Kisah Nyai Jepang dan Praktek Protistusi di Aceh

in #story6 years ago

Ketika Jepang masuk ke Aceh, mereka juga membawa ratusan perempuan penghibur, pemuas birahi para tentara dalam perang dunia kedua. Orang Aceh menyebut para perempuan itu sebagai Nyai Jepang, sementara orang Jepang sendiri menamainya Jugun Ianfu.

Kisahnya hampir sama dengan tempat protistusi masa kolonial Belanda berkuasa di Aceh yang dibangun pensiunan tentara berkebangsaan Yahudi bernama Bolchover.

Kisah tentang tempat pelacuran Bolchover ini bisa dibaca dalam buku Peutjoet. Buku ditulis oleh Tjoetje mantan pegawai Kolonial Belanda di Bestuurs Meulaboh, Aceh Barat, diterbitkan pada tahun 1972. Isi buku masih menggunakan ejaan lama yang belum disempurnakan.

jugun ianfu hipwee.jpg
Jogun Ianfu wanita penghibur tentara Jepang pada perang dunia II sumber

Sementara kisah Nyai Jepang di Aceh, bisa dibaca dalam buku Batu Karang di Tengah Lautan. Buku ini ditulis oleh Teuku Alibasyah Talsya, diterbitan pada tahun 1990 oleh Lembaga Sejarah Aceh.

Talsya menceritakan, ketika kekuasaan Jepang berakhir di Aceh. Residen Aceh mengambil alih berbagai kantor jawatan pemerintahan dan merebut senjata-senjata Jepang untuk menghalau kemungkinan masuknya tentara NICA dan sekutu ke Aceh.

Dalam suasana peralihan kekuasaan tersebut, ada suatu masalah yang meyangkut kehidupan sosial dan keagamaan di Aceh, yakni keberadaan wanita-wanita peliharaan Jepang dan praktek protistusinya.

Pada 8 November 1945, Residen Aceh mengeluarkan maklumat berisi pengumuman bahwa praktek pelacuran dan pemeliharaan nyai, mulai tanggal 9 November 1945, jam 01.00 siang dilarang, meskipun sebelumnya sudah mendapat izin dari Gunseibu (Pemerintah Jepang).

Dalam maklumat tersebut Residen Aceh juga melarang penjualan minuman keras (arak) yang pada masa pendudukan Jepang diperjualbelikan secara bebas. Izin praktek pelacuran dan penjaualan minuman keras dari Gunseibu tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi, karena Residen Aceh sudah membentuk pemerintahan baru. Senjata-senjata api yang tidak memiliki surat izin diminta untuk segera diserahkan kepada pihak yang berwajib (Residen Aceh).

Masalahnya kemudian adalah, bagaimana dengan keberadaan para wanita peliharaan di tempat protistusi (Nyai Jepang) tersebut setelah Jepang keluar dari Aceh, sementara para perempuan peliharaan tersebut merupakan wanita-wanita dari luar Aceh yang dibawa Jepang ke Aceh sebagai wanita penghibur.

tentara jepang masuk Indonesia.jpg
Tentara Jepang masuk Indonesia sumber

Kisah tempat protistusi di Aceh juga terjadi pada zaman penjajah Kolonial Belanda. Adalah Bolchover mantan tentara Belanda berkebangsaan Yahudi yang membuka tempat protistusi pertama di Aceh.

Ketika pensiun dari dinas kemiliteran, Bolchover membangun sebuah perkebunan di bekas tempat pemeliharaan kuda kalvaleri militer Belanda, letaknya di sebelah selatan Kerkhof Peucut komplek kuburan Belanda di Banda Aceh.

Awalnya Bolchover hanya berkebun di sana, tapi kemudian ia membangun tempat penginapan, lengkap dengan bar dan tempat hiburan malam. Para tentara Belanda kelas bawah yang kelelahan dari tugas dinas kemiliterannya di Aceh, sering datang ke tempat Bolchover tersebut untuk mencari hiburan.

Begitu juga dengan para istri tentara Belanda yang ditinggal suaminya bertugas ke daerah luar Banda Aceh. Mereka sering mendengar musik, berdansa, dan menikmati minuman keras di tempat Bolchover, sehingga kemudian terjadi berbagai kisah perselingkuhan antara tentara Belanda dengan para istri rekannya yang melakukan operasi militer dan berperang di luar Banda Aceh.

Dari kisah perselingkuhan, kemudian tempat tersebut tumbuh menjadi tempat protistusi. Bolchover yang semula membangun perkebunan, kini lebih banyak mendapat keuntungan dari bar dan rumah penginapannya, sehingga tempat Bolchover tersebut menjadi tempat yang sangat negatif sifatnya. Tjoete menyebut tempat itu sebagai komplek perkebunan dan tempat sex liar.

Setelah Belanda kalah, ketika Jepang masuk ke nusantara, tempat-tempat protistusi seperti taman Bolchover tersebut tidak hilang, malah praktek protistusi semakin bertambah dengan adanya wanita-wanita peliharaan yang dibawa oleh Pemerintah Jepang dari daerah lain ke Aceh.

Tempat-tempat praktek protistusi malah diberi izin oleh Gunseibu (Pemerintah Jepang) sebagai tempat beroperasinya para wanita penghibur yang dibawa Jepang sendiri ke Aceh untuk memenuhi kebutuhan biologis pejabat dan tentara Jepang.

Praktek protistusi baru benar-benar hilang di Aceh setelah Residen Aceh berhasil melucuti kekuasaan Jepang. Terhitung sejak 9 November 1945 pukul 01.00 siang semua tempat protistusi resmi ditutup, dan minuman keras dilarang beredar di Aceh.

Sort:  

Very interesting post. A lot of research went into it, I can tell.

i found you today because of @cicisaja's entry to the Pay it Forward Curation contest. Keep up the great work

kata sejarahnya siy semua tempat prostitusi resmi ditutup.. tapi setelah itu yang tidak resmi pun bermunculan dengan segenap cara hingga pemberlakuan Syariát Islam pun tidak mampu mengatasinya. karena ini sangat menarik untuk dibaca, maka dengan senang hati dan bangga saya mengajak orang-orang lain yang tidak berbahasa Indonesia untuk ikut membacanya , yeah.. I featured you in the pay it forward contest this week... >> Entry to The Pay it Forward Curation Contest : Week 28

Terimakasih banyak kak @cicisaja semoga kita bisa terus berbagi informasi dan pengetahuan.

Ji peugah lee awak nyan, miseu neu tuleh lam basa inggreih.. nyou bisa jadi keunong vote bak curie 😆 kiban nyan?

Neuolah le droe neuh laju @cicisaja lam bahsa Inggreh, neuposting bak blog droe nueh, hana masalah nyan. Nyan peunteng tujuan menyebarkan informasi sejarah tercapai.

Koppalo.. nyan gan mungken sagai 😂😂😂 nteuk ji peugah loen plagiarism poster😂 nyou sang ka peureulee ta mita cara peugot bilingual keu drou neuh 😂

Ha ha ha ha long kak @cicisaja bahasa inggreh kelas kardus, jadi hana lon teujeut tuleh lam bahsa awak barat nyan, dipeukhem le gob intreuk meuramah teuh. Na nyang sarankan pakai google translate nyan pih hana jroh sagai, iplueng makna tulesan hana meuho saho.

Alah bisa karena biasa kheun ureung melayu 😂 loen meuseumpom chit bahasanyan. Tapi tikam terus.. nanti lama2 lancar juga😂 pake google translate okay.. tapi edit lagi setelah itu. Hantom ji peukhem gob awak nyan, paleng2 yreung nyan jeut bacut nyang peukhem.

I've popped in to say hi... and let you know that @cicisaja featured you in her entry for the Pay It Forward Contest

There are so many sad stories of women being used and abused in war time and afterwards. Thank you for sharing your knowledge here.

I found your post because @cicisaja featured you in her Pay it Forward Curation Contest entry :)

There is this post from another PIFC entry wherein I got into longer conversation with the Japanese author. Here is the link to that post. You can check my conversation with him.

He was saying history is "deleted" in Japanese schools because they do not want the history of Japan being defeated in WWII. I guess your story is one example that the Japanese would not want to be known.

You did a great research here. Very good! As you know, you post was featured by @cicisaja on her article as an entry to the Pay It Forward Curation Contest. The contest is open to everyone so you are welcome to join us.

A friend off @cicisaja is a friend off mine upvoted because I found your blog through @pifc and her blog. Keep up the good work !

Hola @isnorman llegue a tu publicación por @cicisaja, en su entrada al Concurso de Curación Pay It Forward estas invitado a participar, un abrazo.

I had never heard that story and it was good to read. I found this due to @cicisaja putting you in the Pay it Forward Contest

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 63900.40
ETH 3140.82
USDT 1.00
SBD 3.98