Setengah bermalas-malasan, saya akhirnya memutuskan untuk untuk pergi ke kota Jakarta tanpa rencana matang. Sebenarnya, hal seperti ini sudah biasa saya lakukan, berjalan-jalan tanpa ada tujuan yang pasti dan bahkan malah belum memesan tiket pulang ke habitat saya di kota pelajar. Impresi saya mengenai kota Jakarta sebenarya tidak begitu menyenangkan, tidak lain ya karena kemacetannnya. Tapi, entah mengapa, impresi saya sedikit berubah ketika saya mulai menemukan kesenangan di sudut kota Jakarta.

Perjalanan saya di mulai dari kota pelajar dengan menumpang jayakarta premium kelas ekonomi yang bisa dibilang cukup nyaman untuk perjalan jarak jauh. Dengan hanya bermodal sekitar 185rb saya nekat pergi ke kota jakarta. Dari tempat kost , saya pergi 20 menit sebelum kereta berangkat, hampir saja saya ketinggalan kereta. Di tambah lagi sekuriti boarding yang mempersoalkan foto KTP yang berbeda dengan tampang saya. Yep, foto KTP saya diambil ketika saya masih duduk di bangku SMA dan masih sangat gemuk. Hampir tiga tahun sudah berlalu, jadi ya wajar kalau tampang saya sudah sedikit kece. Kembali lagi ke cerita kereta. Saya duduk di samping bapak-bapak yang akan mengunjungi putranya di kota Jakarta bersama istri dan anaknya. Kami berbincang-bincang sebentar dan dia heran mengapa saya mengunjungi kota Jakarta tanpa tujuan. Waktu berlalu dan saya menyempatkan diri untuk istirahat di dalam kereta meskipun dalam keadaan sangat tidak nyaman.

Dengan mata masih berat, tepat pukul 5:30 kereta tiba di stasiun Pasar Senen. Hiruk pikuk stasiun membuat saya pusing dan cemas. Apalagi dengan banyaknya orang yang berlalu-lalang yang kemudian membawa saya melamun tentang skenario film zombie seperti train to busan tapi kali ini remake train to pasar senen. Bayangkan dengan banyaknya orang seperti itu, adakah penumpang yang masih bisa selamat dari terkaman zombie?

Kemudian, saya bergegas mencari toilet dan to my surprise, toilet di Pasar Senen banyak yang tidak berfungsi padahal antriannya sangat panjang sekali. Setelah setengah mati menahan kencing, saya menelpon teman saya yang sudah berada di jakarta dan hanya tinggal di dalam hotel selama 3 hari. Pikir saya," ngapain ini anak jauh-jauh dari luar ke Indonesia cuma untuk tinggal di hotel?" .

Long short story, saya tiba di sebuah hotel yang terletak di kawasan tionghoa di daerah jakarta pusat. Hotel yang saya tempati terlihat agak seram dari luar. Ah, tapi, saya awalnya juga tidak berekspektasi tinggi meskipun menurut review hotel yang satu ini mendapat rating 3,5/5. Tapi nasi sudah menjadi bubur.

Karena saya belum bisa check-in hotel, akhirnya saya menupang beristirahat di kamar teman saya. Setelah selesai merebahkan diri selama 3 jam, saya siap berpetualang di kota Jakarta. Ini bukan pertama kalinya saya jalan-jalan ke Jakarta, tapi yang mebuat kali ini beda adalah saya bepergian sendiri tanpa di dampingi orangtua dan kenyamanan-kenyaman yang bisa saya dapat berpergian dengan mereka.

Tujuan pertama saya adalah Monumen Nasional. Rasanya saya bernostalgia ketika berkunjung ke tempat yang satu ini. Tidak banyak yang berubah menurut saya, mungkin lebih bersih, rapi dan teratur. Saya juga berkesempatan menaiki cawan dan melihat kota Jakarta dari kettingian 132m. Pengalaman yang cukup menarik bagi saya dan teman saya yang awalnya di jakarta hanya bangun, tidur, mandi dan ke alfamidi.

Sekian dulu cerita singkat saya, mungkin dilanjutkan kalau ada waktu.

Images are mine.

Find me on Be Awesome|