Kisah belajar masa dahulu, apakah efektif

Malam ini saya lagi pingin cerita kisah gaya belajar saya, masa itu berulangkali kalau masuk masa ujian kepala ini rasanya serasa pusing, dan mual. Kenapa kok bisa begitu ? karena nilai disekolah adalah standar naik atau tidak naiknya seseorang, hanya satu obat parasetamollah solusinya untuk meredakan kepala yang berdenyut-denyut. ketika itu saya tidak percaya diri kalau mau ujian tapi tidak belajar, rasa-rasa mau buat contekkan tapi tak ada mental juga untuk mempraktekkannya. Ujian ibarat hantu kalau tidak hati-hati dapat sangat menakutkan, oleh karena nya saya belajar dengan giat supaya enggak diterkam sama momok yang bernama ujian itu. Masa-masa dimana rutin untuk belajar tiap hari sudah saya lewati kalau sekarang sangat-sangat jarang lagi untuk saya membuka buku, mungkin karena sudah tidak di lingkungan sekolah, tapi kelihatannya itu adalah rutinitas yang kurang baik, seharusnya belajar itu tanpa henti, dimana pun, dan sampai kapanpun.

Ada masa-masa dimana saya merenung diam dipojokan, saya berfikir sudah saatnya untuk berubah dari hal-hal sekarang saya harus memulai untuk merutinkan membuka buku kembali setiap hari. Mungkin terlihat seperti alasan klise, tapi untuk mengenang kisah dan gaya belajar saya dahulu, inilah sedikit kisahnya, ayoo lanjuut :

source image

A. Gaya belajar yang setengah hati.

Saya itu tipe dengan gaya belajar yang tidak bisa fokus, jadi kalau belajar misal 20 menit tidak bisa saya selama 20 menit untuk membaca, tapi harus diselangi dengan dengar musik sebentar, kebelakang mengambil cemilan, duduk lagi untuk baca, anehnya ilmu yang masuk itu banyak tapi kalau saya serius serius untuk membaca pada akhirnya bukan malah mahir tapi saya malah ketiduran karena ngantuk. Tapi ini harus saya perbaiki untuk sekarang, cara ini sudah kuno saya pingin gaya belajar yang terbaru, namun belum menemukannya, mungkin kawan bisa membantu kasih saran, tolong tulis di komen ya.

B. Tidak bisa fokus tapi masih saja dilakukan.

Gaya belajar tipe saya adalah belajar di keheningan, semakin hening semakin cepat masuk. Oleh karena itu jam malam saya jam 9, karena jam 2 atu 3 subuh saya akan bangun untuk memulai rutinitas. Kalau lagi masa-masa ujian, tapi kalau hari-hari biasa ya seringnya begadang juga, jam tidur saya jadi jam 11 atau jam 1 malam baru kemudian tidur. Tapi tetap sebelum azan subuh saya akan bangun.

Hal pertama yang harus nya dulu saya lakukan ketika belajar jangan cuman pas mau ujian, tapi harus kapanpun, namun ada saja halangannya udah tau saya tidak bisa fokus kalau suara keras, adik saya atau keponakan menjadi pengganggu yang sukses, sudah akhirnya tidak jadi saya belajar, malah main dengan mereka.

Tapi kalau itu ujian, masa bodoh mau bising juga saya akan berusaha keras, tapi tetap saja tidak bisa fokus. Lagi-lagi suasananya harus tenang dan hening. Itulah saya dahulu, kalau sekarang ? agak sedikit saya rubah, saat ini sudah mulai terbiasa membaca buku dengan asik walaupun ditengah-tengah keramaian.

C. Ketika esoknya ujian saya akan belajar tanpa henti

Gaya belajar saya ini dikenal dengan istilah kebut semalam, gaya yang saya praktekkan ini paten untuk mendapat nilai yang sekedar lulus memang terbukti ampuh, tapi untuk menjadi juara dan seorang yang jenius jangan pakai gaya kebut semalam. Seharusnya dahulu saya tidak melakukan gaya kebut semalam, mungkin itu kesalahan saya, kalau saja ada yang menyadarkan mungkin kah saat ini saya sekarang menjadi seorang jenius ? lol. Saat ini saya lagi berusaha untuk konsisten dan memperbaiki gaya belajar kebut yang aneh itu, namun sepertinya saya perlu istirahat yang cukup, memperbaiki kerusakan ibarat program android yang harus di instal ulang, besok akan saya coba lagi saya tidak mau membuang waktu dengan sia-sia.

Source image

D. Temukan partner.

Saya tipe seorang fighter, lebih suka belajar sendiri dan tidak melakukan kesalahan. Tapi gaya ini kurang cocok, seharusnya menemukan partner untuk tanya jawab menjadi solusi terbaik. Saya pikir semua orang perlu untuk mencari pertner belajar, tidak terbatas usia, misal kalau punya adik dan adik kita masih SMP kalau dia dapat menjadi partner tentunya akan saya jadikan dia partner, tapi sayang adik saya sekarang jauh kuliah di UPI Bandung, sudah satu tahunan tidak ketemu dengan partner belajar saya ini, kami hanya sesekali chat lewat WA sekedar bertanya hal-hal dan info terbaru, partner saya saat ini sedang fokus untuk menyelesaikan skripsinya sedangkan saya sedang fokus mencari modal untuk menikah, mungkin itu barangkali yang membuat kami jarang connect saat ini. (sedang beda fokus)

Sudah masuk akhir tulisan, ketika saya belajar saya akan meledak ledak 100 persen all out. Yang saya pahami saat ini adalah untuk menjadi jenius seseorang harus mencicil sedikit demi sedikit info-info terbaru nanti lambat laun potongan kecil itu akan menjadi besar. Jadi ibarat menabung di Bank menyisihkan sedikit demi sedikit supaya dapat menjadi pembelajar yang lebih baik. Ketika saya bosan dan kehilangan semangat untuk belajar, maka motivasi saya adalah mengingat alasan kenapa saya saat ini harus belajar ?

Saya harap kisah ini dapat membantu orang diluar sana, demikian, semoga tulisan ini bermanfaat.

Source image: 1, 2, 3

---

---

Special thanks to :
@sevenfingers

Vote @steempress witnesses here: https://steemit.com/~witnesses

 

---

Posted from my blog with SteemPress : https://penreza.com/edukasi/kisah-belajar-masa-dahulu-apakah-efektif/

---