SIAPAKAH MUSUH TERBESAR RAKYAT ACEH?

in #story7 years ago

Siapakah musuh terbesar rakyat Aceh?

IMG_2183.JPG

Mungkin siapa saja yang membaca pertanyaan ini tentunya akan memiliki jawaban masing-masing dari pertanyaan tersebut. Bisa saja orang akan menjawab bahwa musuh terbesar orang aceh penjajah, Belanda, kafir, orang murtad, bahkan mungkin akan ada segelintir orang menjawab Jawa, atau mungkin saja mereka akan menjawab musuh orang Aceh adalah orang Aceh sendiri. Mungkin apapun jawaban dari pertanyaan tersebut sah-sah saja menurut saya, karena setiap orang punya alasan tersendiri. Namun bagi saya sendiri, saya tidak suka memberikan jawaban dari pertanyaan tersebut dengan jawaban yang menyudutkan orang lain, kelompok tertentu maupun suku, agama tertentu. Menurut saya itu sungguh tidak adil.

Sebenarnya pertanyaan ini muncul setelah saya mengkhatamkan tiga novel karya putra Aceh, Arafat Nur. Bisa dikatakan beliau adalah salah satu penulis Aceh yang sangat produktif. Dari buku tersebut juga saya menemukan jawaban dari pertanyaan di atas bahwa musuh terbesar orang Aceh adalah BUKU. Iya BUKU.

Kita bisa lihat bagaimana rendahnya minat baca orang Aceh, dan hanya segelintir orang aceh yang ingin menulis atau pun jadi penulis. Padahal, mayoritas orang Aceh adalah Muslim. Dari sudut pandang saya sebagai muslim dan orang aceh, membaca adalah WAJIB. Kenapa wajib? Tentunya firman Allah yang pertama diwahyukan dalam kepada Nabi Muhammad ialah “Iqraa” (Bacalah).

Dari penggalan novel “Tanah Surga Merah” karya Arafat Nur juga disebutkan bagaimana penulis tersebut resah dengan kondisi orang Aceh yang malas, malas, malas sekali membaca. Bahkan seandainya bisa, penulis ingin memberlakukan hukuman tembak di tempat bagi orang yang tidak pernah membaca buku. Hahahah, terdengar lucu, kan? Tapi saya sendiri sangat setuju.

Kadangkala, saya juga merefleksikan apa yang terjadi dalam masyarakat kita yang menurut saya itu sebuah penyakit. Misalnya, saat saya SMA dulu ketika saya membaca dengan seorang teman, kami pun dicap gila karena terlalu banyak membaca. Saya masih sangat teringat kata-kata mereka “nyan awak nyan kapungoe tiga that imeubaca”. Segitukah kita fobia dengan buku?. Sebagai contoh lain juga saya pernah mendengar orang mengatakan bahwa “untuk apa kita membaca yang ada buang-buang waktu aja”. Hahahaha menurut mereka mungkin Cang panah tidak membuang- buang waktu.

Disisi lain, juga saya melihat mahasiswa yang belum satu buku pun dikhatamkan hingga mereka mendapat gelar sarjana. Bagi saya sarjana seperti ini adalah Sarjana Kopas (S.Kop). jika sekelas buku wajib saat kuliah aja tidak dibaca, jangan harap mereka akan mengenal nama-nama besar seperti Pramoedya, Muchtar Lubis, Hamka, NH Dini, Murakami, Adams Smith, Karl Marx, Machivelli, Nitsche, maupun Paul Sarte. Sungguh miris sekali!!!!
Saat ingin mengakhiri tulisan ini saya pun kembali teringat dengan satu percakapan yang ada dalam novel Arafat Nur yang kutipannya seperti ini:

“Seharusnya pertunjukan seni seperti ini ditampilkan diatas pentas seni”, Ucap Murad.
Bagaimana mungkin penampilan ini ditampilkan di pentas seni, jika di kota ini gedung pertunjukan seni dan pustaka tidak pernah ada. Pemimpin dan pejabat di kota ini tidak suka seni dan buku. Mereka lebih suka pergi melacur ke provinsi tetangga.” Balas Abduh.

Sekian dulu untuk tulisan kali ini, semoga bermanfaat. Semoga tidak ada yang tersinggung dari tulisan saya.
ALFYD

Sort:  

Postingan yang bermanfaat bang @affiedalfayed
Berkat artikel ini membuka pikiran saya menjadi banyak tau, terkadang kita malas membaca padahal membaca itu membuat kita banyak hal yang akan kita ketahuin.
Terimakasih telah berbagi informasi yang berguna bg @affiedalfayed :D

Keep steem on

sama-sama bro.
Keep reading, Always!

Interesting post, thankyou for sharing @affiedafayed. I have followed you.

thank you
Follow done

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.029
BTC 76214.38
ETH 3070.66
USDT 1.00
SBD 2.61