Sebagaimana kita ketahui, sejarah manusia pertama berasal dari benua Afrika. Demikian teori yang banyak diajukan oleh para ilmuwan. Dari benua hitam itulah manusia bermigrasi ke seluruh dunia. Mendiami benua-benua lain, dalam proses masa yang sangat lama. Proses perjalanan mereka yang membuat susunan gen dan DNA berubah, mengubah warna kulit, tipe rambut, warna bola mata, hingga sifat dasar yang membedakan timur dengan barat.

Kali ini, seorang peneliti asal Malaysia mencoba membantah teori yang sudah sangat lama dipegang tersebut. Radzi Safee adalah seorang lulusan Oxford Bussines College jurusan matematika yang mengubah haluan menjadi seorang jurnalis di News Strait Times dan sekarang mengabdikan hidupnya untuk meneliti kebudayaan melayu.

_{Prof. Abdullah Zakaria}

Radzi melakukan perjalanan kembara hingga ke Eropa untuk meneliti dunia Melayu yang dikenal sebagai sebuah ras yang akan menyelamatkan dunia. Beliau kemudian menghasilkan dua buku yang baru saja diluncurkan di sebuah perpustakaan sederhana, Khazanah Fathaniyah, Setiawangsa-Malaysia. Peluncuran buku ini dihadiri ole beberapa profesor sejarah, diantara Prof. Abdullah Zakaria dari University of Malaya. Beliau adalah seorang peneliti raja-raja Bugis.

_{Radzi Safee}

Prof. Abdullah Zakaria sangat mengapresiasi kerja Radzi. Beliau menyebut Radzi sebagai traveler yang berhasil mengumpulkan data perjalanannya dalam sebuah buku. Produktivitas ini harus dicontoh oleh semua pelajar dan pejalan. Beliau menganjurkan kepada Radzi untuk mengambil program Phd di University of Malaya. Walaupun apa yang telah dilakukan Radzi ini sudah lebih dari kerja orang yang sudah lulus Phd. Karya-karya Radzi ini akan menjadi bahan referensi untuk mahasiswa sejarah untuk melahirkan karya-karya baru.

Salah satu karya Radzi ini beliau sandingkan dengan ilmu matematika yang beliau kuasai. Beliau mencoba mempertanyakan ke absahan sebuah buku yang menyatakan bahwa Candi Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman. Sebelumnya Radzi juga sudah menulis banyak buku sejarah dan novel. Diantaranya bersetting di Aceh. Sekarang Radzi fokus melestarikan budaya Melayu di bawah organisasi Himpunan Melayu Akhir Zaman atau disingkat menjadi HIKMAH.

Saya beruntung saat itu sedang berada di Malaysia. Istri Radzi, Nor Afidah menghubungi saya untuk bisa menghadiri peluncuran buku ini. Saya langsung menerima tawaran tersebut. Bagi saya, sebuah kehormatan bisa menyaksikan abad baru cerita sejarah dunia yang sudah lama dikuasai oleh dunia barat dalam hal penceritaannya. Berkilo meter jauhnya dari Malaysia, seorang ilmuwan Aceh beserta sekelompok pemuda yang peduli sejarah juga sedang bekerja untuk bisa menceritakan kehebatan bangsanya. Mereka mencoba menceritakannya dengan adil. Menyuarakan raja-raja dan pejuang Aceh dahulu, melawan pembohongan sejarah.

Tak hilang Melayu di dunia

---