Perempuan Pemetik Kopi
Jika musim panen kopi gayo tiba, perempuanlah yang paling berjasa saat itu. Kaum lelaki biasanya bertugas mengangkut kopi yang dipanen.
Umumnya panen kopi setahun dua kali. Karena kebanyakan kebun kopi berada di lereng bukit, selama proses panen kopi, kaum ibu ini tidak pulang saat makan atau shalat Zuhur.
Dalam bahasa gayo, ibu - ibu yang membantu atau bekerja mengutip kopi, disebut "Ongkosen Ngotep". Bayaran untuk satu kaleng kopi yang dikutip (panen), umumnya rp. 20 ribu. Bisa lebih, tergantung keadaan kebun. Bahkan ongkosnya bisa bagi dua dengan hasil panen.
Jika satu orang ibu bisa memanen kopi 8 kaleng, berarti dia bisa mendapat uang rp. 160 ribu, sehari.
Seringkali, saat panen kopi yang bersamaan, petani kopi yang memiliki kebun luas, kesulitan tenaga pemetik kopi.
Biasanya, disiasati dengan mendatangkan tenaga kerja wanita dari luar daerah. Dari daerah pesisir hingga ke Sumatra Utara.
Perempuan Gayo yang menjadi petani kopi, biasanya terlibat dalam hampir semua proses di kebun. Seperti menanam hingga panen.
Kebanyakan tenaga kerja di kebun kopi memakai tenaga kerja sendiri dalam keluarga atau sanak famili.
Your post was resteemed👍
untuk yang satu ini 4 jempol cok bak lon...memang jeut keu poto
Kupi mana???
@el-nailul teurimong genaseh.. I
Beautiful image of the field! I would love to live in a place where there is no environmental pollution or the noise of cars or crime. How beautiful it is to see work and to work for yourself to get ahead.