Makanan Warisan Indatu: Ie Bu Peudah

in #story6 years ago

Menu warisan ini hanya dapat ditemui kala Ramadan, tidak diwaktu biasanya. Hanya beberapa tempat di Aceh Besar, Indonesia yang merawatnya sebagai tradisi, memasak di meunasah untuk dinikmati warga gampong saat berbuka puasa.

IMG_20180527_012029.jpg

Saban Ramadan, saya kerap mengunjungi para peracik masakan ini di Gampong Bung Bak Jok, maupun Gampong Lam Alue Raya, Kecamatan Kuta Baro, Aceh Besar. Ramadan saat ini, saya belum sempat memgunjungi mereka, mungkin di akhir nanti.

Di Gampong Bung Bak Jok, tradisi memasak Ie Bu Peudah diwariskan turun-temurun. Para pemuda sukarela membagi tugas saban hari menyiapkan makanan ini di meunasah. Dananya disumbang warga, karena ini untuk dimakan bersama.

Hasanuddin, warga Bung Bak Jok yang menjadi juru masak takjil khas Aceh Besar itu menuturkan proses memasak lumayan lama, memakan waktu hampir 3 jam. Persiapan selalu usai salat duhur. Sebuah kuali besar sudah disiapkan permanen di atas tungku yang dicor semen.

Bahan utamanya beras yang dicampuri aneka bumbu, dituangkan dalam kuali terus mengaduk dan menjaga bara api. Tongkat pengaduknya tak sembarang, memakai batang rebung kala yang kerap dipakai sebagai bumbu masak.

IMG_20180527_012057.jpg

Rahasia uniknya ada di bumbu, yang konon memakai 44 jenis tanaman dan dedaunan. Para pemuda bahkan harus mencarinya ke hutan-hutan sekitar gampong menemukan dedaunan. Beberapa di antaranya adalah: lada, kelapa parut, kunyit, lengkuas, bawang putih, bawang merah, daun cengkeh, biji cengkeh, daun sitahe, daun seumalu bate, muriong bate, teumiti, daun sukun, daun pandan, tungkat ali , daun jemblang, rebung kala dan lainnya.

Aneka rempah itu membuat bubur ini menjadi pedas, diyakini mampu mengusir lelah, penambah energi setelah seharian menjalankan ibadah puasa. Menu ini juga berkhasiat mengusir masuk angin dan perut kembung.

IMG_20180527_012129.jpg


IMG_20180527_014604.jpg

Masakan siap lepas salat asar, anak-anak diutus orangtuanya untuk mengambil takjil itu, membawa wadah. Mereka membawa pulang untuk disantap di rumah, sebagian menjadi menu berbuka puasa kaum bapak di meunasah bersama para musafir dan jamaah dari gampong tetangga yang meramaikan berbuka di sana. “Tradisi ini telah ada sejak saya kecil,” kisah Hasanuddin.

Dikisahkan oleh Pemerhati Budaya Aceh, Adli Abdullah kepada saya, Ie Bu Peudah tak jauh beda Bubur Kanji, dipengaruhi oleh budaya Gujarat dan Malabar di India sejak awal Islam masuk ke Aceh, abad ke-12 Masehi.

Saat itu banyak muslim Gujarat yang bermukin di Aceh untuk berdagang sambil dakwah. Mereka kemudian mamasak makanan itu, memodifikasinya dengan tumbuhan dan dedanuan yang ada di Aceh. Lalu mereka berbagi dengan warga. Lagipula, aneka bahan dapat ditemui mudah dan murah. Kebiasaan terus dipelihara sampai kini. []

Note: Semua foto dokumen sendiri
@abuarkan

U5dtm2CteQb7AYt7ykQ2FNBenDjo13w_1680x8400.png

Sort:  

Sepertinya sangat berkhasiat untuk kesehatan luar dalam.
Saya tunggu kirimannya ke Bireuen, hawa teuh. Atau kirimkan saya resepnya. Agar saya suruh buatkan sama mak si Agam

Omin, hek that resep jih bak dedaunan 44 macam. Hana tatapue tupue dum. Hahaha

Tanyakan sama tukang masaknya, siapa tahu bisa jadi bisnis di kemudian hari. :)

Yayayya, jroh. Enteuk lon catat

Melihat foto anak-anak membawa timba kecil dan sabar menanti ini mengingatkan masa kecil saya ketika menunggu giliran mengambil takjil berupa Ie Bu Kanji di Gampong Meunasah raya Garot Pidie 40 tahun silam 😆😄

Kirain gambar di atas tadi tongkat apa @abuarkan hehehe. Ternyata kanji rumbi ya atau ie bu peudah. Hawa teuh...

Kirain gambar di atas tadi tongkat apa @abuarkan hehehe. Ternyata kanji rumbi ya atau ie bu peudah. Hawa teuh...

Wahh... Lengkapa that, trok bak tungkat ali na...

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.16
JST 0.031
BTC 61586.28
ETH 2569.21
USDT 1.00
SBD 2.55