Mahadena Mutta |||

in #story7 years ago (edited)

Sahabat Steemian yang sangat saya banggakan.

Pagi ini saya mencoba mengingatkan kita semua, bahwa semua yang akan terjadi kedepan, hanya Allah SWT lah yang maha tau, tinggalkan segala bentuk kepercayaan-kepercayaan yang mungkin akan menyesatkan kita.

Semoga kita berada di jalan yang lurus... Amin.

image
sumber


Saya mencoba mengangkat cerita Muhadena Mutta by Bang Halim Abee, Ateuh paloh lada.

Tiba-tiba malam ini saya teringat dengan sebuah dongeng yang pernah saya baca puluhan tahun silam di buku "Dongeng anak-anak Dunia".

Dongeng tentang Mahadena Mutta, seorang tokoh pandir yang jujur dan tulus, dia hidup disebuah perkampungan, di negeri yang indah dengan empat orang pengikut setianya.

Tersebutlah ketika akan bermalam disebuah perkampungan setelah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan, mereka bermusyawarah untuk membuat sebuah kemah tempat berteduh, Lalu sang tokoh naik kesebatang pohon untuk memotong dahannya sebagai tiang kemah, Dia berdiri tepat diatas dahan yang akan dipotongnya.
Seorang penduduk desa yang kebetulan lewat menegurnya:
"Jangan berdiri disitu, Kamu akan jatuh bersama dahan tersebut"
Mendengar hal tersebut Mahadena Mutta tidak perduli, keempat pengikutnya saling berpandangan, Salah seorang dari mereka berkata:
"Jangan suka mencampuri urusan orang lain, Hana ka tu'oeh ikah"
Orang tersebutpun berlalu, Tak lama setelah itu mereka mendengar gurunya mengerang kesakitan karna terjatuh bersama dahan yang dipotongnya.

"Kejar orang tersebut dan tanyakan kapan aku meninggal"
Mahadena Mutta memerintahkan keempat muridnya untuk mengejar orang tersebut, Iya benar-benar kagum dengan kepintarannya, Dia merasa sangat takjub, bagaimana munhkin orang itu tau bahwa "Dia akan jatuh bersama dahan tersebut sebelum hal itu terjadi" maka dia ingin mengetahui rahasia kematiannya dari orang yang dianggapnya luar biasa.

"Guru kami ingin tau kapan dia meninggal" Teriak salah seorang muridnya sambil mengejar orang tersebut.
Karna merasa takut dan berfikir sedang berhadapan dengan orang gila, Orang tersebut menjawab dengan sekenanya:
"Saat rambutnya terkena air laut, tolol"
Lalu keempatnya menghentikan pengejaran setelah mendengar jawabannya dan dengan bangga menyampaikan hal tersebut kepada gurunya.
"Baiklah, kalian harus mengingatkan hal itu kepadaku"

Ketika suatu hari rambut Mahadena Mutta terkena air laut karna lupa diingatkan oleh murid-muridnya, Iya merasa sangat sedih dan berkata:
"Sekarang aku akan mati, buatlah peti untukku dan kuburlah aku di atas sebuah bukit" Mahadena Mutta lalu membaringkan tubuhnya di tanah karna yakin dia telah mati.
Keempat muridnya merasa sangat sedih dan kehilangan, mereka terus menangis saat membuat peti mati gurunya, Bahkan terus menangis saat membawa gurunya untuk dikubur disebuah bukit.

Ketika tiba disebuah persimpangan yang menuju ke arah pemakaman, Keempat muridnya berbeda pendapat, masing-masing meyakini jalan berbeda yang harus mereka lewati, karna pertengkaran semakin memanas, Mahadena Mutta mencoba menenangkan mereka:
"Kenapa kalian bertengkar, Ikuti saja jalan yang lurus itu"
Mendengar suara gurunya dari dalam peti mati mereka terdiam seketika dan sangat ketakutan, lalu secara bersamaan mereka mencampakkan peti tersebut dan lari terbirit-birit.
Kali ini Mahadena Mutta menemukan takdirnya, iya benar-benar mati karna tanpa sengaja "Dijatuhkan oleh murid-muridnya yang sangat setia" ke dasar jurang.

Rakan meutuwah:
Menyelesaikan perkara serumit permasalahan Aceh tidak cukup hanya dengan kejujuran dan ketululusan. Kita butuh pemimpin-pemimpin berkualitas dan visioner.

Zaman telah berubah dan akan terus berubah, Tentu tidak mungkin mengharapkan kehadiran sosok idealis pemberani sekaliber "el-che" untuk menjadi penyelamat dan pembeda warna pemerintahan dan lembaga wakil rakyat. Tapi setidaknya kita masih bisa berdoa agar lembaga-lembaga tersebut tidak sepenuhnya diisi oleh reinkarnasi Mahadena Mutta dan keempat muridnya.

Ateuh Cot Paloh Lada, 21.50 Wib
Sesuai dengan aslinya


Up Vote and Follow me @yahqan

Sort:  

ini cerita India ya? Memang mantaaap Bg Halim.

@yahqan
Tiba-tiba malam ini saya teringat dengan sebuah dongeng yang pernah saya baca puluhan tahun silam di buku "Dongeng anak-anak Dunia".

Dongeng tentang Mahadena Mutta, seorang tokoh pandir yang jujur dan tulus, dia hidup disebuah perkampungan, di negeri yang indah dengan empat orang pengikut setianya.

postingan ini menarik bang zainal, menurut saya sih...

India itu sama seperti kita juga bang, orang nya ganteng2 kayak bang zainal.... Na bantah bang

saya India belakang

Saya mencoba mengangkat cerita Muhadena Mutta by Bang Halim Abee, Ateuh paloh lada.

Tiba-tiba malam ini saya teringat dengan sebuah dongeng yang pernah saya baca puluhan tahun silam di buku "Dongeng anak-anak Dunia".

Dongeng tentang Mahadena Mutta, seorang tokoh pandir yang jujur dan tulus, dia hidup disebuah perkampungan, di negeri yang indah dengan empat orang pengikut setianya.

Tersebutlah ketika akan bermalam disebuah perkampungan setelah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan, mereka bermusyawarah untuk membuat sebuah kemah tempat berteduh, Lalu sang tokoh naik kesebatang pohon untuk memotong dahannya sebagai tiang kemah, Dia berdiri tepat diatas dahan yang akan dipotongnya. Krakkk na kutipan

Haaa haaa haaa saket pruet abg dek.

saya teringat cerita ini, sayangnya buku tsb entah dimana sekarang :)
#dongenganak

Sangat bermamfaat
Semoga
Menjadi bahan renungan
Follow me @imranroza

Sama2 semoga succes

Zaman telah berubah dan akan terus berubah, Tentu tidak mungkin mengharapkan kehadiran sosok idealis pemberani sekaliber "el-che" untuk menjadi penyelamat dan pembeda warna pemerintahan dan lembaga wakil rakyat. Tapi setidaknya kita masih bisa berdoa agar lembaga-lembaga tersebut tidak sepenuhnya diisi oleh reinkarnasi Mahadena Mutta dan keempat muridnya.
Postingan yang sangat bagus untuk Aceh kedepannya.
Salam KSI

Semoga @janny, harapan kita sama seperti harapan masyarakat pada umumnya..

#succes selalu

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.029
BTC 76781.75
ETH 3131.82
USDT 1.00
SBD 2.65