Rezeki dan Ketulusan Tukang Becak
Assalamualaikum rekan-rekan Steemian, kali ini saya mau mengikuti kontes yang di selenggarakan oleh Seven Fingers. Tema kontes kali ini adalah "Senyum", semoga saja cerita saya ini bisa membuat anda semua tersenyum pada kebahagian dalam kehidupan bermasyarakat.
Siang itu bu Reni belanja ke pasar. Barang belanjaannya cukup banyak. Sampai di gerbang pasar banyak tukang becak yang sedang mangkal. Bu Reni ingin naik ojek, akan tetapi niat itu diurungkan karena dirasa agak repot kalau harus naik ojek dengan belanjaan yang cukup banyak.
Diantara para tukang becak yang sedang mangkal, ada tukang becak yang duduk di becaknya sambil bertopang dagu, dengan wajah agak murung. Oleh ibu Reni dipanggillah tukang becak itu.
“Pak bisa antar saya?” Tukang becak diam saja seperti tidak mendengar panggilan ibu Reni.
Bu Reni mendekat dan memanggil kembali tukang becak itu dengan suara yang lebih keras. Tukang becak terperanjak. Ia kaget mendengar panggilan bu Reni yang cukup keras.
“Oh ia maaf ibu memanggil saya?” tanya tukang becak. “Iya pak, tolong antar saya ke perumahan pondok anggrek jalan arjuna no *.
“Baik bu”. Silahkan ibu naik, biar nanti belanjaan ibu saya yang menaikkan ke becak.” Kata tukang becak dengan sopan.
Tukang becak merasa bersyukur pada penumpang yang membutuhkan jasanya. Dari tadi pagi ia belum mendapat seorang penumpangpun. Padahal hari itu ia sangat butuh uang untuk membelikan obat ananknya yang sakit panas.
Dengan semangat dikayuhkan becaknya menuju jalan arjuna di perumahan pondok anggrek. Tak lama kemudian sampailah di tempat tujuan. Tukang becak menurunkan belanjaan bu Reni dengan hati-hati. Setelah itu barulah bu Reni turun dari becak dan membayar ongkosnya.
“Ini pak ongkosnya, sepuluh ribu rupiah. Terima kasih ya pak.” Kata bu Reni dengan ramah.
“Ya bu, terima kasih juga”. Jawab tukang becak. Tanpa menunggu lama tukang becak kembali ke tempat ia mangkal di pasar. Untuk melepaskan lelah ia bermaksud duduk di bangku penumpang. Ketika hendak duduk, tukang becak terkejut karena ada dompet kecil tergeletak di pojok tempat duduk
Ia berkata dalam hati, “Ini pasti dompet ibu yang tadi naik becak saya”. Tanpa pikir panjang ia kembali mengayuh becaknya menuju perumahan pondok anggrek untuk mengembalikan dompet itu pada pemiliknya yang pasti sedang bingung karena kehilangan dompetnya. Benar saja, bu Reni sedang mencari-cari dompetnya yang hilang. Ia teliti satu-persatu kantong belanjaannya, barangkali dompetnya ada di dalamnya. Untuk membayar ongkos becak tadi ia sudah menyiapkan ongkosnya yang di simpan di kantong baju. Sedangkan ia merasa memegangnya erat-erat ketika naik becak.
Bu Reni merasa putus asa memikirkan dompetnya yang tidak ada. Di dalam dompet itu ada 4 lembar uang seratus ribu rupiah dan uang receh yang jumlahnya tidak banyak. Dan yang lebih penting adalah KTP dan Kartu ATM. Ketika bu Reni sedang kebingungan mencari-cari dompetnya, ada becak berhenti di depan rumahnya. Tukang becak turun menuju pagar rumah bu Reni.
“Permisi, bu!” ucap tukang becak agak keras supaya terdengar oleh pemilik rumah. Bu Reni bergegas keluar rumah. Bu Reni heran, ternyata yang datang becak tadi yang mengantarnya pulang.
“Oh, bapak yang tadi telah mengantar saya, kan?, ada apa, pak,?” Tanya bu Reni heran.
“Saya bermaksud mengembalikan dompet ibu yang tertinggal di becak saya.” Jawab tukang becak. “Saya yakin ini dompet milik ibu karena baru ibu yang naik becak saya hari ini”. Kata tukang becak lebih lanjut.
“Benar, pak. Itu dompet saya. Terima kasih bapak bersedia mengantarkan dompet ini”. Ucap bu Reni sambil tersenyum gembira.
“Ibu periksa dulu dompet itu. Saya tidak membuka-buka sedikitpun, kalaupun ada yang hilang, bukan saya yang mengambilnya”. Tutur tukang becak agak khawatir.
Bu Reni membuka-buka dompet yang diantarkan tukang becak. Semuanya masih utuh tidak ada yang berkurang. Bu Reni sangat bersyukur dompetnya sudah di temukan.
“Semua masih utuh, bu? Kalau begitu saya permisi”. Kata tukang becak mendekati becaknya.
“Pak, pak! Sebentar, jangan pulang dulu!” Kata bu Reni.
“Ada apa, bu?” ada yang hilang isi dompet ibu?”
“Tidak, pak. Semuanya masih utuh seperti semula. Ini uang sedikit untuk bapak.” Kata bu Reni sambil menyerahkan selembar uang seratus ribu rupiah.
“Tidak usah, bu! Saya senang sudah bisa mengembalikan dompet ibu”. Jawab tukang becak dengan nada tulus.
“Tolong, bapak mau menerimanya walaupun tidak banyak.” Desak bu Reni pada tukang becak. “saya tidak mengharap dan tidak mengira uang sebanyak ini dari ibu.” Lanjut tukang becak.
“Ya saya tahu. Bapak sudah ikhlas menolong saya mengembalikan dompet ini. Ini sebagai tanda syukur saya, pak mohon diterima.” Jelas bu Reni.
“Baiklah bu, uang ini saya terima. Mudah-mudahan rizki ibu semakin bertambah.” Do’a tukang becak.
“Sama-sama, mudah-mudahan rizki bapak bertambah dan dimudahkan oleh Allah.” Balas bu Reni.
Sungguh tukang becak merasa bersyukur kepada Allah. Hari ini ia di beri rizki yang tak di duga pada saat ia membutuhkannya. Iapun bergegas mengayuh becaknya kembali ke rumah kontrakannya. Ia tidak kembali ke tempat biasanya mangkal, ia ingin segera membeli obat untuk anaknya supaya cepat sembuh.[]
Salam
@amriadits
Mantap, kalau ada kontes2an kasi kabar ya. tanyo kurang info, haha
Jeut Pak @tinmiswary
njan ka 'oe 'oe teuma droneuh
oe oe kiban bang @akukamaruzzaman? Sigoe2 ikutan kontes, hana le SBD hahahaha....
pane na kawai that neupeucayee..hahaha
Hahaha... Kabeh lon pake keu modal bang hai....
Terima Kasih telah berpartisipasi pada kontes @sevenfingers!
Sama2 Bang @saini88