Dilarang Melawan Orang-Orang Awamiah
Percayalah, walaupun dunia dan ilmu pengetahuan berkembang, namun orang-orang Awamiah tidak akan pernah berkurang. Malah semakin bertambah. Konon lagi grafik perekonomian masyarakat kita kerap menurun ke titik parah. Di mana para Awamiah itu? Mereka ada di sekitarmu. Hanya saja terkadang mereka bersembunyi di balik jubah gelar, agama, kelompok, dan sebagainya.
Perlu dijelaskan bahwa orang-orang Awamiah tidak sama dengan orang awam. Jauh bedanya. Orang awam jelas tidak punya kekuatan secara pengetahuan, maka apa yang mereka lakukan hanyalah sebatas yang diketahui. Jika ada yang menyalahkan lalu memberi pandangan berbeda, pandangan orang awam akan berubah seketika.
Orang-orang Awamiah adalah mereka yang punya kemampuan retorika di atas rata-rata. Mereka pendakwa ulung, lihai mencari titik kelemahan orang lain (sebaik apapun kau berbuat, tetap saja mereka akan menemukan titik silap: di sanalah mereka menyerang), berani total meyakinkan kebenaran argumennya sekalipun tidak berpijak pada ilmu yang haq. Mereka tak segan menyerapahi secara terbuka siapa pun yang membantah kebenaran menurutnya, tak jarang orang-orang Awamiah dengan tegas menyatakan kesesatan lawan. Selain itu, walau tak dinyatakan secara jelas, nyatanya para Awamiah kerap merasa dirinya maha benar, maha suci, dan maha mengetahui segala hal. Di mana bisa mudah mereka ditemukan? Mudah saja. Mereka berkeliaran di media-media sosial.
Di antara banyak kesia-siaan di dunia ini, sungguh melawan orang-orang Awamiah adalah kesia-siaan di atas sia-sia. Selain dari buang-buang waktu, menghadapi dakwaan mereka juga hanya membuat buruk ketenangan hari-harimu. Kau sekolah tinggi-tinggi, belajar agama hingga lumayan mumpuni, membaca banyak buku rujukan, ketika berhadapan dengan mereka kau tetap saja dengan mudah dikalahkan. Mereka membuatmu tak berkutik, meskipun nilai pengetahuan mereka hanya seujung tampuk pinang. Mengapa begitu kuat mereka? Baca kalimat keempat pada paragraf kedua.
Orang-orang Awamiah jika diingatkan agar tidak melanjutkan debat, ia akan mengatakan setiap argumennya bukan bertujuan debat, melainkan diskusi. Atau mereka beralasan itu bentuk dari saling mengingatkan.
Konon kalangan populer menamakan orang-orang Awamiah itu sebagai hatters. Tapi kami, mereka hanya kami anggap makhluk suntuk yang suka mencari kesibukan dengan menguliti status-status media sosial orang. Di sanalah kebahagiaan mereka, mungkin tidak mereka dapatkan di tempat lain. Diamkan saja, biarkanlah mereka berbahagia dengan kegiatan menebar sampah kepala dan kotoran batin. Atas perilaku mereka, tak perlu ambil pusing.
Postingan yang menarik kawan, memang orang-orang awamiah sangat pandai berargumen, mereka selalu berargumen untuk mencari pembenaran, bukan kebenaran.
Bersiap untuk kalah dengan mereka, brader @saifmmc. Ahahhaa
Bukan kalah mas, tapi ngalah kalau orang Jawa ngomong, ngalah wae karo wong edian... katanya begitu sih he..he. :)
Bener, banyak sekali mereka di sekeliling kita, mengerikan sebenarnya, mana kadang kita juga g sadar terjerumus dalam diskusi -kalau bs disebut diskusi- yg g ketulungan kemana arahnya.
Semoga dijauhi dari orang2 itu... Ah .. smoga kita g termasuk kaum itu :D
Selama kita sadar bahwa kita tak sempurna, kita akan selamat @rahmanovic.
ureung ku'eh nyeh?..hahahhaa
Meunanlah, der. Huuufft. Ahahhaa
Awamiah ngon Jahiliyah mana yg paling keras? Haha
Nice post rakan
Sulit dibedakan, brader @kemal13. Ahahahhahhahaha
Ooowwhh, awamiah = hatters :)
Bisalah disebut begitu. Hatters dalam makna luas ya. Yang kerjaannya mencari-cari pasal, @kakilasak. eheheh
Menarik👍
Kalau sudah berhadapan dengan orang awamiah sangatlah susah brader, mereka selalu mempunyai celah untuk menghindar dan kita selalu terkena jebakan batmannya. Sangat bagus brader mona, ditunggu tulisan terbaiknya @gulistan
Tulisan yang sangat menggugah nurani dan sebenarnya menusuk hati karena kita bisa saja termasuk salah satu di dalamnya...