The Origin of Truth is Chaos; Muasal dari Kebenaran adalah Kekacauan
Kita pura-pura tersenyum, walau kita sering gagal melakukannya. Walau sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tersenyum, walau juga tidak ada salahnya kita menangis, karena toh tidak ada yang peduli. Dan kalaupun ada yang peduli, pasti disana ada kesalahan, atau minimal kerena faktor kebetulan. Kebetulan kita sedang menjadi objek bagi subjek lain yang juga sama dengan kita, sama-sama pura-pura tersenyum. Kali ini subjek tersebut pura-pura tersenyum, pura-pura baik pada kita; dan kitapun membalas dengan perlakukan yang sama. Kita pura-pura tersenyum dan pura-pura baik padanya. Begitu seterusnya.
Dan dari kepura-puraan tersebut, semua orang berusaha menjadi pusat, atau seperti kata Lacan, berusaha untuk dihasrati, dan pada akhirnya dari upaya tarik-menarik subjek-subjek berhasrat tersebut muncul gumpalan-gumpalan, kelompok-kelompok dan identitas-identitas. Manusia kemudian menjadi bersuku-suku dan berkelompok-kelompok. Dan tentu saja karena proses tarik-menarik subjek-subjek berhasrat yang memiliki kekuatan dan daya tarik yang hampir sama.
Namun tetap saja dalam Chaos tidak ada yang benar-benar sama kuat dan tidak pula ada rumusan baku untuk mengukur kekuatan. Bagi Chaos, kapasitas dan keadaanlah yang menentukan, (atau tidak menentukan). Dan kadang kala sebuah subjek yang ditarik, membawa serta subjek yang pernah ia tarik bersamanya.
Rumus Chaos adalah perpaduan beberapa rumus diantaranya konstan, rumus mengambang, rumus dinamis dan rumus yang tidak diketahui. Mengapa disini harus dipaksakan untuk memasukkan rumus, karena perjuangan dan kehidupan sepanjang sejarah selalu berkaitan dengan rumus. Kegalauan Ibrahim dalam cerita ’Empat burung yang dicincang’ adalah berkaitan dengan rumus. Yunus yang melarikan diri tanpa terlebih dahulu sebelum mendapatkan ‘perintah langsung’ juga merupakan kesalahan memahami rumus; Ujlah Muhammad adalah upaya untuk mencari rumus; Pertikaian Al-Hallaj, Suhrawardi dan Galileo dengan penguasa dan otoritas keagamaan juga merupakan pertikaian antar rumus.
Dengan mengajukan beberapa contoh diatas, kami tidak hendak menggiring pembaca untuk memahami rumus sebagai aturan atau lebih jauh sebagai Tuhan. Karena jika rumus adalah aturan, tentu ia sudah ditentukan dan ini adalah faham determenistik. Dan jika Tuhan dianggap sebagai rumus atau aturan, berarti barusaja kita mencoba mengabaikan Tuhan sebagai Sang Maha Berkehendak
Dalam membahas Chaos seharusnya tidak ada rumusan. Dan bahkan mengatakan ‘Tidak ada rumusan,’ pun merupakan bagian dari merumuskan Chaos dan ini tidak boleh. Chaos lebih pas digambarkan dengan diam, tanpa komentar, tanpa justifikasi, dan tanpa elegansi. Chaos bermakna menunggu, terbuka dan menerima segalanya sebagai bagian dari satu dan satu sebagai bagian dari keseluruhan. Dalam faragmen2 Chaos yang seberapa rumitnya pola keterpisahannya, tetaplah ia berasal dari ledakan yang satu,,,, dan BANG!.
Kebenaran adalah Chaos, dan ketika kau saksikan disana ada perang, saling bunuh dan saling serang, disanalah fitrah murni itu berada. Disanalah apa yang dikatakan Freud lahirnya manusia-manusia yang sempurna, atau dalam bahasa Nietzsche, Manusia Unggul. Atau dalam bahasa Arab, yukawiyu ba’dun ala ba’din, atau yuhawwilu ba’dun ala ba’din. Disanalah arti sebenarnya dari kebenaran. Sebuah prosa paradok yang cukup tinggi, yang mengatakan , “ Tidak adanya kebenaran, adalah bagian dari kebenaran itu sendiri.” Banyak Filsuf yang berkata demikian. Dan kalau kita mau jujur, memang demikianlah adanya.
Teroris pernah berkata kepada Michael Durant dalam film Black Hawn Down, “Killing is Negotiation” dan dengan perang, maka kebenaran (bukan bermakna keteraturan) akan menemukan jalannya sendiri.
Ah. Bukankah Tuhan juga begitu, Ia lebih mencintai muslim yang kuat daripada muslim yang lemah. Dan sesuatu itu diketahui kuat atau lemahnya, tentu saja setelah mengalami benturan murni, atau dalam istilah diatas sebagai Crash of Chaos, (bukan benturan buatan.)
Tatanan, atau dalam bahasa Inggris disebut Order, adalah sebuah kesalahan. Ketika terjadi sebuah kedamaian, dapat dipastikan disana ada sesuatu yang tidak beres. Ada kekuatan yang memonopoli segala defenisi dan menciptakan defenisi kebenarannya sendiri. Mungkin bagi kita mirip dengan Pemerintahan atau negara dan bagi agamawan, ia biasa disebut dengan TUHAN atau institusinya yang bernama Agama. Freud dan Marx sudah terlebih dahulu mencium ada yang tidak beres dari sebuah keteraturan.
Bagaimana mungkin kita begitu rela tertib mengantri disaat kita mampu untuk menerobos antrian? Bagaimana mungkin kita memaksakan diri diperlonco petugas hanya untuk mendapatkan SIM dan tak jarang kita kita lebih memilih untuk membayar mahal? Bagaimana mungkin kita begitu patuh bekerja, sekolah, menutup aurat, membayar pajak dan segala hal lain yang jika kita runtut kebelakang, jelas bahwa ia hanyalah bagian dari paksaan, persisnya penjajahan.
Tapi karena kita sudah terbiasa, ia menjadi sesuatu yang seolah datang dari dalam. Ya,,, seperti yang mungkin dikehendaki oleh Jung, dalam alam bawah sadar nenek moyang kita terbiasa melawan dan dibantai, sehingga ia tidak ingin anak cucunya dibantai dengan cara yang sama.
Alam mengajarkan bahwa bukankah lebih baik hidup tertindas daripada mati mengenaskan? Lalu kita mencoba melihat kekedalaman hati, dan menemukan sesuatu yang kita agung-agungkan sebagai fitrah padahal jelas ia hanya reduksi dari trauma-trauma masa lalu sang nenek moyang dan terwarisi secara evolutif melalui gen dan membentuk apa yang tanpa sengaja tersirat dalam gigauan Jung sebagai ‘kemurnian palsu.’ Dan hasil konstruksi dari masa lalu ini kemudian dengan gegabah kita sebut sebagai ‘suara hati.’ Dengarkan nuranimu maka kau akan mendengar berbagai perkataan berbau kepatuhan, ketaatan, dan ketertiban. Padahal jelas, kemurnian terdalam itu ada pada Chaos. Ada pada ketidakberaturan. Dan saat kau melihat ada kedamaian, disana pasti ada yang tidak beres.
Membaca tulisan ini bikin hati damai. 😂😂😂
atau sebaliknya...???
Arinya tulisan ini gak beres. Haa
Kan dibilang bahwa jika menemukan kedamaian maka ada hal yg gak beres di dlmnya. Haaa
biar ga apa kali😅😅
Congratulations @ramlicibro! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of comments received
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP