My Close Friends Passed Away Almost at the Same Time (with English Version)

in #story7 years ago (edited)

Nothing saddest things such lefting by sincere people who have been so good in our lives. The existence of close friends even closer than the relatives or family. They become a light of life for fighting in social struggle and thought.

daoed joesoef.jpg

On January 23, 2017 afternoon, a friend and also an artist and politician of Democratic Party , Sys NS passed away. Once upon time in 2017 we ever talked about planning to build a cinema in Aceh. He got information from me that most of Acehnese who want to enjoy movie recreation must go to Medan or Jakarta. I reported that billions of Acehnese money had been disbursed just because there is no cinema in Aceh. Whereas in the past, the cinema has existed in Aceh and became a public space that cultivate family relationships.

He died so suddenly. Reportedly heart attack and without leaving any gesture to friends or family. When I heard the from news Sys NS died, I was so miserable. We never know about what God's planning to us.

In that night I had trouble sleeping. I can not close my eyes even though the time has shown at 01:05 pm. Then I took the phone again and opened the whatsapp group of Indonesia Liverpooldian fans. Someone gave news that Mr. Daoed Joesoef has passed away. I was taken a back from the bed. Then the sadness feeling suddenly rolls to my soul.

I was suddenly reminded of our friendship. He is not an ordinary man. He was former Minister of Education and Culture of the New Order era (1978-183). He got two doctorates from Sorbonne University, Paris. We have been friend since 2012. Elga Sarapung, director of Dian Interfidei and also known as a pluralist fighter once stated that Daoed Joesoef wanted to meet me. Finally, she arranged a book discussion was about Dialogue for Peace Papua in the Center for Strategic and International Studies (CSIS), Tanah Abang, Jakarta.

Since then, my dialogue with Prof. Daoed Joesoef happened so closely. We are like two friends who have not met for a long time and talked about many things. He talked about his creativity to writing. He still used old type machine. He was no able to use the computer or internet. He said, "If I typed wrong, I revise on a paper and then paste it on the wrong text." I myself have never done that in a lifetime. Although the beginning of my writing activities also with old fashion. Fastly computer technology has affected me.

Anak Tiga Zaman.jpg

Daoed Joesoef is my inspiration for the constancy of thought and writing. He still spoke loudly until the end of his old life. There is no dementia in the delivery of ideas. He can smoothly talk about the nation's educational problems, cultural concepts, intellectual roles, etc.

Once when he invited me to see the library in his house. There is a bookself that consist thematic concepts in every book there. Each book contains a theme such as humanism, justice, postmodernism, philosophy, etc. Its became an encyclopaedic reference and compilation for students at the French high school level. According to Daoed Joesoef the theme must be mastered before entering college. That reality is contrary in the campus in Indonesia. The Students here who enter the new college still begin to learn concepts of the social-humanities sciences. They can't to extrapolate the idea contextually and functionally according such themes.

I also got insight about secularism. Many people here misunderstand about this concept. In practice, however, it becomes a manifestation of human humility not to segregate people based on their religious identity, ethnicity, and cultural identity. In French schools, religious symbols should not be highlighted. That all children are equal before education and should not be excluded or be exclusive person. Education teaches the spirit of French native democracy: liberté, égalité et fraternité.

Children are taught not to discriminate other people. They ara asked to honor the degree of humanity and must fight for equity and equality. Freedom must be able to guarantee brotherhood and equality at once. If freedom imprisoned and muzzled humanity then it is called fascism - referring to the concept of Bertrand Russell .

Now Daoed Joesoef has gone. Sys NS always cheerful artist has also gone to the after life. But their passion for intellectualism, creativity, and sincerity is still remained. They still live in my memory and heart feeling. Deep condolences for loosing them.

Dua Sahabat Meninggal dalam Waktu Hampir Bersamaan

Tak ada yang paling menyedihkan kecuali ditinggal orang-orang yang pernah begitu baik dalam kehidupan kita. Ya keberadaan sahabat bahkan lebih dekat dibandingkan dengan saudara atau keluarga. Mereka ada dalam cahaya kehidupan yang sedang kita terangi dalam perjuangan dan pemikiran.

Pada 23 Januari 2017 siang, seorang sahabat dan juga seorang seniman dan politikus Partai Demokrat, Sys NS meninggal dunia. Pernah ada satu waktu pada 2017 ia berbicara untuk membuat bioskop di Aceh, setelah mendengar kisah dari saya bahwa sebagian besar penduduk Aceh yang ingin menikmati rekreasi film harus pergi ke Medan atau Jakarta. Saya kabarkan bahwa miliaran uang Aceh telah keluar hanya karena di Aceh tidak boleh didirikan bioskop. Padahal pada masa lalu, bioskop telah ada di Aceh dan menjadi ruang publik yang memesrakan hubungan keluarga.

Sys NS kedua.jpg

Ia meninggal begitu tiba-tiba. Kabarnya serangan jantung dan tanpa meninggalkan isyarat apapun kepada teman atau keluarga. Ketika mendengar kabar meninggal Sys NS, saya begitu nelangsa. Ternyata Tuhan memiliki rencana yang tak terduga-duga.

Pada malam harinya saya mengalami gangguan tidur. Saya tak bisa memejamkan mata meskipun waktu telah menunjukkan pukul 01.05 WIB. Kemudian saya ambil lagi handphone dan membuka grup whatsapp Liverpooldian Indonesia. Seseorang memberikan kabar Pak Daoed Joesoef meninggal dunia. Saya terperanjat dari tempat tidur. Dan perasaan sedih tiba-tiba menggulung jiwa.

Teringat lagi persahabatan dengan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Orde Baru (1978-183). Pemilik dua gelar doktor dari Universitas Sorbonne, Paris, ini telah menjadi sahabat saya sejak tahun 2012. Elga Sarapung, direktur Dian Interfidei dan dikenal juga sebagai pejuang pluralisme pernah menyatakan bahwa Daoed Joesoef ingin bertemu dengan saya. Akhirnya dirancanglah sebuah diskusi buku 100 Orang Indonesia Angkat Pena Demi Dialog Papua di Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Tanah Abang, Jakarta.

Sejak pertemuan pertama itu dialog saya dengan Prof Daoed Joesoef terjadi demikian mesranya. Seolah-olah kami telah bertemu lama dalam persahabatan. Saya mengetahui bahwa ia tak menguasai komputer pada pertemuan itu. Ia mengetikkan semua artikelnya secara "analog". "JIka salah mengetik, saya ketik editan pada sebuah kertas dan kemudian ditempelkan di atas teks yang salah tadi". Saya sendiri tidak pernah melakukan itu dalam seumur masa. Meskipun awal kegiatan tulis-menulis saya juga dengan mesin tik baheula. Dengan cepat teknologi komputer memengaruhi saya dan pola dokumentasi artikel yang saya tulis. Meskipun saya juga mengalami era ketika mengetik di komputer menggunakan piranti tambahan yang disebut dengan "Dos" dan "Floppy A". Saya telah lupa dan ingata itu hanya selembar-lembar menempel di kepala.

Daoed Joesoef adalah inspirasi saya untuk keteguhan pikir dan kekuatan nalar. Ia masih berbicara dengan suara tegas hingga usia lanjutnya. Tak ada kepikunan dalam penyampaian gagasan. Ia bisa dengan lancar membicarakan problem pendidikan bangsa, konsep kebudayaan, peran intelektual, dll.

Pernah suatu ketika ia mengajak saya melihat perpustakan di rumahnya. Ada satu rak berisi konsep tematik yang disusun dalam satu buku. Setiap buku berisi satu tema seperti humanisme, keadilan, posmodernisme, filsafat, dll yang menjadi rujukan ensikplopedik yang disusun untuk pelajar di tingkat SMA di Perancis. Menurut Daoed Joesoef tema itu harus dikuasai sebelum masuk perguruan tinggi. Hal berkebalikan terjadi di kampus-kampus tanah air. Mahasiswa yang masuk ke perguruan tunggi baru mulai belajar konsep-konsek kanon dalam ilmu sosial-humaniora sehingga tergagap-gagap ketika harus mengekstrapolasi gagasan itu secara kontekstual dan fungsional.

Satu hal lagi tentang sekularisme. Banyak orang salah paham dengan konsep ini. Namun dalam praktiknya ia menjadi wujud dari kerendah-hatian manusia untuk tidak mengotak-kotakkan orang berdasarkan identitas keagamaan, etnisitas, dan identitas kebudayaannya. Di sekolah-sekolah Perancis, simbol-simbol keagamaan tidak boleh ditonjolkan. Bahwa semua anak sama di depan pendidikan dan tidak boleh diekslusifkan atau diekslusikan. Pendidikan mengajarkan semangat demokrasi asli Perancis : liberté, égalité et fraternité.

Anak-anak diajarkan tidak membeda-bedakan tapi menganggap bahwa semua memliki derajat kemanusiaan yang harus dihormati. Kebebasan harus bisa menjamin persaudaraan dan persamaan tetap berfungsi pada tempatnya. Apabila kebebasan malah membelenggu dan memberangus kemanusiaan maka itu disebut fasisme - merujuk konsep yang dikatakan Bertrand Russell.

Kini Daoed Joesoef telah tiada. Sys NS seniman yang selalu ceria itu juga telah pergi selamanya. Namun semangat mereka pada intelektualisme, kreativitas, dan ketulusan adalah sesuatu yang harus dijaga.

Sys NS.jpg

26 Januari 2018

Steemit Inter.jpg

Sort:  

Very veryy..

sedih memang kalau ditinggal sahabat, apalagi sahabat yang begitu berarti buat kita.

Ya. Terutama Sys NS yang masih sehat dan ceria. Secara umur juga masih "muda". 61 tahun

Nice post👏👏

Semoga beliau (bapak Daoed Joesoef dan Sis.NS) diterima amal ibadahnya dan di ampuni segala kesalahan dan kesilapan selama hidupnya, dan buat yang ditinggal kan di beri ketabahan... Amin

Terima kasih pak telah memvote post bunga selanga saya.

Sama2 @syukriandira. Harus saling membantu

Semoga teman pak @teukukemalfasya mendapatkan tempat yang layak disisi Allah. Semoga pak Kamal sabar dan tabah menghadapinya.

Terima kasih @nasrullahilyas atas ucapannya

Hebat. Bisa jd sahabat dari orang2 hebat dari dua generasi yang berbeda. Sayang sekali, kedua2nya sdh meninggal dan dlm waktu yg hampir bersamaan pula..

Saya memang lebih lunua banyak teman orang tua disamping yang muda2. Kalau uang sebaya saya lebih banyak ambisi mengejar politik dan jabatan. Haha

semoga bapak diberikan ketabahan serta hati yang kuat dalam mengahadipinya, karena teman sejati adalah teman yang punya banyak cerita dan meninggalkan cerita suka dan duka....

Aminn. Ya ada banyak cerita dari mereka yang bisa saya share

Semoga mereka di tempatkan di tempat yang baik di sisiNya.

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 62948.49
ETH 2583.15
USDT 1.00
SBD 2.74