Etos Kerja Dalam Bait Hadih Maja Aceh
Jika kita membuka halaman Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), kata etos adalah pandangan hidup yang khas dari suatu sosial. Namun jika kita gabungkan kata etos kerja mempunyai arti semangat kerja seseorang. Keyakinan untuk membangkitkan semangat kerja atau etos kerja, juga tidak ketinggalan dituangkan oleh orang-orang tua Aceh dulu dalam bait-bait hadih maja Aceh (Kata Bijak) dengan susunan bait yangmengeluarkan bunyi spirit yang sangat luar biasa.
(Kalau tidak berusaha, mana mungkin jatuh dari langit)
Makna hadih maja tersebut, jika kita tidak berusaha dengan sungguh-sungguh, tidak meungkin rezeki itu jatuh dari langit dengan sendirinya. Oleh karenanya sebagai keyakinan bahwa kita harus selalu berusaha dengan maksimal, dan sangat tidak mungkin tanpa berusaha dengan maksimal rezeki itu datang sendiri dari langit. Berusaha juga mempunyai nilai manifestasi dari ibadah yang luhur, karena mempunyai tujuan untuk diri kita sendiri dan keluarga kita semua.
Benar rezeki kita telah diatur, akan tetapi hayalan dan angan-angan untuk mendapatkan keberhasilan adalah musuh terbesar dalam diri manusia. Jangan banyak berhayal untuk mendapatkan sesuatu tanpa perlu usaha. Tidak cukup dengan duduk manis lalu kita berharap agar semua keinginan kita tercapai. Untuk mendukung hadih maja yang tersebut di atas, lalu orang bijak Aceh tempo dulu menyusun bait hadih maja selanjutnya;
(Kaki jalan urat menari, Berjalanlah lah agar dapat rezeki)
Berjanlah agar mendapatkan rezeki, begitulah kira-kira makna dari hadis maja tersebut, dan kita sebagai umat muslim memang seharusnya berjalan untuk mendapatkan rezeki, seperti burung terbang pagi dalam kondisi lapar, pulang petang dan membawa rezeki kepada anaknya. Sabda Nabi Muhammad SAW. Dari Umar bin Khattab, Rasulullah SAW bersabda, “Jika kamu tawakal kepada Allah dengan ketawakalan yang sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan rezeki kepadamu seperti Allah memberikan rezeki kepada burung, pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang petang dalam keadaan kenyang.” (Hadis riwayat Tirmidzi).
(Bajak ditangan, mata ke pasar)
Hadih maja tersebut juga memberi semangat kepada kita untuk melirik peluang seraya bekerja sebagai petani. Maknanya bajak ditangan, ketika kita sedang membajak sawah tetapi kita harus melirik pasar. Seperti petani cabai, menanam cabai itu harus melihat waktu, sehingga masa panen nanti harga cabai meningkat, jangan sampai saat kita panen harga cabai merosot, begitulah makna hadih maja tersebut. Kata lain sering diucapkan oleh orang tua di Aceh, Bek pula lada watei trok kapai (Jangan mananam merica saat datang kapal), kata bijak ini telah ada sejak masa para pedagang eropah membeli rempah-rempah di tanah rencong ini dulu. Maksudnya saat datang kapal pedagang eropah ke negeri kita, baru kita menanam merica, begitu kapal berangkat merica kita belum sempat panen.
Pada hakikatnya kerja adalah fitrah kita sebagai manusia dan kerja juga adalah identitas kita sebagai makhluk Tuhan, bekerja dengan sungguh dengan menyisipkan nilai-nilai keimanan, bukan saja fitrah kita sebagai seorang muslim, akan tetapi sekaligus telah meninggikan derajat kita sebagai hamba Allah SWT yang bertaqwa. Bagimana jika kita seorang muslim yang malas bekerja, sesungguhnya kita telah menurunkan derajat kita sebagai manusia. Untuk itu kita sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, harus bekerja dengan maksimal dan harus membangkitkan potensi yang ada pada diri kita sebagai insan yang kreatif. Jangan Tunda Bahagia, Berbahagialah Senantiasa, dan bersyukurlah.
SALAM KOMUNITAS STEEMIT INDONESIA
Posted from my blog with SteemPress : http://ilyasismail.com/etos-kerja-dalam-bait-hadih-maja-aceh/
terima kasih nasihatnya pak ketua
Sama sama pak @azwarrangkuti salam KSI
Beutoi aduen; tapak jak urat meunari, meunan raseuki syarat ji teuka