Berburu Dirham Kesultanan Aceh...

in #story7 years ago (edited)

image
HUSAINI USMAN, terlihat santai sambil menyeruput kopi, Minggu (17/9/2017). Pria yang akrab disapa Abu ini salah satu kolektor dirham (mata uang emas) kesultanan Aceh. Sebagian telah dijualnya beberapa waktu lalu.

Saat berbicara soal dirham Aceh, dia langsung serius. Raut wajahnya tampak serius. “Sayangnya dirham itu tidak banyak diselamatkan. Umumnya dijual semua,” kata Husaini, menarik nafas dalam-dalam.


image
Perburuan dirham Aceh dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Mata uang itu menggunakan emas 22 karat, namun sebagian sultan era Kerajaan Samudera Pasai juga menggunakan emas murni.

Bentuk dirham beragam, sangat tergantung era sultan yang mengeluarkan logam mulia tersebut. Misalnya, sambung Husaini, era Sultan Ahmad atau nama lainnya Malik Al Tahir (1326-1348) mengeluarkan koin emas murni.

“Dari jenis emas yang digunakan itu memperlihatkan kejayaan sultan yang memimpin saat itu. Kita tahu, semua kesultanan yang memimpin Kerajaan Samudera Pasai sangat jaya pada masanya. Namun, era Sultan Ahmad ditemukan koin emas murni, bukan emas 22 karat, itu tanda ekonomi sangat maju saat itu,” kata Husaini.

Dia menyebutkan mayoritas koin emas itu menuliskan nama sultan yang memimpin kala itu. Misalnya, koin emas diameter 11 milimeter yang ditemukan Azhar (26), warga Desa Asan, Kecamatan Paya Bakong, Kabupaten Aceh Utara ditemukan koin emas dengan tulisan As-Sultan Al-Adil (sultan yang adil) pada sisi lain tertulis Abu Zaid Malik Az Zahir, sultan yang memimpin ketika koin emas itu dikeluarkan.

Sejarawan Aceh yang menasbihkan diri meneliti kerajaan Islam di Aceh, Taqiyuddin Muhammad menyebutkan makan Sultan Abu Zaid ditemukan di Desa Blang Me, Kecamatan Samudera, Aceh Utara. Lokasi ini pusat kerajaan Samudera Pasai, dimana makam para sultan dan ratu juga ditemukan.

“Abu Zaid dalam inkripsi nisannya tertulis putra dari Sultan Zainal Abdin Ra-Ubaddar yang juga bernama Ahmad, sebagaimana nama saudaranya yang lain. Nama panggilannya yang membedakan yaitu Abu Zaid, ditulis sultan ini sangat dermawan dan meninggal pada Jumat, 24 Jumadil Akhir 870 hijriah (1466 masehi),” kata Taqiyuddin.

Perekonomian era Kerajaan Samudera Pasai berkembang pesat. Kapal dagang kerap bersandar di sejumlah pelabuhan Aceh. Karena itu pula, tak heran koin emas ditemukan di sejumlah lokasi.

“Koin ini kerap ditemukan selain di kompleks pemakanan sultan, ada juga di kawasan Meuraxa Kota Lhokseumawe hingga ke Kuta Piadah, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara. Sebagian kecil ditemukan di kawasan perbukitan menandakan ada pasar besar di sana tempo dulu,” terang Husaini.

Namun, sayangnya, sambung Husaini, koin itu hanya dijual Rp 350.000-Rp 800.000 per keping oleh warga.

“Toko emas juga banyak yang membeli emas ini. Harga mahal atau murah itu tergantung kadar emas yang dimiliki koin tersebut,” terang Husaini.

Dia berharap koin emas itu bisa diselamatkan oleh pemerintah. Sehingga pemerintah memiliki koleksi yang lengkap untuk diperlihatkan pada generasi muda Indonesia.

“Semoga koin emas ini semuanya lengkap ada di tangan pemerintah di semua era kesultanan. Kalau tidak diselamatkan, maka satu hari kelak, orang Indonesia tak akan mengetahui bahwa di Aceh, ada kerajayaan yang kaya raya dengan mata uang emas,’ pungkasnya.

Sort:  

Perlu dikoleksi beberapa itu.

Apa? Cuma segitu? Innalilahi wa innalilahi rojiun... itu seharusnya tidak diperjualbelikan.... nilainya lebih dari emas yg terkandung di dalamnya... hedeh... sedihnya...

yups, negeri ini suka lalai soal begini-begini. yg rajinnya itu buat seremonial hehe

Kl ada bbrp keping.
Sy jg mau koleksi

CD mau? ini bisa kita beli sama si Abu.

Murah sekali dijualnya, tidak sebanding dg harga sejarah

betul. para kolektor membeli buat menyelamatkan

Banyak dari kita yang kurang menghargai sejarah dan semua peninggalan tempo doeleo sehingga banyak cagar budaya yang didak terurus. Akhinya semua peninggalan hilang satu per satu. Tragis.

mari berprihatin

amazing dirham..saya baca sampai habis...cara menulis yang sangat patut ditiru.

yes amazing

cara mendaptkan dirha juga unik. biasanya selepas hujan lebat bagi pemburu dirham akan mendaptkannya di pematang tambak diseputaran situs malikusalaseh. malah sampai ke lancok bayu

Tulisan yang bagus

Seharusnya tidak dijual karena nilai sejarahnya tak bisa diukur dengan rupiah @masriadi. Harus diukur dengan BTC.

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 62881.38
ETH 2449.40
USDT 1.00
SBD 2.62