Kisah Pengusaha Cina dan Judi Pacuan Kuda Kompeni di Aceh

in #story5 years ago

Setelah kelompok pecinta kuda dibentuk dan fasilitas arena pacu kuda dibangun oleh pejabat Kompeni, meski tak banyak peserta, lomba pacuan kuda akan tetap digelar di Aceh. Untuk menarik perhatian masyarakat, persta rakyat (pameran) digelar. Kekurangan biaya ditanggung pengusaha Cina yang mengelola perjudian.

Dana untuk pesta rakyat, setelah diadakan musyawarah antara pengurus perkumpulan pecinta kuda, diatur oleh para kepala kampung dan pejabat pribumi, kekurangannya kemudian dibebankan kepada sumbangan sukarela dari penduduk.

festival etnis cina.jpg
Festival etnis Cina di Kutaraja Sumber

Penasehat Pemerintah Hindia Belanda untuk urusan pribumi dan keagamaan, Snouck Hurgronje, sangat menentang lomba pacuan kuda tersebut. Baginya, mengupayakan perdamaian dengan kelompok-kelompok pejuang Aceh, jauh lebih penting dari itu, karena Belanda masih menghadapi peperangan di Aceh.

Dalam suratnya kepada Gubernur Jendral Hindia Belanda di Betawi, Snouck Hurgronje mengungkapkan, pesta rakyat itu umumnya hanya berupa arak-arakan yang mencolok yang dilakukan oleh orang-orang Cina (Tionghoa), Keling (India), Jawa, dan satu dua orang Aceh. Peserta arak-arakan itu juga tidak banyak dan sama sekali tidak bercorak perayaan pribumi.

Untuk lebih menarik perhatian, Penguasa Sipil Kolonial Belanda di Aceh juga mengadakan pameran ternak, memerintahkan dengan keras kepada penduduk untuk mengumpulkan semua kerbau dan sapi yang besar-besar. Ternak-ternak penduduk itu kemudian dipilih, dan ternak yang terpilih diharuskan untuk dibawa ke arena pameran.

Tetang itu Snouck Hurgronje dalam suratnya menulis; ”Padahal di Aceh tidak ada sesuatu yang kurang mendesak selain anjuran melakukan peternakan. Sebab terlepas dari banyaknya musibah yang ditimbulkan oleh penyakit pes yang setiap kali dibawa lagi oleh ternak yang dijual ke Aceh, peternakan itu subur juga. Sebaliknya, kombinasi peternakan kuda dengan pameran ternak itulah yang diperlukan sebagai alasan untuk memberikan subsidi kepada perkumpulan pacuan kuda dengan menggunakan keuangan daerah Aceh.

Snouck.jpg
Snouck Hurgronje Sumber

Malah kata Snouck Hurgronje, seorang perwira yang menjabat sebagai bendahara perkumpulan pacuan kuda tersebut, ia menerima jasa f.50 (lima puluh gulden) sebulan. Ia menjadi salah seorang penganjur paling gigih terhadap lomba pacuan kuda tersebut. sebaliknya, para perantara pribumi untuk kepentingan permaian dan sebagainya berkali-kali sia-sia datang kepadanya untuk meminta pembayaran.

Sementara untuk mendirikan dan memelihara gedung-gedung dan fasilitas arena diminta bantuan kepada pengusaha Cina. Namun, meski sudah diaupayakan dengan segara cara, dana untuk pacuan kuda dan pameran itu sama sekali tidak mencukupi.

Meski demikian pengusaha Cina itu dengan senang hati menyanggupi pengurusannya, tanpa mendapat bayaran selain izin untuk mendirikan los lapak judi yang besar di arena pacua kuda itu, yang digunakan tiga sampai lima kali dalam sehari, selama ronde pacuan kuda berlangsung dengan izin pemerintah. Pengusaha Cina itu bersama penyewa-penyewa lapal judi bawahannya mendapat laba yang besar dari izin judi itu.

Snouck Hurgronje melanjutkan, ”Beribu-ribu gulden dikorban di situ untuk perkumpulan pacuan kuda…Saya tidak lalai melancarkan protes terhadap semua penyelewengan itu…Ulasan-ulasan saya yang menentang anjuran dan bujukan untuk berjudi oleh Jendral dijawab dengan pernyataan bahwa kegemaran tersebut berguna bahkan mengasyikkan dan mempermudah uang beredar.”

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63608.16
ETH 2621.61
USDT 1.00
SBD 2.77