[Story] Sepotong Kisah Anak Buruh Sawah Hingga Terbang Jauh ke Amerika

in #travel7 years ago (edited)

Setahun kemudian mendapat undangan melakukan perjalanan kunjungan ke Amerika.

Bersama kawan-kawan di Amerika.

Tulisan ini terinspirasi oleh postingan @aiqabargo berjudul Ketika Hidup Harus Terus Berjalan. Pada kutipan "Anda harus memiliki target sebelum melakukan sesuatu" (Michael Jordan) saya berhenti, menarik nafas dan secara reflek membuka halaman buku kehidupan.

Kopi sanger tinggal sedikit lagi, saya taruh di meja, dan secara perlahan membuka bab terakhir. Bab ini berisi kejutan hidup, sebab sama sekali tidak ada dalam target. Untuk menambah keyakinan, saya melakukan selancar cepat dengan mengetik kata "target." Hasilnya nihil.

Sebagai anak dari keluarga buruh sawah saya harus berani jujur bahwa semua yang saya alami adalah anugerah dari yang maha membuat rencana, maha baik rencananya, dan maha mampu mewujudkannya. Jika Allah sudah menetapkan rencana, maka saya hanya hamba yang menjalani skenario yang sudah ada. Ibarat kapas yang terbang, bukan karena ada sayap, melainkan karena ada angin yang menggerakkan.

Terbang ke Penang, menempuh perjalanan malam dengan bus ke Malaysia, lalu menembus ke Singapura pernah terjadi pada 2000. Pada 2003, usai Jakarta mengumumkan status Darurat Militer, saya diterbangkan ke Jakarta, dan tidak lama kemudian diajak pula terbang ke Filipina, menuju Mindanao. Setahun kemudian, 2004 mendapat undangan melakukan perjalanan kunjungan ke Amerika Serikat. Di bandara Singapura saya ditahan sejenak dan ditanyai dengan bahasa Melayu karena hendak ke Amerika tapi tidak bisa bahasa Inggris.

Lebih paleh lagi di pesawat saya harus pura-pura membaca buku agar tidak diajak bicara, dan setiap kali ditanyai pramugari saya hanya bisa berkata "apple juice." Allahu Akbar.

Bagaimana bisa? Saya bukan orang kaya yang memiliki biaya berwisata. Bagaimana mungkin? Saya tidak bisa bahasa Inggris, dan hanya pintar berkata I love you dan apple juice saja. Ini semua, benar-benar diluar kuasa sebagai anak dari keluarga buruh sawah di kampung.

Apakah saya seorang Jabari? Saya sudah mencoba menjalani hidup dengan segala rumus perencanaan. Tapi, tidak ada satupun yang sesuai rencana. Pernah punya hajatan membeli rumah di Jakarta, tapi gagal. Tsunami meluluhlantak Aceh, dan akhirnya saya pulang ke Aceh. Semua berakhir di rencana Ilahi. Dihijrahkan saat bencana konflik, dipulangkan usai bencana alam tiba. Adakah ini semua bahagian dari naskah perjanjian diri dengan pencipta sebelum Allah mengajukan pertanyaan kunci: _Alastu birabbikum qalu bala syahidna... _ “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Al-A'raaf:172)

Meski tidak punya rencana sekolah, bahkan bermain-main tapi saya diluluskan dari SD. Meski tidak ada lagi kursi di SMP, lalu ada pembukaan SMP baru. Saya menjalani SMA apa adanya, tapi insiden pada seorang sahabat membuat saya tiba-tiba meledak daya belajar hingga menjadi juara. Saya masih ingat ucapan sang ayah saat mengambil rapor. "Ternyata anak ayah pintar," kata almarhum.

Saya melangkah ke Banda Aceh hanya sekedar tidak enak hati pada kawan-kawan sebab saya salah seorang juara di kelas SMA. Setiba di Banda Aceh, kopor tertukar dengan orang lain, dan nyaris hilang. Lalu ikut test tanpa harapan, dan malah mendapat ejekan. Tak ada bayangan akan lulus jadi sarjana, tapi seorang profesor menelepon almarhum Safwan Idris, dan keajaiban terjadi lagi.

Sungguh, sama sekali tidak ada perencanaan tapi saya yakin inilah rencana dari yang Maha Merencakan. Hidup memang unik, misteri, tapi di jalan apapun selalu ada cinta bagi yang bersedia menjalaninya juga dengan penuh cinta. Apakah hidup harus ada target seperti kata Michael Jordan? Bisa jadi iya, dan saya mungkin termasuk hamba yang sudah awal membuat rencana, sebelum Allah bertanya: "Bukankah Aku ini Tuhanmu?"

Sort:  

Sangat menginspirasi cerita anda @rismanrachman , terimakasih

Belajar merajut ingatan masa lalu. Terimakasih sudah bersedia singgah dan membaca.

Kisah yang sangat inspirati seperti Brade @jodipamungkas bilang tadi. Saya setuju. Bang Risma memberi nuansa baru dalam setiap postingannya di Steemit. Terus terang, saya bersyukur sekali dengan adanya Steemian yang berkualitas hasilkan postingan seperti Bang @rismanrachman ini.
Terima kasih ya Bang?
Tetap semangat ada di Stemmit. Dan Salam sukses dari kami.

Steemians kalau siang, kalau malam steemiati

Sungguh, sama sekali tidak ada perencanaan tapi saya yakin inilah rencana dari yang Maha Merencakan. Hidup memang unik, misteri, tapi di jalan apapun selalu ada cinta bagi yang bersedia menjalaninya juga dengan penuh cinta. Apakah hidup harus ada target seperti kata Michael Jordan? Bisa jadi iya, dan saya mungkin termasuk hamba yang sudah awal membuat rencana, sebelum Allah bertanya: "Bukankah Aku ini Tuhanmu?"

Hasil renungan saja

Hana trok si gam nyan MJ @mukhtar.juned, hehehehe...

kisah yang indah yang penuh makna

Kami tunggu kisah menarik lainnya dari Amerika @Bang @rismanrachman.

Coin Marketplace

STEEM 0.27
TRX 0.26
JST 0.039
BTC 94609.92
ETH 3354.39
SBD 3.33