Nilai dan tolak ukur keberhasilan
Masih dengan cerita di akhir semester di dunia akademik. Masih dengan drama yang sama dari satu semester ke semester berikutnya. Aktor utamanya sebagian besar sama, tapi banyak juga yang kemudian berubah nama.
Nilai, patokan yang tidak semua orang menjadikannya satu-satunya tujuan akhir dari belajar di institusi formal. Maksudnya, walauapun banyak yang menganggap nilai itu penting sekali, tapi tidak sedikit juga yang berpikiran ," yang penting dapat ilmu, nilai bonus".
Tentu kalimat eh pemikiran di atas tidak semerta-merta diterima begitu saja, atau sudah mutlak kebenarannya. Ketika seorang anak didik mampu menyerap materi yang diberikan tenaga pengajar, maka ketika kemudian di test, tentu sudah semestinya nilai yang didapatkan mencerminkan seberapa banyak ilmu yang berhasil diserap. Kurang lebih begitu. Tapi tidak sedikit yang pintar, paham, bisa mengerjakan apa yang diminta, giliran pas ujian kewalahan, apalagi jika materi yang diujiankan terlalu teoritis dengan jawaban yang diharapkan sangat text book sekali. Duh. *lambai tangan ke kamera
Setelah dua tahun berhadapan dengan banyak mahasiswa, masih aja saya kaget dengan perilaku mereka terhadap nilai yang mereka peroleh. Ada yang senang dan bangga dengan sederet huruf A di transkrip, ada pula yang kerap menyalahkan dosen ketika huruf yang tertera di transkrip bervariasi sekali.
Ada yang complain di semester berikutnya, karena merasa gak nyaman kalau langsung complain di semester sebelumnya. Begitu ngomong, rupanya membandingkan nilai yang ia peroleh dengan teman-temannya, dan merasa dialah yang seharusnya bisa mendapat nilai yang lebih baik. Ada juga yang ikhlas dengan apapun yang diperoleh, bersyukur lebih tepatnya, minimal tidak D dan harus ngulang. Ada, banyak yang seperti ini.
Just my 2 cents , seandainya bisa bilang ke semua mahasiswa bahwa nilai itu gak penting-penting amat, yang penting kamunya paham dan bisa, di saat sistem yang ada saat ini menjadikan nilai sebagai tolak ukur banyak hal. Bertolak belakang sekali antara yang ingin disampaikan dengan kenyataan di lapangan. Walaupun masih cukup sering "menghasut' mereka untuk gak cuma kuliah, tapi ada baiknya untuk aktif di organisasi, mengembangkan hobi, jalan-jalan, itu juga penting. hehe
Despite all of them , ada satu yang mengganjal ketika memberikan nilai kepada mahasiswa semester ini. Sistem penilaian A-F ini saya rasa kurang pas, kurang fair. Setiap huruf yang merepresentasikan grade ini memiliki range yang terlalu besar. Anggaplah untuk B maka range nilainya adalah 72 - 85. Semuanya B. Kok rasanya saya yang ngisi nilai kurang adil ketika memberikan nilai, ketika semua yang mendapat nilai dalam range tadi mendapatkan grade yang sama.
Beberapa kampus sudah mulai menggunakan grading sistem A, AB dan seterusnya, atau serupa dengan A, B+, B, dan seterusnya. Mungkin, mungkin ini yaaa...akan lebih baik lagi ketika sistem A, A- , B+ , B, B- diterapkan. Artinya range dari setiap grade akan semakin diperkecil, dan lebih adil sepertinya hehe.
Menurut kalian gimana?
Posted from my blog with SteemPress : http://www.rahmanovic27.com/2018/08/03/nilai-dan-tolak-ukur-keberhasilan/
lambai tangan ke transkip nilai, terima saja sepertinya😁
hahhahhaha..samanya kita :D