Cang Panah, Lagenda Meriam Puntung { The legend of Meriam Puntung }

Hai steemian...
Malam ini saya ingin berbagi sedikit cerita perjalanan saat menuju ke suatu destinasi budaya yang cukup terkenal di Kota Medan, Sumatra Utara. Saat berkunjung ke Istana Maimun Medan yang merupakan asal usul sejarah peninggalan Kerajaan Melayu Deli yang dibangun tahun 1888 dan dipimpin oleh Sultan Deli Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah.

Masih dalam pekarangan Istana Maimun Medan sisi kiri belakang saya membaca sebuah monumen tugu yang menarik perhatian setiap pengunjung wisata, tertulis LAGENDA MERIAM PUNTUNG. Ada kisah menarik yang akan kita temui pada monumen tersebut yang menjelaskan sedikit kilas balik sejarah peperangan masa lalu yang disebabkan penyerangan Raja Aceh yang dipimpin oleh Sultan Ali Mukhayatsyah terhadap Kerajaan Deli. Saya coba menelusuri cerita lagenda tersebut lebih jauh lewat seorang penjaga meriam puntung. Alkisah hal ini terjadi karena Kerajaan Deli menolak lamaran Raja Aceh yang ingin mempersunting Putri Kerajaan Deli, yaitu Putri Hijau yang saat itu terkenal paras kecantikannya.

Tiba saat utusan Raja Aceh menuju Kerajaan Deli ingin menyampaikan maksud Sang Raja, namun saat itu pimpinan Kerajaan Deli Sultan Mambang Yazid dan Sultan Mambang Khayali menolak lamaran Raja Aceh. Sehingga peperangan pun tak terelakaan, Sultan Ali Mukhayatsyah berhasil melakukan pengepungan terhadap Kerajaan Deli.

Kondisi mulai terdesak akhirnya Sultan Mambang Khayali melalui kesaktian nya melakukan perwujudan meriam menembaki pasukan Kerajaan Aceh untuk memberikan perlawanan, namun kondisi itu tak berlangsung lama dikarenakan tubuh Sultan Mambang Khayali yang berwujud meriam sudah terlalu panas. Saat Putri Hijau coba menuangkan seember air ke meriam yang panas tersebut maka terjadilah ledakan yang dahsyat menghancurkan tubuh meriam. Akhirnya Kerajaan Deli berhasil ditaklukan, Sultan Mambang Yazid menjelma menjadi seekor naga yang terjun ke laut, dan Putri Hijau pun berhasil menjadi tawanan perang Raja Aceh.

Sekembalinya pasukan Raja Aceh yang membawa Putri Hijau untuk menghadap Sultan Ali Mukhayatsyah, dalam pelayaran kapal pasukan Aceh diserang oleh seekor naga yang kemudian berhasil membawa Putri Hijau dari pasukan dan kemudian menghilang.

Meriam Puntung sendiri dipercayaan oleh masyarakat yang merupakan penjelmaan Sultan Mambang Khayali yang meledak saat perang dan terbelah menjadi 2. Bagian depan meriam ditemukan di daerah Surbakti, di dataran tinggi Karo, dekat Kabanjahe. Sementara bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli, kemudian dipindahkan ke halaman Istana Maimun yang saat ini di abadikan menjadi destinasi wisata budaya oleh masyarakat.

Masih menurut penjaga Meriam Puntung bahwa disisi meriam kita akan melihat setitik lubang kecil yang jika kita mendekatkan telinga ke lubang yang ada dibagian meriam tersebut kita akan mendengarkan suara gemuruh angin yang berhembus ntah dari mana asalnya. Sehingga menurut kepercayaan sebagian orang melalui penjaga tersebut menganggap meriam tersebut hidup. Maka tak elak saya juga mencoba mendekatkan telinga ke lubang meriam tersebut dan mendengar suara angin...yang semua akhirnya kembali kepada keyakinan masing-masing pengunjung. Selesai mendengar cerita saya pun berlalu dengan sedikit rasa horror, heheh. Untuk melihat Meriam Puntung kita cukup merogoh kocek Rp.5.000 saja, muraah kaan rakan-rakan...

Terima kasih untuk pembaca dan selamat beristirahat. mohon vote dan reply nya.

Salam hormat untuk Kurator Indonesia @levycor dan @aiqabrago