Kekejaman Mayor Van Daalen di Pidie Dalam Catatan Snouck Hurgronje

in #story5 years ago

Ketika Kontrolir Pidie cuti ke Eropa, kekuasaan sipil di Pidie diserahkan kepada Mayor Van Daalen. Ia sebelumnya merupakan Kapten Marsose dan penguasa sipil di Seulimum, Aceh Besar. Kekuasaan tangan besinya menjadi noda sejarah kolonial di Aceh.

Ketika Mayor Van Daalen dikirim untuk jabatan itu ke Pidie, Gubernur Sipil dan Militer Belanda di Aceh, Jendral Van Heutzs memberikan beberapa anjuran khusus. Namun Van Daalen kemudian bertindak melebihi dari instruksi tersebut. Tapi Van Heutsz tidak mencelanya.

COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_Luitenant-Generaal_G.C.E._van_Daalen_TMnr_10018618.jpg
Letnan Jendral Van Daalen Sumber

Dalam laporan Snouck Hurgronje kepada Gubernur Jendral Hindia Belanda di Betawi, diungkapkan bahwa Van Daalen sangat memandang rendah apa pun yang bersifat pribumi. Terutama dalam urusan pengadilan dan tuntutan-tuntutannya. Ia juga gila kehormatan, para uleebalang di Pidie hanya akan bisa berbicara dengannya, setelah melakukan cium lututnya, seperti sungkeman di Jawa. Kemudian berdiri dan diharuskan mendengar perintah-perintah atau menjawab pertanyaan darinya.

Kesalahan kecil saja dari para uleebalang itu akan berakibat fatal. Sebuah surat yang materainya kurang baik ditempel saja akan dikembalikan tanpa jawaban, dan terhadap kesalahan itu diwajibkan membayar denda sejumlah uang ketika membawa surat perbaikan. Bila tidak, maka hukuman rotan (cambuk) akan diberikan.

Snouck Hurgronje menjelaskan, dengan kesewenang-wenangan yang zalim tersebut, melalui apa yang dinamakan pengadilan, Van Heutsz berusaha menegaskan penghormatan terhadap kekuasaan Belanda di Pidie. Sikap itu juga akibat dari tak mampunya Belanda menciptakan kedamaian di sana, serta masih banyaknya kelompok pejuang Aceh yang menyerang patroli-patroli Belanda.

bivak perwira lam sayeugn.jpg
Perwira Belanda di bivak Lamsayeung Sumber

Akibatnya, Van Daalen kemudian menghukum para penduduk. Masyarakat penghuni sebuah kampung yang diduga sebagai tempat tinggal para pejuang Aceh, dihukum kerja paksa selama sepuluh hingga 20 tahun, bahkan tokoh-tokoh masyarakatnya dibuang (diasingkan) ke pulau Jawa. Tentang ini Snouck Hurgronje menulis:

”Saya amati sendiri di dalam penjara Betawi, anak-anak lelaki yang belum dewasa, serta orang-orang tua renta, di antara orang tua itu ada beberapa yang selama atau segera setelah pelayaran mereka yang pertama itu meninggal. Tidak ada pemeriksaan, orang-orang tersebut hanya mendengar putusan hakimnya, dan tokoh-tokoh terkemuka yang dibuang tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan urusannya. Dengan demikian banyak di antara mereka menderita kerugian besar, sebab orang lain dapat mengobrak-abrik sekehendaknya rumah tangga mereka yang ditinggalkan dalam keadaan kacau balau.”

Hal itu kemudian juga diperparah dengan sikap Van Daalen yang kurang luwes. Snouck Hurgronje selaku Penasehat Pemerintah Kolonial Belanda untuk urusan pribumi dan keagamaan kemudian melaporkan tindakan Van Daalen tersebut kepada Gubernur Sipil dan Militer Belanda di Aceh, Jendral Van Heutsz. Namun, Van Heutsz juga seperti membiarkannya saja, serta mengganggap tindakan Van Daalen itu sebagai obat mujarab terhadap keresahan Belanda di Pidie.

Jendral Van Heutsz malah berusaha sekuat tenaga untuk membenarkan segala perbuatan itu, meski dengan alasan-alasan yang ditolak oleh Van Daalen sendiri. Tapi, setelah menerima banyak kritik dan belum juga terwujudnya kedamaian bagi Belanda di Pidie, Jendral Van Heutsz kemudian meminta agar Van Daalen untuk bertindak lebih lunak.

snouck baca buku_historia.jpg
Snouck Hurgronje Sumber

Mesi demikian di sisi lain Snouck Hurgronje juga mengagumi kemampuan Van Daalen dalam militer. Ia tidak kalah dengan Jendral Van Heutsz atasannya, bahkan memiliki kemampuan dan pengetahuan yang melebihi Van Heutsz terhadap seluk beluk Aceh, yang tidak ada tandingannya dengan perwira-perwira Belanda lainnya di Aceh.

Van Daalen juga merupakan orang yang sungguh-sungguh dalam menekuni dan menjalankan sesuatu, sifatnya yang tertutup juga berbeda dengan cara bicaranya yang santai. Tentang penilaiannya itu Snouck Hurgronje menulis.

”Untuk kerja paksa dalam menundukkan penduduk pribumi yang mengadakan perlawanan, saya anggap tidak ada perwira mana pun yang saya kenal yang lebih cocok dari pada Tuan Van Daalen. Dan untuk apa yang telah dihasilkannya di Aceh mengenai hal itu, saya kira tidak ada hadiah yang terlalu tinggi baginya. Dengan senang hati saya mengakui saya banyak belajar dari pergaulan saya degan Tuan Vab Daalen yang selalu menyenangkan sekali sikapnya. Tetapi yang sangat saya sesalkan bahwa bakat-bakat yang begitu langka untuk pemerintahan itu, menjadi tak berguna karena sifat-sifatnya yang tak dapat diubah itu.”

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63030.98
ETH 2594.62
USDT 1.00
SBD 2.74