Seikhlasnya

in #story6 years ago (edited)

image

Andai saja Anika tidak meminjam motorku, tak mungkin sekarang aku berada didalam bus kota yang penuh sesak,panas, ditambah asap rokok dan knalpot yang sekarang sedang kuhirup bersamaan dengan bau keringat penumpang yang bercampur jadi satu.

Alunan nada sumbang dari pengamen melengkapi suasana bising. Sudah tahu bus ini penuh sesak, pengamen itu masih saja menyodorkan bungkus plastik meminta upah. Tak berhenti sampai disitu, lelaki tua dengan baju koko dan peci hitam kumal pun turut mengedarkan kotak amal bertuliskan 'UNTUK PEMBANGUNAN MASJID' .

"Siapa peduli? paling -paling ia hanya menipu, zaman sekarang banyak pengemis yang memakai berbagai cara agar dapat mengais rupiah tanpa susah payah, mengatas-namakan infaq-lah, sedekah-lah, aku tak akan tertipu" batinku.

"Seikhlasnya mbak", kata lelaki itu sambil menyodorkan kotak amal yang nampak terkunci. Aku tak acuh, melempar pandangan keluar jendela ,melihat sampai mana bus ini bergerak.

"Seikhlasnya mbak", ia mengulang perkataannya. Aku jengah. Bukan karena kata kata yang ia lontarkan, melainkan karena semua penumpang melihatku dengan tatapan sinis. Mungkin mereka pikir aku ini orang yang terlalu kikir untuk memasukkan recehan kedalam kotak usang itu. Ku rogoh sakuku, dan kumasukkan recehan kedalam kotak yang dipegang.

"Seikhlasnya mbak", aku menoleh. Bapak itu masih tetap berdiri di dekatku. Malah sekarang sedikit mendorong dorong kotak amalnya pada lenganku.

Kalau aku tidak ingat bahwa aku berada didalam bus kota, pasti aku sudah mengumpat keras-keras. Kutahan rasa kesal sambil mengeluarkan selembar uang 5 ribuan dan memasukkannya ke dalam kotak. Lalu kulihat lelaki itu berkomat-kamit dan tersenyum sebelum pergi.

Hampir ku nobatkan hari ini sebagai hari kesialan. Bagaimana tidak? Sudah berhimpitan di bus kota untuk ke kampus, dimintai uang dengan paksa, dan ternyata sampai di kampus, tak satupun dosen yang hadir.

Beruntung Anika mengembalikan motor ku ketika aku hendak beranjak meninggalkan kampus. Membayangkan untuk pulang dengan menaiki bus kota lagi, aku tak sanggup.

Setelah berpamitan pulang dengan teman teman, ku terima BBM dari adikku yang memintaku untuk menjemputnya di sekolah,karena tukang ojek langganannya tidak datang. Aku menolak, jarak antara kampus ku ke sekolahnya amat jauh. Namun tak lama, aku luluh, tak tega membayangkan ia harus merasakan sesaknya bus kota seperti yang aku rasakan tadi pagi.

Di perjalanan, tiba- tiba turun hujan. ku gas motor ku tanpa menghiraukan berapa kecepatan lajunya. Jalan yang aku lewati rusak parah. Dan tiba-tiba aku tergelincir saat motorku melewati lubang yang agak dalam sehingga motorku( aku tak tahu bagaimana bisa) rantainya terjepit diantara besi dan roda. Motor ku berdecit. Ban belakang tidak berputar dan akupun terjatuh.

Orang-orang yang melihat kejadian itu berusaha menolong. Mengangkat motor sialku sampai ke depan ruko. Beruntung, aku tidak mengalami luka parah, hanya lecet di telapak tanganku.

Beberapa lelaki yang duduk didalam ruko keluar. Mereka memandangku. Aku takut. Tapi perlahan ketakutanku mulai reda saat mereka langsung memeriksa keadaan rantai motor ku dan segera memperbaiki tanpa kuminta. Mereka berkata, rantai itu sudah tidak bisa diperbaiki lagi dan harus diganti.

Ya Tuhan! Aku mengingat-ingat berapa jumlah rupiah yang ada di dalam dompetku. Jika tak salah menaksir, hanya ada selembar uang duapuluh ribuan. Tanpa menunggu persetujuan dariku, mereka langsung mengeluarkan satu set rantai motor baru (yang entah milik siapa, mengingat bangunan ini bukan bengkel) dan memasangnya. Aku tertunduk lemas. Uangku tak akan cukup untuk membayar rantai itu.

"Mbak, motornya sudah," suara salah satu dari mereka membuyarkan lamunan kegalauanku. Aku menarik nafas panjang. Mungkin aku harus berhutang dulu pada mereka, jika diperbolehkan. Jika tidak, habislah aku.

"Em... berapa Mas?" Tanyaku ragu. Ya Tuhan, tolong aku!

"Seikhlasnya mbak".

Apa? Apa aku tak salah dengar? Seikhlasnya? Aku mengeluarkan satu-satunya lembar rupiah berwarna hijau dari dompetku. Mereka tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

Aku kembali melanjutkan perjalanan ku, adikku pasti sudah menunggu. Di perjalanan menuju sekolahnya, tak henti hentinya aku mengucap syukur setelah kejadian tadi. Aku teringat dengan lelaki dengan kotak amal di bus tadi pagi. Ya Tuhan, apa ini salah satu cara-Mu?.

Memaksaku bersedekah untuk memperlihatkan balasan dari sedekah yang kukeluarkan meski bukan dengan hati yang ikhlas?
Tidak ikhlas saja balasannya semanis ini. Bagaimana jika tadi kusedekahkan hartaku dengan ikhlas?

tamat

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.16
JST 0.032
BTC 63707.00
ETH 2746.91
USDT 1.00
SBD 2.64