"WHY WRITE?" (An Original Essay) // [Bilingual]
Anyone who, for one reason or another, was "forced by history" to become a writer--whatever the type of his/her writings: poetry, short stories, novels, plays, essays, scientific papers, travel writings, and so on--must have occasionally stumbled with the question above in a certain time in the span of his/her authorship.
Either he/she then tried to seek answers to this question or let this question passed by, it is certainly a completely private matter. Indeed, not every writer should explain why she/he wrote, why he/she produced writings that, sometimes, are so numerous. However, for me personally, this question is urgent enough to find the answer, especially in order to give a strong basis or reason for my long time activities (i.e., writing stories, essays, and poems) to continue.
This question may at first sound simple and every writer I think could soon give a quick answer that she/he wrote because of likes (or hobbies), or writing to fill her/his spare time, or to "kill" time. In short, every writer originally wrote for "fad", whatever the definition of "fad" there.
Indeed, it is certain that all writers initially wrote just for "fad". However, when we were awakened by the "fad" that we have talent, when the amount of writings that we produced becoming more and more, and as we gradually begin to pursue this "profession" more seriously, simple answers like those above are starting to feel inadequate.
Is it true that we write our works just for "fad"? Just because of "trial and error", or hobbies, or filling free time, or mere "killing" time? Or is there something else that is consciously or unconsciously (usually the latter is common) we are chasing, that we try to catch by writing, through writing?
It seems that we must seek other answers for activities that take up so much time and deplete most of our energy, but which are actually less "promising" as a source of life, as a livelihood.
Why do we write? Why do we keep writing? Why do we keep writing in a country where writing can not be used as a livelihood and at a time when what can be watched (read: visual culture) is more loved than what is written (read: writing culture)?
An answer worthy enough to be reckoned with, and to me quite satisfactory, I got from a 19th-century German philosopher:
Friedrich Nietzsche Source:
Nietzsche, who was also a prolific writer, once said, more or less, that every writer is never satisfied with reality. And since he/she is dissatisfied with reality, she/he tries to change reality, making it more bearable, more acceptable, and more fulfilling to him/her--and perhaps to everyone else.
Thus, I think, in fact, every writer writes to make reality more enduring, more acceptable, and more fulfilling, at least to him/herself. In other words, writing means ‘manipulating’ reality.
I use the word ‘manipulate’ because, in my opinion, writing means dramatizing reality, incorporating elements that we think should exist in reality, discarding elements that we think should not exist in reality, showing to our readers that there is something wrong in reality.
And, by doing all these, we are directly or indirectly involved in making this world a better place, a fairer place. To me, when we write a work (whatever it is: a poem, a short story, an essay, etc.), we should consciously seek to see our work as a medium for the struggle of something, such as a certain worldview.
By doing this, we are assumed to have a role or part in "changing the world" to be a better, or a fairer, place through our works. There is an interesting phrase—I forgot from whom this phrase came from—which always come up in my mind whenever I write: "You may not have possessions and thrones, but you have a pen."
Yes, I believe with a pen we--every writer--can involve in a struggle against injustice or dictatorship, for example, and engage in an attempt to make the world a better and fairer place.***
===========
###BAHASA INDONESIA###
“MENGAPA MENULIS?”
Setiap orang yang karena satu dan lain hal “dipaksa sejarah” untuk menjadi penulis—apa pun jenis tulisannya: puisi, cerpen, novel, naskah drama, esai, tulisan ilmiah, dst.—tentu pernah sesekali terantuk dengan pertanyaan ini pada suatu waktu tertentu dalam rentang masa kepenulisannya.
Entah ia kemudian mencari jawab terhadap pertanyaan ini atau membiarkan pertanyaan ini berlalu begitu saja, hal itu merupakan persoalan yang sepenuhnya pribadi. Memang, tak setiap penulis harus menjelas-jelaskan alasan mengapa ia menulis, mengapa ia menghasilkan karya-karya tulis yang, kadang, begitu banyak jumlahnya. Namun bagi saya pribadi, pertanyaan ini cukup mendesak untuk ditemukan jawabnya, terutama agar aktivitas yang cukup lama saya geluti ini punya dasar atau alasan untuk terus dilakukan.
Pertanyaan ini mungkin pada awalnya terdengar sederhana dan setiap penulis saya kira bisa segera memberikan jawaban cepat bahwa ia/dia menulis karena suka (atau hobi), menulis untuk mengisi waktu luang, atau untuk “membunuh” waktu. Pendeknya, setiap penulis pada mulanya menulis karena “iseng” belaka, apa pun definisi “iseng” di sana.
Memang, bisa dipastikan bahwa semua penulis semula menulis karena “iseng”. Namun ketika kita disadarkan oleh ke-“iseng”-an itu bahwa kita memiliki bakat, ketika jumlah tulisan yang kita hasilkan semakin banyak, dan ketika secara bertahap kita mulai menekuni “profesi” ini secara lebih serius, jawaban-jawaban sederhana (atau sekenanya) di atas mulai terasa tidak memadai. Benarkah kita menuliskan karya-karya kita karena “iseng” belaka? Hanya karena “coba-coba”, atau hobi, atau mengisi waktu luang, atau “membunuh” waktu belaka? Atau ada sesuatu yang lain yang secara sadar atau tak-sadar (biasanya yang kedua ini yang lazim terjadi) sedang kita kejar, sedang kita perjuangkan dengan menulis, melalui tulisan? Tampaknya kita harus mencari jawaban lain bagi akitivitas yang menyita begitu banyak waktu dan menguras sebagian besar energi kita ini, namun yang sebenarnya kurang ‘menjanjikan’ sebagai sandaran hidup.
Sekali lagi, mengapa kita menulis? Mengapa kita terus menulis? Mengapa kita terus menggoreskan huruf demi huruf di sebuah negeri di mana menulis kurang bisa dijadikan sebagai mata pencaharian dan pada sebuah masa ketika apa yang bisa ditonton (baca: budaya visual) lebih digandrungi ketimbang apa yang dituliskan (baca: budaya tulis)?
Jawaban yang cukup layak diperhitungkan, dan bagi saya cukup memuaskan, bisa didapatkan dari negeri seberang:
Nietzsche, filosof Jerman abad ke-19 itu, pernah mengatakan, kurang lebih, bahwa setiap penyair (sesungguhnya: setiap penulis) tidak pernah merasa puas dengan realitas. Dan karena ia tidak puas dengan realitas, ia berusaha mengubah realitas, menjadikannya lebih tertahankan, lebih bisa diterima, dan lebih memuaskan baginya—dan mungkin bagi setiap orang yang lain. Demikianlah, menurut saya, sejatinya setiap penulis menulis untuk membuat realitas lebih tertahankan, lebih bisa diterima, dan lebih memuaskan, paling tidak bagi dirinya sendiri. Dengan kata lain, menulis berarti memanipulasi realitas. Saya menggunakan kata memanipulasi karena menurut saya menulis berarti mendramatisasi realitas, memasukkan elemen-elemen yang kita anggap seharusnya ada dalam realitas, membuang elemen-elemen yang kita anggap seharusnya tidak ada dalam realitas, memperlihatkan kepada para pembaca kita bahwa ada sesuatu yang salah dalam realitas, dan dengan melakukan semua ini, kita secara langsung atau tidak langsung ikut terlibat dalam menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik, tempat yang lebih layak.
Bagi saya, ketika seorang penulis menulis sebuah karya (terutama karya sastra ) ia hendaknya secara sadar berusaha melihat karya-karyanya sebagai sebuah medium untuk memperjuangkan sesuatu, misalnya suatu pandangan dunia tertentu. Dengan melakukan hal ini, ia diandaikan memiliki peran atau andil dalam—memakai istilah yang sedikit hiperbolis—“mengubah dunia” menjadi lebih baik atau lebih adil melalui karya-karyanya. Ada sebuah ungkapan menarik, entah dari siapa asal ungkapan ini, yang selalu teringat kapan pun saya menulis: “Kau mungkin tak punya harta dan tahta, namun kau punya pena.”
Ya, saya percaya dengan sebuah pena setiap penulis bisa melibatkan dirinya dalam sebuah perjuangan melawan ketidakadilan atau kediktatoran, misalnya, dan terlibat dalam sebuah upaya untuk menjadikan dunia ini lebih baik dan lebih adil.***
==========
💚💚💚💚💚
great pot my friend, i don't write too much, but personally when im writing a song or a rat (wich is usually what i do mostly)it's to drain what i got inside my mind and heart, sometimes i do it to flush out bad moments and feelings, and other times i just do it to share my good vibes to the world, it's amazing how it makes a conection with the people afterwards.
Yes, that is also one of the positive sides of writing, dear friend @hoscker...
Thanks for your nice comment...☕❤
Congratulations! this post got an upvote by @steemrepo and was manually picked by the curator @yanosh01 to be added on STEEM REPOSITORY, simply comment "YES" and we upload it on STEEM REPO Website.
Want to know more about the Steem Repo project? Contact us on Discord
YES
Yes, writing is important to record what were not all things we could keep in our mind
Agree with you, dear @elfinarachmi...
It is important to materialize our memories...😀☕❤