Turn On Turn Off (Newsline.com)

in #story6 years ago (edited)

IMG_20161207_071118.jpg

“Selamat saudari Samara Alfara, kualifikasi anda kami terima sebagai salah satu editor Newsline.com divisi entertainment,”

Sebaris kalimat itu terus terngiang di kepala Samara ketika ia baru turun dari Transjakarta. Langkahnya begitu cepat, tidak sabar untuk segera sampai di salah satu gedung di antara menjulangnya gedung-gedung di bilangan Sudirman.

Meski gedung tempat kantornya berada bukan gedung tertinggi, tetapi gadis berambut hitam sebahu itu tetap harus mendongak memandangnya.

“Lantai lima…” Bola mata cokelat-nya tampak berbinar meski silau matahari membuatnya sedikit menahan perih.
Hampir satu menit gadis yang belum genap seperempat abad tersebut menatap gedung di hadapannya hingga akhirnya ia berlari-lari kecil menuju lobi. Mengantri bersama karyawan lain, menunggu lift yang akan membawanya ke dunia baru tiba.

Gemuruh di dada gadis setinggi 5 kaki itu semakin tak keruan saja ketika ia tiba di lantai 5. Langkahnya melamban ketika ia sudah berdiri tepat di depan pintu bertuliskan, newsline.com.
Seseorang menyambut Samara ramah ketika ia memasuki ruangan yang esok dan seterusnya akan menjadi tempatnya menjalani rutinitas sebagai editor.

“Meja kamu ada di sana,” seseorang menunjukkan dimana ia akan mengedit seluruh berita yang masuk sebelum naik ke website.

“Thank you, Mbak…”

“Nanti setelah beres-beres, segera ke ruangan HRD ya,” wanita berkaus putih itu mengingatkan Samara untuk menyerahkan pemberkasan.

Setelah menyanggupi, Samara mengencangkan ransel hitamnya, berjalan dengan airmuka bahagia. Kubikelnya tidak berbeda dengan kubikel-kubikel yang lain. Bedanya, kubikel Samara masih terlihat rapi. Dengan perangkat komputer yang melambai-lambai ingin segera digunakan.

Tidak banyak barang yang dikeluarkan Samara dari ranselnya. Hanya sebuah notebook dan bolpoin. Alih-alih menuliskan sesuatu di notebook barunya, ia malah mengeluarkan dompet lantas membukanya.

Sebuah foto membuatnya terpaku. Tak berapa lama senyum simpulnya pun terbit. “Hai, Ritz. Hari ini hari pertamaku bekerja sesuai passion-ku. Terima kasih sudah membawaku sejauh ini. You still and always in my heart…” lirihnya seraya mengeluarkan selembar foto itu dari dompet.

Setelah menempelkan double-tip, foto dua orang yang hanya terlihat punggungnya itu kini sudah berpindah di dinding kubikel kerjanya.
**

“Nama saya Samara Alfara, asal Jakarta Selatan. Ini pengalaman pertama saya bekerja di sebuah portal berita online. Sebelumnya saya hanya buruh freelance, menulis skenario, menulis blog sesuai pesanan,” Samara memperkenalkan profil singkatnya kepada rekan-rekannya di Newsline.com.

Ada sekitar 10 orang yang mengelilinginya, mendengarnya memperkenalkan diri dan tak jarang ada yang bertanya hal-hal kecil.

Sebagai anak baru yang berhadapan dengan para senior, Samara merasa sangat canggung.

“Gue Samuel, biasa dipanggil Sam. Gue di bagian ekonomi. Nice to meet you,” laki-laki jangkung itu menjulurkan tangan yang tak butuh waktu lama dibalas oleh Samara.

“By the way, gue panggil lo Sam nggak apa-apa, kan? Biar samaan, gitu…”

Permintaan Samuel barusan disambut sorakan oleh karyawan lainnya. Bahkan sampai ada yang menjitak kepala pria berkulit putih itu.

“Heuumm, moduuusss…!” komentar salah seorang senior yang berjilbab biru muda.
Samara menyunggingkan senyum malu-malu.

“Modus apaan, sih? Ini tuh usaha mengakrabkan diri, secara dia duduk di sebelah gue,” Samuel membela diri.

“Trik lo klasik tau, nggak?” komentar pria berambut keriting yang tadi menjitak kepala Samuel. Tak menunggu lama, pria itu mengenalkan diri sebagai Adit, editor bagian politik.

“Lo tau kenapa bang Adit ditaroh di bagian politik?” tanya Samuel pada Samara yang dijawab dengan gelengan kepala saja. “Itu karena politik di Indonesia sama njlimet-nya kayak rambutnya dia,” tawa Samuel pun membuncah. Meski yang di-bully telah mendaratkan jitakan susulan, Samuel tetap tertawa.

“Nggak usah main fisik lo!” hardik Adit dengan jitakan bertubi-tubi.

“Bang, sakit bang!” Samuel mengaduh yang membuat semua senior tertawa.

“Kalian ini memang nggak pernah berhenti ya. Harusnya kalian akur, sama kayak ilmu politik dan ilmu ekonomi yang tak bisa dipisahkan,” tutur wanita berambut sebahu yang kemudian memperkenalkan diri sebagai Aliya, redaktur bagian kebudayaan.

“Zaskia, bagian hobi dan keagamaan,” wanita berjilbab biru muda tadi memperkenalkan diri dengan senyumnya yang ramah.

Tidak semua yang berada di ruang meeting pagi itu merupakan editor. Ada pula bagian marketing, keuangan dan direktur operasional Newsline.com.

“Samara, sekali lagi… Selamat bergabung di Newsline.com,” sambut Pak Satria, direktur operasional Newsline.com sebelum akhirnya menutup pertemuan singkat tersebut.

“Nanti siang kita ada pertemuan dengan para reporter Newsline, ada evaluasi sedikit buat mereka. Jadi lo bisa sekalian kenal yang mana aja reporter lo nanti,” kata Sam memberitahu.
Samara hanya mengangguk pelan, rasa canggungnya masih belum juga hilang meski Samuel sudah berusaha untuk membuatnya senyaman mungkin.
**

bersambung...

Sort:  

hidup banget nih tulisan..sampe hampir bisa bayangin keadaan sesugguhnya...keren lah!

Alhamdulillah kalo gitu hehehe

Nah kalau jurnalis suah menulis. Bagaikan air mengalir dari hulu ke hilir. Terus membawa pembaca masuk ke dalam kisahnya.

Asik banget tulisannya @viviehadika

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.11
JST 0.031
BTC 69909.00
ETH 3924.76
USDT 1.00
SBD 3.68