PEU-NEU-PHON || ANTARA ADAT DAN MITOS

in #story6 years ago (edited)

Hari ini sahabat steemian saya ingin mengangkat sebuah tema yang sampai saat ini saya sendiri masih penasaran. Saya menganggap ini antara adat dan mitos.   

Kita sebagai masyarakat aceh tentunya tidak pernah lepas dari adat kebiasan yang diwariskan oleh leluhur nenek moyang. Baik yang secara tertulis maupun yang tidak tertulis. 

Ada satu kebiasaan adat yang membuat saya penasaran, ini sering dan masih di lakukan masyarakat aceh sampai sekarang, khususnya daerah tempat saya tinggal, warga sekitar sering menyebutnya peu-neu-phon.  

Peu-Neu-Phon ? pernah sahabat steemian semua mendengar kata itu, atau di daerah sahabat steemian menyebutnya berbeda.  

    


Ini berbeda dengan sesajen yang seperti sahabat steemian pernah mendengarnya, ini hampir mirip demikian. Tetapi berbeda.   

Di daerah saya peu-neu-phon terdiri dari bunga-bunga, rumput liar, beras, padi, telur ayam, daun seunijuk, dan masih banyak lainnya yang dicampur dalam satu wadah yang di buat dari daun pisang. 

Adat dan Mitos 

Setiap kali warga ingin turun kesawah untuk menenam benih padi, atau saat seumula atau saat menanam bakal batang padi , peu-neu-phon ini harus selalu ada. 

Saya sendiri bertanya-tanya untuk apa peu-neu-phon  ini harus selalu ada, padahal tidak ada hubungannya dengan menenam padi. 

Jawaban yang saya dapat dari warga berbeda-beda.   

  • “ ini adalah adat dari dulu, memang harus selalu begini, tidak boleh kalau tidak ada” 
  • “ kalau sawah ini tidak dikasih peu-neu-phon  kita akan celaka nantinya ”.


Ada sebuah cerita mitos, “ zaman dulu sebelum saya lahir, ada seorang warga yang melanggar adat ini, ia  tidak memakai peu-neu-phon saat menanam padi, ketika dia sedang menanam padi ia melihat sosok lintah sebesar 30 cm sedang menatapnya di dalam air sawah nya, ia terkejut dan jatuh pingsan, keesokan harinya ia jatuh sakit selama seminggu “. Warga mengatakan ini adalah akibat ia melanggar adat yang satu ini.      

Saya tidak pernah percaya akan tahayyul warga kampung, karena selama ini saya belum pernah bertemu yang seperti omongan warga, apakah memang benar adanya atau tidak, saya belum yakin, atau ini hanya memang mengikuti adat yang sudah semenjak lama sudah ada, atau memang hanya tahayyul saja.    

Jika kita semua beristiqamah kepada Allah Yang Maha Esa pasti tidak akan ada hambatan apapun. Kita tidak boleh percaya kepada roh-roh gaib yang sebagaimana kepercayaan nenek moyang kita zaman dulu lakukan.  


Adat itu memang harus dilestarikan, tetapi ada juga yang harus kita hilangkan yaitu seperti  yang mengandung unsur gaib, karena sesuatu yang mengandung unsur menyekutukan Yang Maha Esa itu dosa besar.  

Tetapi saya sebagai warga sekampung dengan mereka tidak bisa melarang adat itu karena takut akan diusir dari kampung iya gak sahabat steemian semua.  

Inilah sedikit saja adat kampung yang saya tulis semoga bermanfaat untuk semua, mohon dibantu resteem untuk mengenalkan peu-neu-phon kepada semua steemian. Salam steemian.  


Sort:  

Di kampung kami tidak ada adat macam tu bg @alhidayat

Dikampung ku masih ada @aziss, kalau ditanyak ini adat dibilangnnya.

Menarik Soal lintah 30 cm itu, tapi saya rasa itu hanyalah cerita rakyat..
Menakuti orang utk trus mnjaga adat, trlebih lagi sumbernya tdk jelas hanya berupa cerita yg diwariskan.. Tapi ntahlah, hehe...

tapi orang kampung banyak yang bercerita seperti itu

Adad dan tradisi memang sangat melekat dengan masyarakat, susah unmtuk dipisahkan, asal adat dan tradisi tersebut tidsak menyimpang sih tidak apa2, contohnya pesijuk dimasyarakat Aceh, kan kabarnya jika tidak pesijuk tidak berkat. Tetapi itulah tradisi :)

@azmiulul Iya benar, sangat banyak tradisi peusijuek dalam kehidupan masyarakat aceh.

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.14
JST 0.030
BTC 60787.79
ETH 3242.30
USDT 1.00
SBD 2.46