saya. Di dalam hal ini, batasan 'etika' sangat dipengaruhi oleh tingkat kekariban hubungan saya dengan si seseorang itu, selain hal-hal lain, misalnya. Jika dia teman baik, maka "jelek, perbaiki donk!" Jika orang yang baru kenal, "Saya kira ini bagus, tapi ..." Kalau kawan dekat, "Apaan ini? Lelucon?"

Jadi, saya memandang etika sebagai sekumpulan aturan atau set-set moral yang disadari maupun tidak yang tujuannya adalah untuk saling menjaga kondisi hubungan. Dengan demikian, maka etika adalah semacam seni dalam berkomunikasi. Dan ini sedikit banyak juga menyulitkan saya, karena resistensi manusia berbeda-beda, sebagaimana kemampuan mereka menangkap maksud, dan bagaimana mereka bereaksi terhadap itu.

Kecenderungan saya untuk berlelucon telah beberapa kali menempatkan saya dalam masalah ketika orang tidak bisa menerima lelucon yang saya lemparkan karena beberapa hal baik pada dirinya atau diri saya. Lalu apakah saya bisa disebut tidak beretika karena melemparkan lelucon yang justru membuat hari seseorang menjadi buruk dan membuat dia mengeluarkan kata-kata kasar kepada saya, atau apakah dia yang sebenarnya tidak memiliki etika karena begitu mudah tersulut dan lebih mengedepankan emosi? Di sini, saya rasa kita tidak lagi berbicara murni mengenai "seni" tetapi juga kejiwaan.

Sikap Dan Tawaran Resolusi

Saat ini saya pikir, daripada menuntut orang lain untuk memiliki "etika", lebih penting untuk bersiap menghadapi kemungkinan bahwa orang lain tidak memiliki etika dalam batas-batas pemahaman kita terhadap etika, dan/atau mungkin kita berasal dari kelompok yang memiliki batasan-batasan etika yang berbeda. Ini seni yang levelnya lebih tinggi dari "seni beretika". Jika, kita memutuskan untuk menerima premis bahwa tujuan etika adalah untuk menjamin kondisi hubungan antar pihak tetap baik.

Bagaimana orang-orang dari "sistem etika berbeda" bisa mencapai suatu konsesi dan pemahaman bersama sehingga suatu "jalan tengah etika" bisa diupayakan? Jika itu penting, maka setiap orang yang terlibat haruslah siap dan bersedia membuat pengorbanan-pengorbanan.

Pengakuan Sentimentil

Oh! Jangan salah! Saya BUKAN pakar etika baik secara seni ataupun kejiwaan. Kalau saya harus menilai diri saya, saya akan katakan bahwa "Saya bahkan tidak yakin bahwa saya tahu apapun tentang ini." Ini hanyalah tulisan seseorang yang belum pulih benar.

Sebab Lahirnya Tulisan Ini

Setelah beberapa hari terbaring karena DBD, saya mulai merasa sedikit sehat. Kemarin sore beberapa kerabat datang menjenguk. Turut serta bersama mereka beberapa anak kecil di bawah usia 10 tahun. Saya melihat sesuatu yang sudah sekian lama saya rasa janggal: anak-anak diperintahkan untuk menciumi tangan orang-orang yang lebih tua sebagai bentuk hormat. Ketika mereka menciumi tangan saya, pikiran saya menerawang, "Kenapa mereka harus mencium tangan saya? Sebagai rasa hormat? Kehormatan apa yang harus mereka hargai dari saya sementara hampir tidak satu pun dari anak-anak ini pernah saya lihat sebelum ini? Umur saya yang lebih dari 4 kali rata-rata usia mereka? Dan, kalau mereka tidak menuruti, maka mereka adalah anak-anak yang tidak patuh etika?" Apakah ini bentuk cara mengajarkan etika, atau sejenis bullyan yang tidak mau diakui? Dari sudut pandang ini, siapa sebenarnya yang tidak beretika?

Glosari

¹Nichomachean Ethics adalah buku yang berisi ide-ide, pikiran, dan ajaran Aristoteles dalam bahasan bertema etika dan disebut sebagai buku yabg lebih komprehensif dibandingkan buku-buku lain yang memuat tema yang sama dari Aristoteles.
²Aristoteles adalah filsuf Yunani yang hidup pada 384-322 SM. Dia belajar filosofi kepada Plato (420an-340an SM) dan secara bersama-sama, mereka disebut sebagai Bapak Filosofi Barat.
³Nicomachos adalah nama anak Aristoteles yang menurut satu teori para sejarawan adalah orang yang mengumpulkan tulisan-tulisan Aristoteles terkait etika dan kemudian dibukukan dengan nama Nicomachean Ethics. Sumber di wikipedia juga menyebutkan bahwa Ayah Aristoteles juga bernama Nicomachos, dan meninggal saat Aristoteles masih bocah. Kepada siapa judul buku Nicomachean Ethics dipersembahkan? Apakah kepada Ayah atau anak dari Aristoteles? Seperti salah satu judul lagu Datuk Siti Nurhaliza, Biarlah Rahasia.