Kisah Surat Sultan Aceh Kepada Kaisar Mikado Jepang

in #story5 years ago

Ghulam Ghouse diplomat Inggris asal India memainkan peran ganda dalam diplomasi perang Aceh di Semenanjung Melayu. Ia menarik sejumlah imbalan dari kerjanya baik resmi maupun fiktif.

Gubernur Hindia Belanda di Batavia juga pernah beberapa kali menerima surat dari Ghulam Ghouse, yang menyatakan kesanggupannya mendamaikan perang Aceh dengan Belanda. Namun Penasehat Urusan Pribumi dan Keagamaan Pemerintah Kolonial Belanda, Snouck Hurgronje yang menerima salinan surat tersebut meragukannya.

sultan muhammad daud syah bersama putranya ketika di tahan Belanda.jpg
Tuanku Muhammad Daod bersama putranya ketika menghadap 'menyerah' kepada Belanda untuk menjemput istrinya yang ditawan Sumber

Menurut Snouck Hurgronje, Ghulam Ghouse merupakan orang yang lihat memanfaatkan kemelut untuk menarik keuntungan pribadi dari kerja-kerja diplomasi, bahkan kerja-kerja fiktifnya. Ia sangat lihat memainkan muslihat dan janji-janji atas dasar pembagian keuntungan antara para pihak.

Malah menurut Snouck Hurgronje, dokumen dari Raja Aceh, Sultan Muhamamd Daod semata-mata digunakan Ghulam Ghouse untuk mendapat sekedar dana untuk kerja-kerja diplomasi yang sebenarnya banyak fiktif dan tak dilakukannya.

Termasuk mengambil keuntungan dari upaya diplomasi Sultan Aceh ke Turki dan Kaisar Jepang. Ghulam Ghouse sangat menginginkan kesuksesan diplomasi Kerajaan Aceh tersebut, yang di sana dia bisa menarik banyak keuntungan, meski atas kinerja orang lain, yakni para diplomat Aceh sendiri dalam Dewan Sembilan di Penang dan Singapura.

Bagi Snouck Hurgronje surat Sultan Muhammad Daod yang ditujukan kepada Kaisar Jepang, Mikado dianggap tidak penting. Alasanya, Sultan Muhammad Daod yang memerintah negeri Aceh yang ketika itu telah menyerah kepada Belanda. Meski penyerahan dirinya itu atas nama pribadi untuk menjemput istrinya yang ditawan.

Kata Snouck Hurgronje, yang berhak mengeluarkan surat atas nama Sultan Aceh dengan Cap Sembilan pada masa itu adalah kerabat Sultan Muhammad Daod sendiri yang telah dinobatkan sebagai sultan, meski masih anak-anak.

Onderwerping van Panglima Polim te Lho Seumawe_Tweede officier van rechts Colijn.jpg
Panglima Polem bersama pejabat kolonial Belanda di Lhokseumawe Sumber

Penobatan itu dilakukan oleh para kepala golongan perlawanan dan berguna bagi mereka sebagai semacam perisai sekadar untuk memberikan bayangan keabsahan raja di mata rakyat untuk kepentingan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Snouck Hurgronje mengungkapkan, apa yang telah ditulis Sultan Muhammad Daod kepada kaisar Mikado itu hanya berguna untuk pemahaman permohonan bantuan bilateral, kerja sama internasional untuk membantu Aceh. Tapi itu dianggapnya naif, karena Belanda masih berkuasa di Aceh. Kaisar Mikado pasti akan mempertimbangkan campur tangannya terhadap Aceh.

Sementara itu dokumen-dokumen yang diserahkan Ghulam Ghouse kepada Konsul Jendral Hindia Belanda di Singapura terkait Aceh, menunjukkah bahwa Sultan Muhammad Daod yang ditawan Belanda bersama keluarganya semakin tidak percaya pada Pemerintah Kolonial Belanda di Aceh. Malah surat kepada Kaisar Mikado itu ditulis dan dikirim dalam masa Sultan Muhamamd Daod menjadi tawanan kota di Kutaraja.

Malah Snouck Hurgronje menambahkan, kala itu Gubernur Hindia Belanda di Aceh, bukan saja benar-benar khilaf dalam memperkirakan kekuasaan dan pengaruh Sultan Muhammad Daod atas rakyat Aceh, yang disangkanya dapat dimanfaatkan untuk mempercepat perdamaiannya. Kenyataannya meski Sultan Muhammad Daod dan keluarganya sudah ditawan, perang Aceh tetap saja berlanjut dan semakin merugikan Pemerintah Kolonial Belanda di Aceh.

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.15
JST 0.030
BTC 65269.02
ETH 2653.11
USDT 1.00
SBD 2.84