Mengasuh Pondok Mengaji Al Hidayah

in #steempress6 years ago

Mengasuh Pondok Mengaji Al Hidayah


Dulu, ada yang tanya ke saya, sebagai blogger kampung, alias blogger daerah yang sama sekali tidak ada event apalagi semacam undangan launching produk atau acara sejenis, blognya diisi apa?

Halo, pake tanya blognya diisi apa? Blogger itu kan orang yang nulis di blog, blognya ya jelas diisi tulisan lah! Ada yang salah?

Ada lagi yang tanya, menulis terus, emang kamu dapat apa? Nah kalau untuk pertanyaan ini jujur saja jawabannya ada banyak.

Satu mendapat kepuasan.


Menulis untuk saya ibarat sebuah kebutuhan. Tanpa menulis, rasanya ada sesuatu yang hilang. Alhamdulillah sejak kecil diberi kelebihan hobi membaca yang kemudian diiringi suka menulis. Mulai menulis di atas kertas, buku harian, sampai seiring kemajuan zaman menulis di blog pun saya lakukan. Tidak bisa diceritakan bagaimana senangnya kalau dalam setiap keterbatasan berhasil melahirkan sebuah tulisan apalagi kalau tulisan itu bermanfaat bagi orang lain yang membaca.

Dua mendapat pengakuan.


Ya karena sering mengisi blog, meski bukan reportase atau tulisan bernas, tapi saya diakui orang sebagai blogger. Merasa tahu diri karena lebih banyak hanya bisa menulis curahan hati tapi justru ternyata tulisan asal yang saya buat yang justru mendapat view paling tinggi.

Sampai sekarang, tulisan tentang rute terbaru angkot di Cianjur dan pahlawan voucher: bingung voucher di kampung mau diapakan mendapat views paling tinggi meski belum tembus di angka jutaan.

Beruntungnya lagi ketika domain authority dan page authority (DA/PA) pada anjlok drastis (yang DA 50 aja terjun jadi 27) Alhamdulillah blog saya termasuk yang hanya sebatas nungging. Dari 35 nyungsep di 25. Konon katanya salah satu faktor penentu karena blog saya lebih banyak memiliki tulisan organik. Cmiiw. Selain konten yang dianggap baik pastinya.

Tiga mendapat penghasilan.


Alhamdulillah, meski masih recehan setiap bulan selalu saja ada pemasukan. Yah lumayan lah buat jajan ciki atau cilok mah masih sisa. Kalau rutin sisa jajan itu di akhir tahun bisa saya pakai buat bayar sewa rumah alias hosting dan domain.

Semakin banyak gaul, eh banyak berjejaring maksudnya, semakin banyak peluang untuk mendapatkan job. Entah itu content placement, sponsored post, buzzer, campaign produk dll. Yang dari semua itu tidak akan saya pungkiri saya jadi punya penghasilan. Bisa dibilang menulis atau ngeblog yang tadinya sekadar hobi, kini hampir menjadi profesi. Padahal saya hanya mengandalkan tulisan curhat, lho. Iyalah wong di Cianjur mah (sekali lagi) tidak ada pisan blogger gathering atau undangan media dan blogger, produk launching dan sejenisnya.

Empat mendapat kekuatan untuk terus mengelola dan menjalankan Pondok Mengaji.


Kalau yang ini, sepenuhnya atas kuasa Sang Pencipta. Hanya mungkin kebetulan melalui tangan suami dan saya. Suami yang menyumbangkan ilmunya supaya lebih bermanfaat. Sementara saya (maaf bukan mau riya’ ya) naudzubillahimindzalik hanya berbagi apa yang saya bisa lakukan untuk semangat anak-anak dalam mencari ilmu.

Anak didik mengaji di rumah minus 3 orang karena sakit

Jadi maksudnya begini, dulu sebelum orang tua suami meninggal dunia di rumahnya suka mengajarkan membaca Al Qur’an kepada anak tetangga. Setelah suami kuliah di STAIS Bandung, kegiatan mengaji di rumah lebih ditingkatkan, supaya ilmu yang diperoleh selama kuliah bisa lebih bermanfaat.

Hingga menikah dengan saya, pondok mengaji itu terus kami pertahankan. Alhamdulillah sampai sekarang meski santri dan santriwati nya datang dan pergi tetapi kepercayaan masyarakat di kampung tempat kami tinggal semakin besar. Buktinya semakin banyak orang tua yang menitipkan anaknya untuk belajar mengaji di rumah kami.


Meski sempit semangat belajar tetap tinggi

Semakin canggih teknologi, semakin tinggi tuntutan jaman. Mengaji tidak hanya hafal huruf Hijaiyah lalu khatam. Tetapi harus dibarengi ilmu lainnya seperti Fiqih, Syariah, dll. Dan tentu saja semua itu tidak bisa instan. Apalagi anak zaman sekarang lebih tertarik kepada gadget dan televisi. Karena itu kami terus memutar otak, bagaimana supaya anak senang dan menyukai datang ke tempat pengajian.

Saya dan suami pun mulai membuat strategi. Membuat kurikulum pengajian, membuat metode pembelajaran, pengadaan sarana dan prasarana mengaji, sampai hajat besar para santri dan santriwati yang kami adakan tiga kali dalam setahun. Yaitu saat bulan Muharram, bulan Rajab dan bulan Rabiul Awal.

 

Bulan Maret hingga April 2019 ini bertepatan dengan bulan Rajab dimana diperingati peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Seperti biasa kami pun sibuk mempersiapkan semuanya. Saat di masjid kampung ada ceramah mengundang ustadz dari luar kampung, sesaat sebelum waktu penceramah tiba kami isi dengan penampilan santri santriwati dengan segala keterampilan yang dimiliki.

Dulu, kalau tampil pakaian santri santriwati alakadarnya pakaian muslim milik masing-masing. Tahun ini, berkat donatur yang tidak bisa saya sebut (yang pasti setengahnya dari donatur itu berprofesi sebagai blogger) Alhamdulillah anak-anak Pondok Mengaji Al Hidayah sudah punya pakaian seragam.

Tidak hanya itu, uang dari donatur pun saya belikan beberapa buku Iqra, buku belajar menulis dan membaca Hijaiyah serta ada alat tulis menulis.

Kemarin malam, Senin 17 Maret 2019 acara Peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW di Pondok Mengaji Al Hidayah Alhamdulillah sudah berjalan dengan lancar. Anak anak bisa tampil dengan maksimal meski ada beberapa yang grogi sehingga lupa apa yang akan disampaikan.

Kebahagiaan tidak hanya saya dan suami rasakan. Tetapi juga dari binar mata mereka, para santri dan santriwati. Dan saya yakin para orangtuanya pun ikut bahagia melihat putra putri mereka bisa tampil dengan maksimal dengan seragam baru.

Pada kesempatan ini saya dan suami mengucapkan terimakasih tidak terhingga kepada seluruh donatur. Semoga atas rezeki yang sudah disisipkan kepada kami menjadi amal baik yang pahalanya terus mengalir hingga akhir. Amin.

Tanpa diminta pun kami selalu mendoakan para donatur khususunya, kita semua pada umumnya untuk selalu diberikan kesehatan, serta kelancaran dalam setiap urusan. Doa doa itu kami panjatkan khususunya pada saat Yaasinan serta Istighosah setiap Kamis malam (malam Jumat) setiap minggunya.

Tulisan ini bukan semata sebagai laporan kepada para donatur, melainkan sebagai pelajaran kepada saya khususnya, untuk terus semangat menulis dan berbagi manfaat atas apa yang bisa kita lakukan. Karena dengan hasil dari menulis (ngeblog) sebagian kelangsungan belajar mengaji di Pondok Mengaji ini bisa berjalan.

Kedepannya semoga kegiatan belajar dan mengajar mengaji di rumah ini bisa lebih maksimal lagi. Secara kalau mengingat cita cita, keinginan ini sungguh sangat besar. Seperti memiliki bangunan sendiri supaya antara anak santri dan santriwati bisa terpisah. Selama ini kan masih berbaur di satu ruangan. Maklum rumah kami sangat kecil.

Keinginan lain ingin memiliki tambahan koleksi buku bacaan, karena selama ini anak mengaji dan membaca buku masih itu-itu saja. Buku yang sama tetap mereka baca meski sudah tidak sesuai dengan usianya.

Sampai tidak menutup kemungkinan, jika kepercayaan masyarakat terhadap kami bisa dipegang, anak anak mengaji selalu bertambah, kami kepikiran ingin membuat semacam yayasan atau lembaga pendidikan ala-ala yang pada intinya bisa lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan khususunya mengaji Al Qur’an. Amin. Meski kami belum tahu bagaimana caranya dan semua itu tidak mudah, tapi kami percaya kalau sudah menjadi ketentuan Nya, tidak ada yang tidak mungkin.


Posted from my blog with SteemPress : http://tehokti.com/mengasuh-pondok-mengaji-al-hidayah.html

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.15
JST 0.030
BTC 65353.52
ETH 2654.64
USDT 1.00
SBD 2.84