Pak Mar, Mantan Guru Matematika 'killer' Itu Telah Tiada

in #story6 years ago (edited)

Pak Mar, begitu biasa kami sapa guru yang memiliki nama lengkap Marzuki itu. Beliau adalah guru Matematikaku kala aku masih duduk di bangku SMP.


Ilustrasi, credit: fuelgreatminds.com.

Orangnya tegas dan rada killer, bicaranya seperti orang Medan, kebatak-batakan gitu. Padahal aslinya beliau orang Aceh, tepatnya orang Meureudu, Pidie Jaya.

Dulu waktu SMP, aku salah satu siswa langganan kena damprat beliau. Aku benci pelajaran Matematika, rasa benciku bertambah karena pelajaran Matematika beliau yang asuh.

Tak terhitung kiranya hukuman yang kuterima dari beliau, karena aku jarang mengerjakan PR Matematika yang beliau tugaskan. Kalau beliau masuk kelas, suasana hening seketika, tidak ada yang berani bicara, walau mendehem pun siswa-siswa mesti berpikir seribu kali.

Pada satu pagi, Pak Mar masuk jam pelajaran pertama. Sebelumnya kami ditugasi mengerjakan PR Matematik.Tapi aku selalu kenal sial kalau ada tugas pelajaran berhitung itu. Sudah keras aku berusaha, tapi tetap saja tak bisa.

Pagi itu kami seisi kelas dipanggil satu per-satu maju ke depan untuk menyerahkan tugas. Siswa yang ada mengerjakan tugas aman sentosa dan bisa bernafas lega. Yang tidak mengerjakan tugas, terpaksa menyerahkan buku kosong.

Apa yang terjadi? Buku kosong itu dilemparnya, di mana buku itu jatuh, pemiliknya mesti duduk sambil berjongkok di TKP di mana buku mendarat.

Tibalah giliranku dipanggil ke depan, aku hanya bisa pasrah. Dengan gemetaran aku menyerahkan buku kosongku. Dan seperti kawan seperjuanganku yang lain (baca: otak udang, khusus pelajaran Matematika), buku Matematikaku diremasnya, kemudian dilemparkannya ke depan. "Yu, jongkok di situ", perintahnya sambil menunjuk di mana bukuku mendarat.


Ilustrasi, credit: Pixabay.

Setelah semua siswa selesai diperiksa, tibalah kami para "pembangkang" diinterogasinya, kami ditanyai kenapa tidak mengerjakan tugas yang diberikan. Ada yang jawab, "maaf Pak, semalam telat pulang ngaji, jadi ketiduran dan PRnya lupa dikerjakan."

"Alasan yu aja!", kata Pak Mar sambil diambilnya buku itu kemudian ditimpuknya dikepala pemiliknya. Tak hanya itu, kawanku meringis kesakitan karena bulu 'cet-'cetnya (jambang) ditarik sama Pak Mar.

Nasib yang sama juga menimpaku, ketika ditanya kenapa tidak mengerjakan tugas, lidahku kelu tak bisa jawab, aku hanya terdiam. "Bangai!", katanya singkat. Dan bukuku pun mendarat di kepalaku, plus tarikan bulu 'cet-'cet membuatku menjerit, tapi hanya dalam hati, karena aku tak berani bersuara.

Ada seorang kawanku, kepalanya botak, kupikir dia bakalan selamat dari siksaan tarikan bulu jambang. Eh ternyata, Pak Mar tak kehabisan akal, karena kuping kawanku diincarnya sampai memerah. Aku dan kawan-kawan lain sampai cekikan melihatnya, tapi hanya beberapa detik, karena Pak Mar melotot ke arah kami.

Setelah kejadian itu, aku jadi dendam dengan Pak Mar. Beliau selain berprofesi sebagai guru, rupanya juga punya bisnis kecil-kecilan. Yakni bisnis es lilin, yang dititipkan di beberapa kios. Dan salah satunya di kios Kojet, kawan sekampung denganku. Tiap pagi beliau bersama anaknya Rizal (kawan dekatku) pergi mengantarkan termos yang berisi es lilin untuk dititipkan di kios Kojet.

Saat itu timbul pikiran jahilku untuk membalaskan dendam apa yang telah kuterima tempo hari. Aku berencana mempreteli dagangan es lilin punya Pak Mar dengan membocorkan setengah termos es lilin itu menggunakan jarum pentul.

Sebelumnya aku ceritakan apa yang kualami kepada si Kojet, aku juga menjelaskan rencana pembalasan dendamku dan minta izin darinya sebagai pemilik kios. Dan celakanya, si Kojet mengerti akan penderitaan yang kualami, tapi dia berpesan, "bek kapeuabeh bandum, katinggal siteungouh, meuhan curiga geuh, geudhet kee euntreuk!" (jangan dihabiskan semua, tinggalkan setengah, karena bisa curiga beliau, dimarahinya aku nanti!).

Akhirnya rencanaku tumpas dan berhasil, kuingat pesan si Kojet agar menyisakan setengahnya, karena kalau semua tentu beliau akan curiga kok semuanya bocor. Tapi aku agak menyesali apa yang telah kuperbuat, karena mengingat anaknya si Jal adalah teman baikku.

Lama setelah kejadian itu, aku ke Banda Aceh untuk kuliah. Sesekali pulang kampung aku bertemu dengan Pak Mar. Tapi kali ini wajah killernya telah berubah. Dari dulu seorang yang judes, sekarang menjadi seorang yang ramah dan baik. Aku menyalaminya seraya mencium tangannya. Disapanya aku dan ditanyakan kabar kuliahku. Setiap hari raya Idul Fitri aku selalu mengunjunginya sambil bertemu anaknya si Jal.

Pagi kemarin datang sebuah pesan melalui Whatsapp Messenger dari kawanku yang mengabarkan Pak Mar telah meninggal dunia. Hatiku sedih bercampur pilu. Innalillahi wa inna ilayhi raji'un.. Selamat jalan wahai guruku, terimakasih sudah pernah mengajarkan kedisiplinan dan pelajararan untuk tidak menjadi manusia cengeng dan lemah. Al Fatihah..

Meureudu, 24 Mei 2018

@akukamaruzzaman

Sort:  

guru MTK-ku waktu SMP namanya juga Marzuki, dan killer... ya ampunnn itu miripmirip begitu kisahnya. ada satu kawanku sampai pindah sekolah gara-gara punggungnya kenapa tampar tangannya yang besar itu,

eh saran aja nih, untuk tag 'write' itu untuk ke depan pakai aja 'writing', lebih pop dibandingkan write...

Haha.. Gitu ya, memang hampir rata-rata guru Matematika itu killer. Btw terimakasih sarannya, udah kuedit :D

Pak Marzuki itu yang di Luengputu ya?

Aku pernah dikasih nilai merah di rapor waktu SMP, gara2 aku dianggap provokator bagi2 siswa selokal untuk main bola saat beliau telat hadir. Begitu beliau masuk, hanya 3 siswa yang lain siswi semua..wkwkkwk

Hahaha.. Cukoep leumak story droeneuh bang.

Puhan leumak, mirah bak rapor😂😂😂

Puhan leumak, mirah bak rapor😂😂😂.
Lucu jih, nilai rapor keseluruhan, long rangking 3 di lokal. Han dok teuh takhem😂😂

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 62559.43
ETH 3092.10
USDT 1.00
SBD 3.86