Lesten Daerah Yang Tidak Terjamah

in #technology6 years ago (edited)
Gayo Lues merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2002. Sudah 16 tahun Kabupaten ini berdiri sendiri setelah pemisahan dari kabupaten sebelumnya. Biarpun sudah 16 tahun, hampir 50 % daerah Gayo Lues masih terisolosir di Provinsi Aceh. Hampir 80 ribu penduduk Gayo Lues masih kesulitan untuk mengakses jalan. Mereka yang berada di Gayo Lues sangat sulit untuk menuju atau berpergian ke Kabupaten tetangga atau hendak menuju Provinsi Sumatera Utara. Karena Provinsi Sumatera Utara sangat dekat dengan Kabupaten Gayo Lues daripada harus ke Ibukota Provinsi Aceh.


IMG_20180226_113338.jpg


Desa Lesten Kecamatan Pining merupakan desa yang berada paling ujung di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara. Hal inilah yang membuat mereka warga Desa Lesten dalam keterbatasan. Untuk mengakses ke Kecamatan lain yang berada di Gayo Lues, masyarakat Lesten memodifikasi John Deer (alat pembajak sawah) sebagai alat transportasi. Padahal sebelumnya john deer merupakan hibah dari Dinas Pertanian Gayo Lues untuk petani. Hanya saja john deer tidak digunakan untuk bertani. Kini john deer beralih profesi sebagai alat transfortasi masyarakat Lesten.


IMG_20180226_113452.jpg


Untuk sekali jalan dari Ibukota Kecamatan Pining Kabupaten Gayo Lues ke Desa Lesten atau sebaliknya membutuhkan bahan bakar lebih dari 60 liter. Sebelum modifikasi john deer ini hanya bisa menampung maksimal 10 orang, tetapi setelah modifikasi bisa menampung lebih 30 orang. Perjalanan dari ibukota kecamatan ke Desa Lesten bisa menghabiskan waktu 7 jam, itupun kalau cuaca normal. Malah kalau cuaca hujan, bisa menghabiskan waktu lebih dari 7 jam tersebut.


IMG_20180226_113301.jpg


Jalanan yang berbukitan dan berlubang membuat warga harus bersabar, karena inilah tempat mereka yang luput dari perhatian Pemerintah. Padahal hutan lesten bagian dari taman nasional gunung leuser. Untuk membeli sepeda motor, masyarakat di Desa Lesten belum mampu untuk membeli sepeda motor, karena keterbatasan biaya. Oleh karenanya john deer menjadi andalan mereka untuk keluar masuk kampung. Selama john deer beroperasi hanya satu orang yang dapat mengoperasikannya, yaitu Kepala Desa Lesten.


IMG_20180226_113410.jpg


Masyarakat yang menumpangi john deer bukan gratis, tetapi harus mengeluarkan biaya 30-50 ribu perorang dewasa. Itu pun untuk biaya operasional dan bahan bakar john deer. Yang lebih menyedihkan untuk penerangan atau listrik baru masuk ke Desa Lesten pada pertengahan tahun 2015. Semua cerita ini nyata adanya, dan informasi dan dokumentasi tersebut saya dapatkan dari teman saya yang berkerja di Kabupaten Gayo Lues.

Kalau sahabat menyukai postingan saya silahkan di upvote, resteem dan ikuti @amrizal88 untuk bisa melihat postingan saya selanjutnya di feed anda.

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 59388.79
ETH 2578.59
USDT 1.00
SBD 2.47