Merindu "Kesejahteraan" Katanya.

Dalam kesempatan bercerita dengan setiap wajah yang sudah bertemu dengan saya akan nampak jelas wajah yang merindukan arti dari kata yang di sebut bahagia, baik itu urusan keluarga, atau cinta hingga para jomblo yang membuat nya hampir gundah gulana.

Siapa coba yang tidak ingin hidup di alam yang luas ini menemukan arti kata bahagia, perlu kita akui bahwa saat kita sibuk dengan kegiatan sehari - hari yang membuat keringat terkuras, pikiran menyempit, usaha kita takutkan hilang, sehingga lupa dengan saudara kita alami di sekitar.

Kata siapa demikian??, kata saya dan kata orang - orang yang senang dia menceritakan hal itu kepada saya, mungkin anda tidak percaya hal itu, kepekaan sosial anda perlu di asah lebih tajam lagi saya kira, bagaimana cara mengasahnya, tidak kurang seperti mengasah pisau, yakni bagian tajamnya di pertajam jangan kamu paksakan bagian tumpul menjadi tajam, itu akan susah.

Menjadi pemandangan yang tidak biasa bagi saya saat berkunjung ke beberapa tempat tidak lagi saya menemukan masyarakat bahagia, akan tetapi sangat aneh ketika mereka berkata "kami bahagia demikian nak" itu kata mereka.

Karena mereka menikmati hidup ya begitu saja dari mereka lahir, lantas apa mereka sudah bahagia, ya mereka bahagia, lalu dimana tidak bahagianya??, saya akan mencoba jelaskan kepada kamu.

Pendidikan anak mereka masih memprihatinkan, hasil pertanian mereka tidak bisa di perjual belikan atau pasarkan ke luar daerah, karena infrastruktur penghubung masih hancur, iya bagus saat musim kemarau jika hujan jalan itu bagai kubangan kerbau yang sudah bisa di tanami padi ( sawah ).

Itulah yang disebut bahagia??
Itulah negeri, diaman tempat saya lahir, itulah Baca : Samar Kilang

Sumber