Talsya Sastrawan Jurnalis dan Pejuang Kemerdekaan

in #story6 years ago

Namanya Teuku Alibasjah Talsya lebih dikenal dengan panggilan Talsya. Ia merupakan jurnalis Aceh yang ikut terlibat dalam gerakan pejuang kemerdekaan. Kecakapannya dalam bidang menulis sering digunakan untuk melancarkan propaganda gerakan bawah tanah melawan penjajahan Belanda dan Jepang di Aceh.

Dalam buku Batu Karang di Tengah Lautan yang ditulisnya, pada halaman terakhir Talsya menjelaskan bahwa dirinya sudah aktif menulis di media sejak tahun 1942 diantaranya sajak dan cerpen.

Karir Talsya sebagai sastawan dan jurnalis semakin terkenal ketika ia menjadi redaktur surat kabar Atjeh Sinbun, satu-satunya surat kabar di Aceh yang terbit pada masa pendudukan Jepang di bawah kontrol kantor berita Jepang Domei Tusinsya.

T Alibasjah Talsya.jpg
Teuku Alibasjah Talsya sumber

Talsya menjadi redaktu Atjeh Sinbun selama 3 tahun (1942-1945) bersama A Gani Mutyara dan Abdullah Arif. Sementara Ali Hasjmy menjabat sebagai Pemimpin Redaksi. Ketika Jepang menyerah pada sekutu di bulan Agustus 1945, Talsya bersama Ali Hasjmy dan pemuda pejuang kemerderkaan di Aceh membentuk Barisan Pemuda Indonesia (BPI).

Dalam perjalanannya BPI kemudian berubah nama menjadi Pemuda Republik Indonesia (PRI). Di PRI Talsya menjabat sebagai Sekretaris Pertama Dewan Penerangan Daerah Aceh. Selanjutnya Talsya aktif sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI) Divisi X Komandemen Sumatera, di TNI ia dipercayakan sebagai staf penerangan bersama A Gani Mutyara.

Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda, Talsya diangkat sebagai Kepala Jawatan Penerangan Aceh Besar. Setelah dinilai sukses dalam jabatannya itu Talsya kemudian dipindahkan ke Jakarta menjadi Kepala Seksi Publikasi pada Kementerian Penerangan Republik Indonesia.

Tahun 1960-an Talsya kembali ke Aceh dan menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Departemen Penerangan atau Kepala Jawatan Penerangan Provinsi Daerah Istimewa Aceh (1964-1968).

Meski aktif di pemerintahan, Talsya tidak meninggalkan profesi jurnalisnya. Setelah menjabat sebagai redaktur Atjeh Sinbun, ia kemudian dipercayakan dengan jabatan yang sama untuk surat kabar Semangat Merdeka. Talsya juga pernah bekerja sebagai redaktur majalah Fragmen Politica, majalah Darma Api Pancasila, dan majalan Sinar Darussalam.

semangat merdeka.jpg
Talsya bersama para jurnalis berpose di kantor redaksi Semangat Merdeka sumber

Karir tertingginya di bidang jurnalistik adalah ketika menjadi Pemimpin Redaksi beberapa surat kabar dan majalah, seperti Sinar Pagi (1947), Warta Mingguan (1949), Pembimbing (1951), Majalah Kesuma (1952), dan surat kabar Harian Duta (1974). Selain itu Talsya juga giat menulis di beberapa surat kabar dan majalah nasional, diantaranya Siasat, Mimbar Indonesia, Star Weekly, Merdeka, Antara dan Gema.

Sepanjang hidupnya Talsya juga aktif menulis cerpen dan sajak yang diterbitkan dalam beberapa buku diantaranya: Lambaian Kekasih (sajak), Musim Badai (sajak), Direbut Senja (antologi sajak bersama Ali Hasjmy dan A Gani Mutiara), Asmara dalam Pelukan Pelangi (novel bersama Ali Hasjmy dan A Gani Mutiara), Laporan dan Kesan, Menyusuri Pantai Selatan.

Talsya juga menulis beberapa buku dengan tema kebudayaan seperti: Tata Upacara Kehidupan Rakyat Aceh, Kebudayaan Aceh, Adat Reusam Aceh, Aceh Yang Kaya Budaya. Selain itu Talsya juga menulis beberapa buku sejarah diantaranya: Sejarah dan Dokumen Pemberontakan Aceh, Sejarah Daerah Istimewa Aceh, Peranan Aceh dalam Perjuangan Kemerdekaan, dan buku sejarah Aceh dan Pahang yang ditulis bersama Ali Hasjmy.

Kiprah Talsya dalam perjuangan kemerdekaan di Aceh juga ditulis secara runut sesuai tanggal kejadian dalam tiga buku. Ketiga buku tersebut adalah Batu Karang di Tengah lautan (perjuangan kemerdekaan di Aceh 1945-1946), Modal Perjuangan Kemerdekaan (perjuangan kemerdekaan di Aceh 1947-1948), dan Sekali Republiken Tetap Republiken (perjuanga kemerdekaan di Aceh 1949).

Coin Marketplace

STEEM 0.32
TRX 0.12
JST 0.032
BTC 58254.01
ETH 2971.20
USDT 1.00
SBD 3.89