Kongres Manusia Pertama Gagasan Pidi Baiq, Semoga di Aceh

Malam itu sebuah pertemuan yang bersahaja di warung kopi Bin Ahmed Rumoh Aceh tempat berkantornya Aceh trend, ada Kang Pidi Baiq yang sering di panggil dengan sebutan “Ayah” sang Imam besar yang pernah mendirikan negara The Panas Dalam ketika Rezim sebelum reformasi. Ukuran negaranya sebesar 80meter persegi yang kemudian melakukan muktamar untuk bergabung kembali ke negara Indonesia setelah Reformasi selesai.

kak @mariska.lubis membuka acara malam itu dengan memanggil beberapa panelis dari aceh untuk mendampingi kang Pidi baiq, membuat suasana bertambah hidup ketika Fuady kelayu menyayikan lagu Tanoh lon sayang dan lagu kebangsaan Kanot Bu. Terakhir panel di tutup dengan “dakwah filosofis” oleh Kang Pidi Baiq.

Setelah mendengar “dakwah” yang dilakukan oleh kang Pidi Baiq yang penuh dengan quote filosofi seenaknya dia, aku tertegun diam isi kepalaku seperti di pantik untuk kembali menjadi manusia merdeka,
ya, manusia merdeka
merdeka berpikir
merdeka berperinsip
merdeka bekerja
merdeka berpendapat
merdeka sejak bangun tidur sampai akan tidur lagi

Ide ide liar yang terus jalan dikepala seakan diajak untuk lari kencang lagi, seperti bersentuhan kembali dengan dunia kampus dan dunia kehidupan di bandung dimana aku pernah berkesempatan kuliah disana.

Ketika bang @rismanrachman mengambil alih moderator aku mendapatkan kesempatan bertanya pertama, bukan bertanya tapi ungkapan terima kasih kusampaikan kepada kang Pidi baiq karena dia telah mengajak kami para audiens untuk merdeka kembali merdeka sejak dialam berfikir,
baru kemudian saya bertanya siapa Dilan dan mengapa ada fragmen didalam filem DILAN bunda Dilan nyeletuk “dulu bunda di Aceh, kemudian diajak suami ke Indonesia” sebuah ungkapan yang menggelitik pikiran keAcehan ku.

Lagi-lagi kemisteriusan dijawab dengan filosofis oleh kang Pidi Baiq, “ Jawabannya ada di buku BUNDA HARA, disitu ceritanya 50 % di aceh dan 50% di Bandung, dan tidak ada Dilan kalau tidak ada Aceh!”. Nah lo, ada PR selanjutnya untuk hunting tentang buku yang disebutkan tadi.

Kang Pidi baiq kemudian berdakwah lagi panjang lebar dengan ide ide yang terus seperti mengalir deras dari mulutnya seolah olah tanpa di pikir panjang,
padahal aku yang mendengar sampai belum masuk ke kepala dengan penuh ku cerna sudah muncul ide baru lagi yang harus ku cerna pelan pelan, mungkin prosesor kepalaku agak loading menyerap ide ide bernas nya, entahlah dengan audiens lain aku tidak sempat bertanya kepada mereka yang datang malam itu, sampai satu ide keluar lagi dari mulutnya

“Saya ingin membuat Kongres Manusia” !!!

“kalau memungkinkan kongres itu kita buat di Aceh, akan saya ajak tokoh tokoh lintas suku, tokoh kintas agama,tokoh lintas ras dan lainnya, kongres ini pernah saya diskusikan dengan Sujiwo Tejo”.
“Saya perlu lapangan yang luas dan kalau memungkinkan itu di pinggir pantai di Aceh, agar orang luar itu tau kalau Aceh ini sudah aman dan nyaman”.

“Sudah saatnya manusia dijadikan manusia lagi!” ujar kang Pidi Baiq dengan penuh semangat.

Hampir saja aku bersorak girang, ini ide cerdas dan sangat menarik, aku langsung membayangkan akan banyak tenda berdiri di pinggir pantai dan akab banyak orang-orang hebat yang akan bergabung dari segala penjuru nusantara.

Akhirnya acara resmi diskusi panel itu ditutup dengan sebuah lagu oleh kang Pidi baiq, aku sempat merekamnya dan suatu waktu nanti akan aku upload di postingan yang lainnya

Pembicaraan belum selesai walaupun acara telah di tutup, kemudian menjadi diskusi diskusi kecil di meja warung kopi Bin Ahmed, walaupun sebagian audiens pulang, di sebuah sudut meja kujumpai kak @mariska.lubis dan beberapa tim management Kang Pidi Baiq. diskusi lebih menjurus ke arah taktis rencana bagaimana “Kongres Manusia” itu akan di jalankan, tentang rencana bagaimana menularkan cara belajar membuat film pendek sambil menonton film Dylan yang akan di road show ke beberapa daerah dan banyak ide ide lain terus bermunculan, semoga segera di eksekusi menjadi kerja nyata.

Aku terus bergeser ke meja lainnya tempat kang Pidi Baiq sedang diskusi dengan beberapa steemian senior, disitu hanya mendengar sambil menunggu kesempatan untuk berdiskusi lebih dalam dengan beliau.

sampai ketika jeda diskusi seriusnya dia kusasar dengan memperkenalkan aktifitas yang sempat kulakukan periode 1998-2003 di bandung sewaktu mendampingi KPJ (Kelompok Pengamen Jalanan) arahan kang Harry roesly almarhum di dua perempatan di bandung perempatan aceh-merdeka sama perempatan dago,
pendampingan anak punk juga buruh bandung juga ngegarap teater tjerobong pabrik di cicadas,
Kang Pidi Baiq langsung nyambung dan menanyakan beberapa teman akrabnya yang kebetulan aku kenal dengan baik.

Sampai akhirnya pertemuan yang sesungguhnya mengobati dahagaku akan rindu bandung harus kusudahi dan pamit karena masuk telpon dari cintaku @rosyidahajayani yang memesan mie goreng karena lapar, maklum lah cintaku sedang menyusui sehingga bawaanya lapar terus, selain kulirik jam di gawaiku sudah pukul 23.20 wib.

demikian sedikit cerita yang agak panjang karena aku begitu gembira ketika menulis ini,

NB:
Postingan ini adalah postingan kesatu di hari pertama selama 7 hari aku membuat postingan di steemit.

dimana hasil postingan SBD nya akan kusumbangkan ke program bang @fadhiledi untuk membantu pembangunan MAS Pameu di Aceh Tengah.

“MAS Pameu School Build Foundation”

https://steemit.com/indonesia/@fadhiledi/mas-pameu-antara-ada-dan-tiada