Hasbi Burman, Penyair dan Presiden Seumur Hidup

Sukarno, sang proklamator, gagal menjadi presiden seumur hidup setelah mandatnya dicabut oleh MPRS dalam sidang istimewa tahun 1966. Sedangkan penggantinya, Soeharto, yang sukses 'mengkudeta' sang proklamator itu secara konstitusional melalui secarik kertas Supersemar juga tak berhasil memperpanjang masa kekuasaannya, dan mentok di angka 32 tahun. Tapi di Aceh, seorang mantan tukang parkir, akan selamanya menyandang status presiden. Dia adalah Hasbi Burman, sang presiden rex.

Hasbi Burman

Jabatan presiden rex yang disandang penyair yang kini berusia 74 tahun itu tidak didapatkannya melalui pemilihan umum atau karena menghormati jasanya memerdekakan sebuah negeri. Tidak. Gelar tersebut ditasbihkan oleh Harian Kompas, koran berbahasa Indonesia terbesar di dunia. Sejak itu, jabatan presiden rex melekat pada sosok yang selama 9 tahun menjadi tukang parkir di pusat jajanan termasyhur di kota Banda Aceh.

Rex yang berada di Peunayong, kawasan Chinatown di Banda Aceh, adalah tempat nongkrong yang sangat prestise kala itu. Tempatnya terbuka, luas dan tidak memiliki pembatas, di kiri-kanan. Kursi dan meja dijejalkan memenuhi areal yang luasnya dua kali lipat lapangan voli. Letak rex ini sangat strategis karena dikelilingi oleh hotel bertarif murah, pusat perbelanjaan dan juga berada di pusat kota. Saat Hasbi menjadi tukang parkir di sana, minuman keras masih bebas dijual. Itulah sekelumit kisah yang sempat kudengar.

Dua hari lalu, aku bertemu dengan Hasbi Burman di Cek Yuke, sebuah warung kopi yang berada di tepi Krueng Aceh. Saat itu kebetulan aku sedang menyeruput kopi bersama Azhari Aiyub (@marabunta), penulis novel Kura-kura Berjanggut, yang baru saja dirilis. Hasbi yang datang ke warung kopi itu dengan berjalan kaki menyapa dan menyalami kami satu persatu. Lalu, dia mengambil kursi dan duduk di sebelah Azhari, tapi posisinya agak menjauh.

Bersama presiden rex

"Aku tak berani pesan kopi, karena bos tidak mengatakan apa-apa," katanya memulai obrolan. Bos yang dimaksud Hasbi tak lain adalah Azhari yang kini menangani rubrik budaya koran Serambi Indonesia. Sang presiden kerap mengirim puisinya untuk dimuat. Kata Azhari, puisi Hasbi tak selalu dapat dimuat di koran. "Tidak enak juga dengan penulis lain," katanya beralasan.

Menurut Azhari, puisi Hasbi sering dimuat pada waktu tertentu saja. Biasanya menjelang meugang atau dekat lebaran atau momen spesial lainnya. Hal itu sebagai salah satu cara membantu seniman yang kini nampak lebih kurus dibanding puluhan tahun lalu. Di masa mudanya, Hasbi berperawakan tinggi besar, berambut panjang dan berkumis tebal. Kini, seiring usianya yang sudah lanjut, sisa-sisa kegagahan itu kian memudar. Kumisnya tak lagi tebal dan sudah berwarna perak, rambut sudah ubanan, dan otot-ototnya sudah tak ada lagi, berganti dengan kulit yang agak mengkerut.

Tapi, dia masih tampak kuat dan sehat. Kemana-mana berjalan kaki. Jarang sekali dia naik mobil labi-labi apalagi memesan ojek online tiap ingin bepergian ke suatu tempat. Handphone yang dipakainya termasuk model jadul dan tak bisa digunakan untuk memasang aplikasi ojek online. "Dia masih kuat karena kemana-mana jalan kaki," kata Azhari memberitahuku.

Contoh puisi yang dikirim Hasbi Burman

Hampir setengah jam dia bergabung di meja kami, dia benar-benar tak memesan kopi. Hanya air mineral yang diminumnya, itu pun masih tersisa setengahnya. Tak lama kemudian dia mohon pamit. Katanya, mau mandi ke masjid raya untuk mandi. "Ada uang dua ribuan?" tanyanya pada Azhari. Penulis Kura-kura Berjanggut itu merogoh kantongnya, mengambil uang kertas dua ribuan, dan menyodorkan untuk sang presiden kelahiran Calang, Aceh Jaya tahun 1944 itu.

"Mau bayar mandi," katanya. Kamar mandi masjid raya Banda Aceh memang kerap digunakan untuk mandi oleh para perantau atau kaum tuna wisma. Tarif sekali masuk kamar mandi adalah Rp2000.

Hasbi tergolong masih produktif menulis puisi di usianya yang sudah senja. Puisi-puisi yang dikirimkannya ke Serambi tidak diketik dengan komputer dan dikirim melalui email seperti penulis lain. Hasbi lebih sering mengirimkan puisinya melalui layanan pesan pendek (sms). "Aku minta dia mengirim puisi via sms saja," kata Azhari. Agar format penulisannya tidak kacau, Azhari meminta Hasbi membubuhkan tanda 'titik' sebagai pengganti spasi dan baris. Cara pengiriman puisi via sms, kata Azhari, hanya berlaku untuk sang presiden saja.

Tak semua puisi Hasbi menarik untuk dibaca dan disukai Azhar. "Asik kita baca kalau dia nulis puisi tentang alam," kata Azhari Aiyub, penyair yang memperoleh Free Word Award dari Belanda itu.[]