Lima Ulama Kharismatik Aceh dari Aceh Utara

Ulama adalah jama’ dari kata ‘alim yang artinya orang yang memiliki ilmu yang mendalam dan luas dalam bindang agama Islam.

Sesungguhnya ‘ulama merupakan pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambilnya, maka ia telah meraut banyak kebaikan. [Hadits Riwayat Abu Daud dan At-Tirmidzi]

Selepas meninggal dunia almarhum Teungku Karimuddin (Abu Alue Bilie) tahun 2011 dan Teungku Ibrahim Bardan (Abu Panton) tahun 2013 di bekas Kerajaan Samudera Pasai--Aceh Utara ini, jumlah ulama kian menyusut.

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

Pasai ini adalah negerinya ulama atau layak kita sebut samuderanya ilmu, di mana dari Pasai-lah Islam menjalar ke seantero Nusantara melalui para Wali Songo. Sosok Meurah Silue atau Malik As-Shaleh atau Malikussaleh (1297) cikal bakal tumbuhnya Islam melalui Pasai pada abad ke-13.

Berikut ulama asal Aceh Utara saya rangkum dari berbagai sumber ini sekadar untuk mengingatkan kita kembali.

I. Teungku Hasanoel Bashri (Abu Mudi Samalanga) lahir di Uteun Geulinggang, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara, tanggal 21 Juni 1949 atau 26 Sya`ban 1368 Hijriah, kini pimpinan Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, Bireuen (1989-sekarang).

Almukarram menikah dengan Ummi Shalihah, anak sulung dari Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad Shaleh (Abon Aziz Samalanga), pimpinan dayah MUDI sebelumnya yang meninggal tahun 1989. (Dikutip: mudimesra.com)

Source

II. Teungku Mustafa Ahmad (Abu Paloh Gadeng,) lahir di Uteun Bunta, Kecamatan Peusangan, Bireuen, tanggal 1 Juli 1950. Saat ini pimpinan Dayah Madinatuddiniyah Darul Huda di Gampong Paloh Gadeng Kecamatan Dewantara. Almukarram adalah murid dari Teungku Muhammad Amin (Abu Tumin Blang Blahdeh), Bireuen.

Source

III. Tengku Muhammad Daud Ahmad (Abu Lueng Angen), pimpinan Dayah Darul Huda Gampong Krueng Lingka Lueng Angen, Kecamatan Langkahan. Almukarram lahir di Gampong Meunasah Leubok, Kecamatan Lhok Nibong, Aceh Timur, pada bulan Maret 1941. Beliau juga murid Abon Aziz Samalanga.

Source

IV. Teungku Ramli Ben Cut atau Abati Babah Buloh, pimpinan Dayah Nurul Islam di Gampong Babah Buloh, Kecamatan Sawang. Almukarram adalah alumni Dayah Bahrul Ulum Diniyah Islamiyah (BUDI) Lamno, Aceh Jaya, sekaligus murid pendiri dayah tersebut Syaikh Ibrahim Lamno Bin Ishaq (murid Abon Aziz Samalanga).

Source

V. Teungku Hasballah atau Abu Keutapang, pimpinan Dayah Darut Thalibin di Gampong Keutapang, Kecamatan Nisam. Almukarram juga murid dari Syaikh Ibrahim Lamno.

Source

Meninggalnya seorang yang alim akan menimbulkan bahaya bagi umat. Keadaan ini menunjukkan keberadaan ulama di tengah kaum muslimin akan mendatangkan rahmat dan barakah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dari jumlah lima ulama saya sampaikan, mungkin ada beberapa belum masuk ke dalam daftar ini bisa memberikan saran untuk kita perbaiki ke depannya. Jazakumullah khairan katsira.