Travel with Me #14: Menyusuri Asal Mula Kota Kuala Lumpur (Bilingual)

in #travel6 years ago (edited)

rio.png
Dua malam di Kuala Lumpur, saya diajak Keri –teman saya di Malaysia, berjalan-jalan keliling kota. Kali ini Keri membawa kami ke tempat bersejarah, tempat asal mula kota Kuala Lumpur. Keri menceritakan dulu peradaban Malaysia berawal dari bantaran sungai ini, karena sungainya dipenuhi lumpur seperti sungai Nil di Mesir dan lokasinya di Kuala. Maka dinamakan Kuala Lumpur. Memang kebiasaan budaya menamakan di Melayu seperti itu. Seperti Pulau Weh, dinamakan Weh yang arti bahasa Acehnya awas. Karena pulaunya terpisah dari pulau Aceh. seperti juga nama Bukit Barisan dan Meulaboh, berasal dari kata Berlabuh bahasa Indonesia.
20171101_164336.jpg
Kalau dulu hanya perdanganan tradisional berkutat antara lauk pauk dan ikan. Kini sungai Kuala Lumpur sudah dipenuhi gedung-gedung pencakar langit Bank Ribawi, seperti HSBC, ARGO Bank, OCBC Bank, CIMB Bank dan cuma satu bank syariah Bank Muamalat.

Di sepanjang bantaran sungai dibangun taman yang asri, tempat duduk yang rapi dan bersih juga ditemani musik lagu-lagu klasik yang senada dengan air mancur berlampu warna warni di sisi sungai. Kita seperti mendengar musik seraya melihat air mancur menari malam hari di spot yang indah ini.Beberapa bangku kayu yang tervernis berkilat menjadi tempat warga ataupun wisatawan duduk sambil membaca buku atau pun bercengkrama dengan pasangannya, yang tak punya pasangan bercengkrama dengan bangkunya.

Keri juga bilang, dulu sungai ini sangat kotor dan tidak mau orang berlama-lama dipinggirannya. Kemudian terinspirasi dari bersihnya sungai di pusat kota Tokyo yang dibersihkan besar-besaran oleh Walikotanya setelah serangan Godzilla beberapa tahun lalu, Kota Tokyo sekarang punya udara bersih akibat perbaikan sanitasi sungainya, dan ditiru sama Malaysia. Sebagai mana mereka meniru Masjid Wilayah Persekutuan seperti masjid Biru di Turki.
20171102_131032.jpg
Di dekat sungai ini juga terdapat lapangan yang luas, disebut Dataran Merdeka. Di sini merupakan tempat pertama bendera Malaysia berkibar setelah malaysia di bawah jajahan Inggris, tepatnya pada tanggal 31 Agustus 1957. ada poto tokohnya, dan ada tugu peringatannya. Warga lokal dan asing suka bermain-main sampai larut malam di lapangan ini karena letaknya di pusat kota dan pencahayaan yang cukup.
20171101_211422.jpg
Juga ada spot-spot foto yang bertuliskan I Love KL dan gedungnya pun indah-indah seperti kita berjalan di masa kerajaan di Timur Tengah, masa Aladin dan Putri Jasmin jalan-jalan pakai karpet terbang. Di ujung sebelah sana, menunjuk ke utara ada juga perpustakaan besar, tapi sudah malam, kami takut untuk masuk. Karena dimana-mana di Asia Tenggara pustaka sepi, kafe dan tempat wisata yang rame.

Kami kemudian menuju tempat makan, karena perut sudah bermain orkestra. Makanan yang kami makan sungguh spesial dikarenakan di kampung saya tak ada, dan tak ada pernah orang berani memakannya seperti itu karena menurut paham kami ini bukan kombinasi yang pas, masak mangga dimakan dengan bulukat ketan, ada ada saja! Tapi yang membuat saya heran adalah ini merupakan menu favorit disini.
20171101_195630.jpg
Kami juga memesan teh hijau thailand, itu teh hijau terenak yang pernah saya minum. Malaysia sangat terbuka dengan berbagai negara luar, orang Thailand boleh memasarkan dagangannya, demikian juga India dan China kita bisa lihat restoran dan pedagang kaki limanya dimana-mana. Seandainya Aceh juga begini, mungkin akan lebih beragam lagi pemandangan kota di malam hari.

ENGLISH

Travel with Me # 14: Visiting Place Origin of Kuala Lumpur City

Two nights in Kuala Lumpur, I was taken by Keri-my friend in Malaysia, walking around the city. This time Keri took us to the historic place, the origin of the city of Kuala Lumpur. Keri tells the history of Malaysian civilization from this riverbank, because the river is filled with mud like the Nile in Egypt and its location in Kuala. So named Kuala Lumpur. Indeed the cultural habit of naming in Malay like that. Like Weh Island, named Weh which means the language of Acehnya beware. Because the island is separated from the island of Aceh. as well as the names of Bukit Barisan and Meulaboh, are derived from the Indonesian word Berlabuh.
20171101_182433.jpg
In the past only traditional handling between the side dishes and fish. Now the Kuala Lumpur river is full of skyscrapers of Ribawi Bank, such as HSBC, ARGO Bank, OCBC Bank, CIMB Bank and just one syariah Bank Muamalat.
Along the banks of the river built beautiful gardens, clean and neat seating is also accompanied by the music of classical songs that match the colored fountains with colored lights on the river side. We like to hear music while watching the fountains dancing at night in this beautiful spot.
20171102_054410.jpg
Some shiny wooden benches glittered into places where citizens or tourists sit while reading a book or chatting with his partner, who has no partner chatting with his stool.

Keri also said, once the river is very dirty and do not want people lingering dipinggirannya. Then inspired by the clean river in downtown Tokyo that was cleaned heavily by the Mayor after the Godzilla attack a few years ago, Tokyo City now has clean air due to improved river sanitation, and imitated Malaysia. As they mimic the Guild Area Mosque like the Blue Mosque in Turkey.
20171102_131032.jpg
Near the river there is also a large field, called the Merdeka Plain. Here is where the first Malaysian flag flew after Malaysia under British colony, precisely on August 31, 1957. there are poto characters, and there is a memorial. Local and foreign residents love to play late into the night in this field because of its location in the city center and adequate lighting.

There are also photo spots that read I Love KL and the building is beautiful as we walk in the kingdom period in the Middle East, Aladdin and Princess Jasmin streets on flying carpets. At the other end, pointing to the north there is also a large library, but already late, we are afraid to enter. Because everywhere in Southeast Asia only view people in libraries, cafes and tourist attractions.
20171102_102330.jpg
We then headed to where to eat, because the stomach was playing the orchestra. The food we eat is special because there is no one in my village, and no one ever dares to eat it that way because according to our understanding it is not the right combination, cook the mango eaten with glutinous rice, there is only one! But what makes me wonder is this is a favorite menu here.

We also ordered thailand green tea, it was the best green tea I have ever drank. Malaysia is very open with various foreign countries visitors, Thai people can market their wares, as well as India and China we can see restaurants and street vendors everywhere. If Aceh is also like this, it may be more diverse city scene at night.
aci.jpg

Sort:  

Aku pernah jalan-jalan ke Kuala Lumpur.
Capek aku cari-cari, ngga ada lumpurnya.
Kayanya kita kena tipu mentah-mentah.

hana rhet lam got, menye rhet lam got di sinan pasti bertemu lumpur.. hahaha

Berarti aku nyarinya di tempat yg ngga benar ya, bang?
😆

betoi... haha,,

Ka keuh suwah jak lom u Kolumpô munyo meunan ... Hhh.

Lam basa acheh #kuala leuhop

meunyoe kon ie leuhop, menye ken droe gop...

Kalo pergi lagi ajak saya ya, biar sayak yang bayar RBT nya

malas gue ajak yang gak kenal, takut diculik.. haha

Culik ?? Culok mungkin

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.13
JST 0.029
BTC 66892.02
ETH 3513.87
USDT 1.00
SBD 2.67