Malikussaleh, Pintu Udara dari Pantai Timur-Utara Aceh
(foto ; fio)
Tengah hari selepas makan siang di Bireuen, saya diajak teman untuk menemani dirinya menjemput tamu dari Jakarta(transit di Medan) yang akan tiba di Bandara Malaikussaleh, Aceh Utara. Saya senang saja, selain ada kesempatan jalan-jalan, lagipula saya memang belum pernah melihat secara lansung kondisi Bandara tersebut. Padahal saya sudah sering singgah di Lhoksumawe dan Bireuen tapi baru kali ini ada kesempatan untuk pergi kesana. Jarak dari Kota Bireun Ke Bandara Malaikussaleh, sekitar 35 - 40 menit perjalanan via Krueng Mane - Sawang.
Saya sendiri bukanlah pemerhati bandara, tetapi sebagai "orang kampung" tapi tidak kampungan, saya merasa senang saja dapat berkunjung ke site site penting pada suatu daerah. Bandara adalah salah satunya dan kebetulan saja lokasi yang saya tuju adalah bandara.
Bandara Malaikussaleh saleh awalnya dibangun oleh PT Arun NGL untuk memudahkan transportasi dari Lhoksumawe dan sekitar ke Kota Medan. Pada masa konflik Aceh dulu, Bandara ini menjadi alternatif Transportasi ke Medan dan Banda Aceh, karena jalur darat dianggap tidak aman dan rentan. Menjelang berhentinya operasi PT Arun, Operasional dan Kepemilikan Bandara ini diserahkan ke Aceh Utara.
Saat memasuki areal bandara, terdapat bangunan utama dengan dua gerbang yang berfungsi sebagai "Departure" dan "Arrival", bentuknya sederhana, mungkin sesuai dengan fungsinya dan kepasitas penumpang yang lalu pergi menggunakan bandara ini. Area Parkir secukupnya, karena memang mencukupi untuk kapasitas penerbangan yang tersedia. Gerbang yang tak jauh berada dari bangunan utama, sekitar 100 meter saja.
Dari searching ke Mbah gogel, diketahui panjang landasannya 1800 meter. Landasan sepanjang ini hanya cukup didarati oleh pesawat sekelas ATR, atau pesawat baling-baling dengan kapasitas 70-80 penumpang.
Pada tahun 2012-2013, saya pernah mendarat atau menyinggahi pada bandara sekelas ini, saya sebut saja dengan istilah saya "Bandara Kabupaten". hehehe.. itu hanya penyebutan yang terlintas di pemikiran saya. Dulunya pernah tinggal di Labuan Bajo, NTT. Untuk akses saya kesana, menggunakan bandara Komodo yang kondisinya hampir mirip seperti Bandara Malaikussaleh. Setiap pulang kampung saya selalu mengunakan pesawat ATR dari maskapai Wings Air dari Bandara tersebut. Naik pesawat ATR, saya punya pengalaman itu. hehe..
Labuan Bajo, dari segi sarana dan prasarana serta ekonomi juga potensi, kota ini tidak lebih baik dari kota kota Kabupaten di Provinsi Aceh. Tetapi kota itu terus berkembang menyambut zaman dengan perubahan yang lumayan. Kota Kota di Aceh juga harus didorong untuk terus berkembang.
Seperti halnya Bandara Komodo pada masa dulu (Komodo skr sudah bisa dilayani pesawat berbadan Lebar/Boing). Rute disini hanya dilayani oleh pesawat ukuran sedang, ATR. Jadwal penerbangan pesawat di Bandara Malaikussaleh masih sangat terbatas dengan tujuan Kota Medan. Dilayani dua maskapai. Wings air terbang setiap hari kecuali minggu, dan Garuda Indonesia pada hari Rabu dan Jumat.
Potensi jumlah penumpang yang menggunakan bandara Malaikussaleh adalah terutama dari Kota Bireuan dan Lhoksumawe, grafik terus meningkat. Dimana diketahui dari kabar teman -teman dari obrolan, ntah iya atau tidak, katanya, grafik jumlah penumpang di Bandara Malaikussaleh saleh terus berkembang, indikatornya dapat diihat semakin frekuensi penerbangan dari Bandara Ini.
Yang sebelumnya seperti jadwal puasa, 2 kali dalam seminggu, skr sudah tersedia jadwal penerbangan setiap hari. Kecuali hari minggu.
Berkaca dari Bandara Komodo yang sekarang sudah berkembang, dipercantik dan landasannya diperpanjang sehingga bisa didarati pesawat badan lebar (BOING). Sehingga menjadi gerbang udara pulau Flores. Hal ini telah berdampak pada peningkatan jumlah kunjungan ke wilayah tersebut dan seiring itu tingkat kemakmuran masyarakatnya juga meningkat. Serta kotanya terus berbenah, dari sumber kunjungan yang makin tinggi.
Tampaknya Provinsi Aceh harus meniru seperti itu, mendorong agar Bandara Ini bisa diperluas dan ditambah frekuensi penerbangannya dengan sekalian menyiapkan destinasi yang dapat dikelola baik, karena wilayah ini punya potensi destinasi yang tak kalah, asal digarap serius saja.
Semoga rencana renovasi, perbaikan dan perpanjangan landasan bandara menjadi sekitar 2300, yang kabar burung nya akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini, cepat terealisasi oleh Pemerintah Aceh. Agar semakin banyak pintu masuk dan keluar yang potensial yang pengembangan daerah dari berbagai sektor.
Dengan demikian Aceh akan terus berkembangan dan mudah diakses dari udara, sehingga dapat berdampak luas pada peningkatan peningkatan positif lainnya, yang mendukung akses kegiatan bisnis (swasta), pemerintahan dan sektor lainnya. Kedepan Aceh semakin Jaya dengan adanya peningkatan kualitas Bandara Malaikussaleh. Menjadi gerbang udara dari Pantai Timur dan Utara.[]