Intrik Jepang dan Terlambatnya Berita Kemerdekaan Indonesia Sampai ke Aceh
Meski Republik Indonesia sudah diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 atas nama rakyat Indonesia, namun berita kemerdekaan itu baru sampai ke Aceh beberapa hari kemudian. Bendera merah putih pun baru dikibarkan dalam upacara resmi untuk pertama kalinya di Aceh pada 24 Agustus 1945.
Terlambatnya sampai berita kemerdekaan ke Aceh, tak lepas dari intrik Jepang yang mencoba menutup semua informasi tentang kekalahannya atas sekutu. Sejarawan Aceh yang juga pelaku sejarah perjuangan kemerdekaan, TA Talsya dalam buku Batu Karang di Tengah Lautan (Perjuangan Kemerdekaan di Aceh) mengungkapkan, berita Jepang menyerahkan kekuasaan kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945 ditutup habis oleh pemerintah Jepang di Aceh.
Jepang bisa menutup informasi tersebut karena semua sumber informasi dikontrol secara ketat. Radio Hosokyoku dan surat kabar Atjeh Sinbun yang merupakan media penerangan Jepang, tetap saja menyiarkan berita-berita propaganda bahwa pasukan Kamikaze (pasukan berani mati Jepang) berhasil mengalahkan sekutu dalam perang Asia Timur Raya.
Tugu proklamasi kemerdekaan Indonesia di Taman Sari (kini Taman Bustanussalatin) Kota Banda Aceh. sumber
Para pejabat Jepang di Aceh masih bekerja seperti biasa, seolah-olah mereka belum kalah. Di halaman-halaman kantor pemerintahan juga masih berkibar bendera Hinomaru.
Redaksi Atjeh Sinbum dikontrol habis oleh K Yamada, pembesar Jepang di Aceh. Ia tetap menyampaikan janji Jendral H Terauchi bahwa sebelum jagung berbunga Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Berita itu dimuat di Atjeh Simbun yang redaksinya saat itu dikelola oleh Ali Hasjmy selaku pemimpin redaksi bersama dua orang redaktur T Ali Basjah Talsja dan A Gani Mutiara.
Tapi pada 16 Agustus 1945, Jepang mengumpulkan angkatan bersenjata pribumi di Kutaraja dari berbagai kesatuan seperti: Gyugun, Heiho, Tokubetsu Keisatutai dan lainnya dan menyatakan perang telah berakhir, dan kesatuan-kesatuan tentara tersebut dibubarkan.
Dua hari kemudian, 18 Agustus 1945, para tetara Jepang dari kalangan pribumi di berbagai kesatuan meninggalkan asrama, kembali ke kampung halaman mereka masing-masing.
Esoknya, 19 Agustus 1945, atas prakarsa pembesar Jepang di Aceh, S Masabuchi berlangsung rapat pemuda di gedung Eiga Heikyusya (kemudian berubah jadi Bioskop Garuda). Masabuchi mejelaskan bahwa rapat tersebut digelar atas keinginan pribadinya sebagai orang yang cinta pada Aceh. Ia tetap menyerukan rakyat Aceh untuk menentang imperealisme Inggris bersama Amerika dan sekutunya. Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia tetap disembunyikan olehnya.
Munumen tempat pertama kali bendera merah putih dikibarkan untuk pertama kalinya di halaman kantor Keimubu, kantor Kepolisian Jepang di Aceh tanggal 24 Agustus 1945 sumber
Pada tanggal 21 Agustus 1945, radio Australia menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia, tapi Jepang masih bisa menutup informasi tersebut, karena Jepang mendarat di Aceh pada Maret 1942, rakyat Aceh tidak diperbolehkan mendengar siaran radio, kecuali radio Hosokyoku yang dikontrol pemerintah Jepang.
Namun, Ali Hasjmy, T Alibsjah Talsya dan A Gani Mutiara bersama beberapa pemuda Aceh yang bekerja di surat kabar Atjeh Sinbum mengatahui berita tersebut. Para pemuda Aceh mengibarkan bendera merah putih di halaman kantor surat kabar tersebut.
Baru pada 22 Agustus 1945 sebagian penduduk Aceh mengetahui berita proklamasi kemerdekaan Indonesia, setelah pesawat sekutu menyebarkan selebaran tentang berita kekalahan Jepang. Namun tentara dan pejabat sipil Jepang di Aceh tetap memperlihatkan sikap seperti biasa, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Kemudian pada 23 Agustus 1945, Syozaburo Lino selaku Chokang (Residen) Jepang di Aceh, mengundang tokoh dan pemimpin masyarakat Aceh ke kantornya di Kraton Banda Aceh. Meraka yang diundang antara lain: Teuku Nyak Arief, Teuku Muhammad Daod Beureu’eh, Teuku Panglima Polem Muhammad Ali, dan beberapa tokoh Aceh lainnya. Kepada mereka Syozaburo Lino menjelaskan bahwa Jepang telah berdamai dengan Sekutu setelah menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Tanggal 24 Agustus, kantor Keimubu (kepolisian) Jepang di Banda Aceh direbut oleh pejuang Aceh pimpinan M Hasyim di tengah hujan deras. M Hasyim untuk pertama kalinya mengibarkan bendera merah putih di halaman kantor kepoisian Jepang tersebut. Namun bendera merah putih itu diturunkan militer Jepang dan digantikan dengan bendera Jepang.
Esoknya, 25 Agustus 1945, Kepala Pemerintahan Jepang di Aceh (Atjeh Syu Chokan) mengeluarkan maklumat yang isinya menyatakan bahwa Jepang dan Sekutu telah berdamai. Namun, maklumat tersebut sama sekali tidak menyinggung tentang kekalahan Jepang.
Setelah itu baru berita proklamasi Kemerdekaan Indonesia diketahi secara luas di Aceh. Dan bendera merah putih dikibarkan di semua kantor pemerintahan yang ditinggalkan Jepang.
Congratulations @isnorman! You have completed the following achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
To support your work, I also upvoted your post!
Thank you @steemitboard
Halo @isnorman, postinganmu semakin bagus! Garuda telah memberi penghargaan dengan voting 100 %. Gunakan tag indonesia dan garudakita untuk memudahkan Garuda menemukan tulisanmu.Tetap menghadirkan konten kreatif ya, Steem On!
Terimakasih banyak @the-garuda atas upvote dan dukungannya. Salam